Minggu, 11 Desember 2022




 " Kaesang & Erina ,
Pesta Rakyat Sarat Pesan Budaya "

membaca judul diatas jangan salah . 
saya buatkan tulisan khusus mengenai mantennya
 Kaesang & Reina ini bukan karena alasan tunggal
 yaitu karena Kaesang adalah putra presiden
 dan Erina adalah finalis Putri Indonesia 2022 
dengan seabreg prestasi akademisnya  dan putri dari 
keluarga yang juga sangat berpendidikan .
menurut saya itu sudah wajar karena berbesan dengan
presiden sudah tentu menjadi sorotan publik .
 jadi mengapa saya harus repot membuat tulisan ini ? 
menurut saya ( bukan menurut pembaca lho .. ) 
alasan pertama saya adalah : 
 
 
sejak Prewed , 
pasangan ini sudah membekaskan 
" pesan pesan budaya " dengan munculnya foto foto
 keduanya dalam berbagai baju adat pernikahan
 dari daerah daerah yang ada ditanah air . 
ada baju adat pernikahan Bali ,
 kemudian dari Nusa Tenggara Timur , 
disusul selanjutnya dari Lampung , lalu
Kalimantan Timur ( Dayak ) , juga dari Gorontalo 
dan terakhir Papua ! 
foto foto baju adat dari enam provinsi di tanah air ini
 tersebar di dunia maya bak sebuah pesan indah :
 " Inilah kekayaan budaya Indonesia , tak ada
 yang lebih indah satu dari yang lain karena 
Indonesia adalah sebuah Taman Bunga dengan 
Aneka Warna Bunga nya yang mempesona " ! 
luar biasa . 
 
 
alasan saya yang kedua , adalah rangkaian dari
 prosesi pernikahan itu sendiri yang menampilkan 
dua budaya yakni Solo dan Yogya tetapi kedua budaya 
ini mampu menyatu dalam sebuah tampilan yang apik !
 tidak ada perdebatan karena kedua budaya ini 
secara umum mewakili kearifan lokal masyarakat 
kedua daerah yang notabene sesama " wong Jowo " 
dengan segala tradisi dan unggah ungguhnya . 
dimulai dengan acara pengajian ditempat 
masing masing , kemudian esoknya adalah pemasangan
 bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa
 sebagai simbol dimulainya rangkaian 
hajatan pernikahan , baik di Solo maupunYogya oleh
 masing masing keluarga .
 
 
dilanjutkan dengan tradisi siraman kepada 
masing masing calon mempelai dikedua kota yang 
terpisah dan acara sungkeman yang menyedot emosi 
hingga sayapun ikut " mbrebes mili " saking harunya
sekaligus teringat kepada upacara yang sama 
ditahun 1979 ketika ayah kandung anak anak saya
 yang kebetulan berasal dari benua yang jauh , 
melakukan sungkeman pada bapak ibu hehehehe ....
( maaf ya jadi sentimental ) . 
 untuk Reina , kemudian dilanjutkan dengan malam 
midodareni  dan pingitan . 
dan sebagaimana kita bisa 
saksikan dilayar TV adalah kunjungan keluarga
 presiden ke Yogyakarta dengan segenap tradisi yang 
mengikutinya seperti perkenalan , seserahan dll .
ah ya , saya sangat bersyukur dan bangga bahwa
 hajatan presiden ini laksana sebuah 
Pesan Nasional pada bangsanya terutama pada 
para milenial agar 
" kembali mencintai tradisi dan budaya asli 
kita sendiri , yang diwariskan oleh para leluhur 
lewat beragam simbol simbol yang begitu indah dan
sarat dengan nilai  filosofi serta 
kebajikan yang luar biasa " !
 
 yang simpel saja misalnya mengapa ada  ketan 
sebagai salah satu camilan atau hidangannya 
atau dalam seserahannya karena melambangkan 
" raket tenan " atau " ngraketke ikatan " atau
 pemerat ikatan antara kedua keluarga !
 ada puluh hingga ratusan simbol simbol lainnya 
yang dipakai selama hajatan ,
 mulai dari makanan , hiasan / dekor , 
sarung atau baju , asesori dll .
 tahun lalu , saya pernah diundang dalam suatu
 pernikahan di Malang yang sebetulnya ortunya 
terhitung masih segenerasi dengan saya .
tetapi saya dibuat ter kaget kaget dengan jalannya
 prosesi pernikahan yang menurut saya di 
baratpun tidaklah demikian . 
nampaknya sebagian dari masyarakat kita mulai 
menampilkan versi pernikahannya  sendiri yang bebas ,
 dan sama sekali terlepas dari akar budaya bangsa kita .
tidak ada kesakrakalan dalam pernikahan yang 
saya saksikan dan rasakan saat itu ,
tetapi lebih mirip pesta pesta anak muda yang
 semata euphoria dan bahkan 
tidak ada momen untuk berdoa .
 jangankan sungkeman pada ortu , ortu kedua 
belah pihakpun seakan larut dalam " gaya bebas " ini
 dan tidak secuilpun ada sentuhan tradisi .
 saya miris .
 tetapi tentu saja hajatan  digedung megah dengan 
sekitar 1000 tamu saat itu 
dimana yang terpenting bagi mereka adalah hepi , 
siapa yang berhak menyalahkan ?
Doa dan Pesan Pesan bagi Mempelai yang 
biasanya dikumandangkan dihadapan mempelai 
dan undangan dan malam itu juga sama sekali
 tidak ada , semoga saja  pengantinnya langgeng 
 dan SaMaWa . 
apakah jaman memang sudah berubah ?
 apakah tradisi dianggap merumitkan dan pesta
 euphoria lebih praktis ? 
 
tentu rangkaian prosesi hajatan seperti Kaesang ini 
tidak sedikit dananya , tetapi jika masyarakat 
kita ingin tetap memelihara dan melestarikan 
budaya dalam pernikahan yang tidak harus mahal , 
sesungguhnya masih ada cara cara 
menyederhanakannya baik yang menyangkut 
dipersingkatnya hari dengan menyatukan 
2-3 tradisi dalam sehari .
sungguh banyak cara untuk mensiasati nya 
tanpa harus meninggalkan tradisi  dan hanya 
mengadopsi sebagiannya .
 tetapi semuanya 
kembali pada Niat apakah memang sudah ingin
 melepas tradisi sama sekali yang dianggap ribet 
dan masuk kedalam sebuah pilihan budaya 
yang lebih bebas , tidak mengikat dan tidak 
memerlukan simbol simbol kebajikan ? 
mungkin kelak tak akan ada lagi tampilan 
busana adat atau upacara upacara adat , 
karena dimana mana kita hanya  akan 
saksikan pesta pesta pernikahan yang penuh
 euphoria semata .
 
 
mungkin juga tak akan ada lagi kumandang doa
 apalagi harubiru sungkeman yang sakral , karena para
 ortu , pengantin dan tamunya lebih siap untuk 
nge dance ber ramai ramai ..
 selamat datang budaya kebebasan , 
dan dibelakang hiruk pikuknya , 
ijinkan saya dengan segala kejadulan dan 
kekunoannya tetap berdiri tegak menjaga adat dan
 tradisi warisan leluhur yang luar biasa ini . 
mungkin saya dan orang orang yang seperti saya ,
akan terlindas jaman dan tak lagi
 bisa bersuara bahkan akan terpinggirkan
 dengan gelak tawa mereka yang memandang 
kami adalah biang ribet dan kuno . 
tetapi semoga saja , cucu saya masih bersedia
 mengulang menggenangnya airmata saat 
sungkeman dan juga disaat kumandangnya doa doa
 yang sakral di pernikahan mereka kelak .... 
 

 
 
melimpah ruahnya perhatian masyarakat umum 
disekitar tempat perhelatan dan sepanjang 
rute kirab plus disediakannya tenda tenda dan 
mamin gratis bagi masyarakat yang umum , 
adalah juga  sebuah cerminan betapa hajatan ini
 tidak dikhususkan bagi tamu undangan saja
tetapi juga menghormati masyarakat awam untuk 
ikut serta merayakannya ! 
Jokowi yang seringkali mengatakan 
" saya berasal dari rakyat kecil " dan saat ini ia 
membuktikannya bahwa 
" Jokowi adalah presidennya rakyat , 
terutama rakyat kecil dan bukan milik segolongan saja , 
maka segenap jiwa raga dan pengabdiannya
hanya untuk rakyat " . 
 
 
 
laksana pulang kampung , Jokowi terlihat begitu hepi
 saat kirab dan menyapa masyarakat yang 
disepanjang jalan sudah ber jam jam menantinya .. 
hajatan terakhir Jokowi ini sekaligus adalah 
sebuah hajatan rakyat yang mengangkat dan 
mengingatkan kembali kekayaan budaya bangsa ... 
  selamat pada mas Kaesang dan mbak Erina sebagai
duta duta budaya  ...
( Titiek Hariati , 10.12.22 )
gambar diambil langsung dari layar TV & google
keterangan gambar :
01 . sungkeman mempelai pada bpk ibu Jokowi 
yang menyentuh hati
02 . saat tiba di Loji Gandrung
****
03 . para menteri yang hadir dan penuh guyonan
****
04 . salah satu adegan saat siraman
****
05 . sungkeman yang penuh haru biru ..
****
06 . Jokowi menyapa hangat rakyatnya
****
07 . Kaesang dan Ibu Mertua
****
08 . Pasrah Nampi 
****
09 . seserahan ..
****
10 . antusias warga  ( 01 )
11 . antusias warga ( 02 )
****
12 . prewed , ala Papua
13 . prewed, ala bali 
****
 

Tidak ada komentar: