Jumat, 29 Januari 2010

Hallo Palembang..!






Untuk SK Agung Post, Palembang, saya surprise mendapati artikel saya " Lho, Mahasiswa Kok Hobi Tawuran? " yang termuat sejak Juli 2009 dikoran Anda tanpa Anda sebutkan sumbernya ( kabarindonesia.com ) karena artikel yang sama telah termuat pertama kali di kabarindonesia.com.

Bagaimanapun, terima kasih dan salam dari Malang.

( Foto diambil dari : http://ekonomiprofetik.wordpress..-daerah )

Senin, 18 Januari 2010

" KISAH SEPASANG KAOS KAKI "




Surut ke masa SMA memang indah. Apalagi kenangan kepada sepasang kaos kaki kepala sekolah kami. Lho, apakah mereknya yang mahal ? Soal merek sungguh tidak ada yang tahu, wong jaman itu agaknya merek bukan yang terpenting. 

Yang membekas dalam ingatan adalah bagaimana beliau, bapak Suyitno, Kasek ini, selalu tampil 
" khas " dengan kaos kakinya yang menyembul di sela sela celananya yang terkesan " cingkrang " atau " kurang bahan " alias kependekan atau mungkin " mungsret " karena dicuci.

Kaos kakinya nyaris tidak pernah sama tingginya, tersebab gelang gelang karet penahannya mulai mengendur. Kami jadinya seringkali kurang memperhatikan apa yang beliau sampaikan dikelas karena siswa siswa " cekikikan " ( tertawa tawa tertahan ) melihat kaos kaki beliau ....Ah pak Yit, begitu kami menyebut beliau, kenangan ini sungguh sulit terhapus dan maafkan kebandelan kebandelan kami kepada bapak ....

Lorong lorong, tangga tangga, perpustakaan, lapangan basket, kantin, kantor BP , tata usaha, aula dan lain lain disekolah kami adalah titik titik yang banyak menorehkan kenangan karena keremajaan yang penuh pergolakan dan pemberontakan. 

Apalagi sekolah kami merupakan komplek yang terdiri dari 3 sekolah, SMAN 1, 3 dan 4 sehingga pergaulanpun meluas ke sekolah sekolah tetangga. Aula misalnya, ini dipakai oleh ketiganya, sehingga peluang ber kenalan dengan siswa siswa tetangga juga terbuka lebar.

Lucunya, pada jaman itu ternyata soal seragam sekolah tidak terbandingkan dengan seragam SMA masa kini yang sebagian besar sudah memakai jilbab bagi cewek2nya. Jaman itu justru cewek2 memakai rok mini kesekolah, bahkan super mini !!

Keadaan ini seolah terbalik balik, sehingga seorang remaja sempat berkomentar melihat foto jadul ibunya berseragam rok mini kesekolah " Lho ngga salah nih, kok anak anak jaman sekarang lebih sopan seragamnya? "..... Demikian putaran sejarah, demikian ukiran masa.

Belum lagi cowok2nya yang pada jaman itu sudah memakai celana super ketat ala Beatles dengan potongan rambut yang sudah begitu " modern "  dan cukup dengan air sudah bisa melahirkan model rambut yang sophisticated hehe..

Pacaran antar teman? Ah bukan hal baru, adrenalin remaja. Lucunya setelah sekian puluh tahun berpisah dan bertemu lagi dalam sebuah reuni, ternyata TIDAK SATUPUN cinta cinta monyet ini yang berlanjut alias semuanya putus dan menikah dengan patner yang ditemui setelah lulus SMA. Tetapi kenangan atas monyet monyet SMA ini terlampau manis untuk begitu saja dihapus.

Maka keping demi keping mozaik SMA ini dicoba untuk dirangkai lagi dalam sebuah Reuni SMAN4 Malang angkatan saya, dengan memilih kota B A T U sebagai lokasi reuninya, pada hari Sabtu tanggal 16 Januari 2010 yang lalu. Rapat demi rapat untuk mempersiapkannya terbayar lunas dengan hadirnya teman teman dari seluruh penjuru. 

Terbanyak sudah pasti dari Malang, disusul Surabaya, Jakarta, dan Kalimantan plus kota kota lainnya di Jawa Timur seperti Probolinggo, Jember, Mojokerto, Kediri dll. Yang masih di LN 
( USA ) terpaksa absen, juga di beberapa tempat lainnya, dengan alasan " terlalu mendadak " nya undangan.

Sudah dapat diduga, acara yang dimulai pada jam 06.00 wib dan dibuka dengan senam Poco Poco serta berakhir pada jam 22.30 wib ini , dihadiri tanpa keluarga, suami atau isteri dan anak memang sebaiknya tidak ikut.

Lho kok? Iya, sebab reuni selalu sarat dengan bongkar membongkar rahasia masa remaja, sehingga eks eks TTM atau pacar akan membuat suami/istri para reuniawan/wati terbakar cemburu. Padahal kalau dipikir pikir, cemburu sudah tidak ada gunanya lha wong orang orang yang dicemburui sudah " berlemak lemak " badannya dan tidak ada lagi " chemistry " hehe.....

Adegan " gablok gablokan " ( saling memukul ) terjadi sejak pagi hari, karena terpisah berpuluh tahun ternyata banyak membawa perubahan badan dan wajah yang sulit dikenali. " Adohhh... iki Moko ta? Lha kok malih botak gendut ngene? Lho lho iki Huri yo, waduh biyen awakmu cuakeppp e ngono kok saiki gak karuan ngene? .... dsb dsb.

Suasana makin " sulit terkendali " ketika acara games tiba. Panitia tidak mengundang artis manapun, yang menjadi pengisi pengisi acara adalah semua yang hadir, bahkan atraksinya dilombakan. Maka muncullah artis2 dadakan ala sinetron kejar tayang yang tidak sempat baca skenario. Mulai gaya gaya ala waria sampai trio macan dll pokok sekenanya, membuat perut mules bahkan " kebelet " karena tertawa yang tidak ada habisnya..

Ini ternyata masih disambung dengan lomba nyanyi dengan syarat : yang sudah biasa nyanyi dilarang ikut. Nah .. akhirnya yang muncul di lomba adalah mereka yang menyanyinya dengan gemetaran, demam panggung, salah nada, salah lirik, bahkan salah lagu hehe....Bagaimanapun juara juaranya harus tetap dipilih !

Disela acara yang menguras tawa, diseling acara Flash Back selama sekitar 30 menit. Video ini menghantar yang hadir kembali ke jaman jaman SMA dengan munculnya foto foto jadul dan peristiwa peristiwa jadul yang menggali memori serta tangis, terutama dibagian Mereka Yang Sudah Mendahului. 

Saya yg kebetulan mendapat tugas mempersiapkan rekaman ini sebetulnya cukup pusing selama tiga minggu mengumpulkan dan mneyusun data data itu dalam sebuah CD berdurasi 30 menit lengkap dengan back-sound, grafis dst. Maklum data nya sudah rata rata buram, berjamur bahkan tidak ada lagi dan harus dengan susah payah di modifikasi he he ..

Saat wajah almarhum almarhumah teman teman kita bergantian muncul di layar, dengan backsound Ariel " Tak Ada Yang Abadi " disambung " Time To Say Good Bye " ruangan menjadi senyap dan disana sini ada suara isakan, maklum yang pernah bersahabat bahkan berpacaran dengan almarhum/mah pastilah terbangkit kenangan dan kesedihannya . 

Wajah wajah jadul yang terkesan innocent mengundang komentar komentar lucu karena saat ini konon sudah pendos ( penuh dosa )... Flash Back diakhiri dengan renungan akan perjalanan menuju titik akhir...Suasana menjadi serius...

Juga ada acara lelang lukisan karena kebetulan salah satu reuniawati ( ini istilah saya sendiri lo, pasti para pakar bahasa Indonesia kurang setuju! ) adalah seniman lulusan ISI Yogyakarta. Nah, keinginannya untuk menyumbang bagi Pak Suyitno, mantan kasek kami, terwujud lewat pelelangan lukisan macannya yang ekspresif. Sayang sekali ternyata pak Yitno tidak jadi hadir malam itu, tetapi Panitia tetap akan menyampaikan hasil lelang kepada yang bersangkutan.

Lalu juga ada " rapat " akbar " yang ternyata sempat digelar sekitar 90 menit untuk meminta masukan dari para reuniawan/wati mengenai langkah kedepan dari himpunan alumnus SMAN4 Malang ini.

Usulan bermunculan, mulai cara cara penggalangan dana bagi reuni berikutnya dan lain lain. Bagaimanapun reuni di Batu ini bukanlah yang terakhir, jadi memang diperlukan sebuah kesinambungan  cara penggalangan dana agar tidak muncul kesulitan  finansiil yang sifatnya mendadak pada reuni mendatang. 

Juga diusulkan agar reuni dapat dijadikan ajang pertukaran informasi bagi potensi  bisnis  diantara para reuniawan/watinya yang tentunya sangat positip guna mengisi kegiatan dimasa pensiun selain momong cucu hehe ..

Waktu merayap, hingga tiba saat berpisah. Seolah tidak ingin segera pulang, semua yang hadir kompak menyanyikan lagu lagu perpisahan dengan membentuk lingkaran dan saling mengaitkan lengan tangan. Lagu KAPAN KAPAN, DISINI SENANG, dan KEMESRAAN akhirnya menutup semua keakraban yang terbangun sejak pagi hari. 

Atmosfir haru dan sedih muncul. Beberapa bahkan menangis. Satu demi satu berpamitan, kembali kepada " kenyataan hidup " dalam keluarga masing masing.

Selamat Jalan Kawan, Sampai Jumpa Lagi Pada Reuni Berikutnya, yang entah itu kapan dan dimana.. Semoga saja ALLAH SWT masih mengijinkan kita sekalian untuk berkumpul dan becanda lagi dalam keadaan sehat walafiat, amien... Maafkan segala kekhilafan kekhilafan yang mungkin pernah kita saling lakukan dimasa SMA, semoga pada sisa usia yang ada kita senantiasa dalam lindungan dan rahmatNYA amien .. amien ..amien.

( Tertumpang salam buat : Yanti, Tita, Susy, Agustin, Dicky, Agus, Imam, Lukman, Huri, Syamsul, Sugeng, Titin, Erna, Praba, Thomas, Harso, Moko, Cici, Edu, Edy, Putut, Sutuk, dan banyak lagi lainnya, terima kasih atas kerjasama dan dukungannya hingga acara reuni dapat terselenggara dengan lancar dan sukses ! )

( Keterangan foto: satu satunya foto penulis ada di foto  terbawah membelakangi kamera karena    sedang ngem C hehe.. )( th )

( Photos by : TH )


























































Minggu, 10 Januari 2010

KOMUNIKASI & ETIKA BERKOMUNIKASI






Minggu, 10 Januari 2010, saya diminta untuk " menceramahi " sekitar 40 ibu ibu PKK di suatu komplek perumahan dosen di Malang. Saya lebih suka menyebutnya diskusi, sebab kalau ceramah kok sepertinya saya ini pakar, padahal saya juga masih harus banyak belajar. 

Biasanya dalam forum forum seperti ini, kalau saya berdiri atau duduk didepan para undangan, moderator akan lebih dulu membacakan CV saya. Kemarin, saya minta supaya CV saya disingkat saja wong sebetulnya tidak ada yang istimewa, tiwas orang jenuh hehe..


Konon kegiatan kegiatan semacam ibu ibu PKK ini karena adanya blockgrant yang memang harus dimanfaatkan sesuai proposal yang diajukan sebelumnya. Maka sayapun dibisiki begini :


" Bu, itu ada tamu dari kelurahan yang sengaja melihat langsung apa betul dana yang dikucurkan sesuai pemanfaatannya dengan proposal nya ", ooo.. begitu batin saya. Bagus juga pikir saya, ada pengawasan yang melekat namanya.


Topik yang diminta adalah soal Komunikasi dan Etika Berkomunikasi. Kebetulan seminggu ini di layar layar TV kita diberi suguhan berita Ruhut vs Gayus yang bisa dijadikan contoh betapa dalam sebuah aktivitas komunikasi, etika itu sangat perlu diperhatikan agar tidak terjadi konflik.


Pembicaraan/ diskusi merembet sampai dengan masalah Table Manner dalam jamuan resmi, cara cara bergaul dengan masyarakat difable atau mereka yang berkemampuan beda dst dst.


Saya diberondong berbagai pertanyaan menarik sebelum akhirnya setelah 90 menit acara berakhir dengan makan siang bersama. " Kapan kapan kami undang lagi ya bu mungkin dengan topik lain...", inggih monggo..


Ini saya buatkan daftar pendek dari pertanyaan ibu ibu yang saya anggap menarik :

01. Bagaimana menghadapi atasan yang jutek dan temperamen tetapi tidak menyadari sikapnya yang kurang disukai itu.


02. Bagaimana cara mengingatkan kebiasaan teman yang bila diundang makan prasmanan mempunyai kecenderungan mengisi piringnya hingga penuh.


03. Bagaimana sebagai orang Timur, bila daftar tamu yang ada 50 orang tetapi biasanya yang datang hanya sekitar 30 an, apakah tetap disediakan 50 atau 30 atau bagaimana?


Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang sepintas terlihat sederhana tetapi masih menyentuh titik yang sama, Etika. Sedemikian pentingnya Etika, karena aktivitas manusia sehari hari tidak mungkin terlepas dari etika ini. 

Mulai bangun pagi hari hingga tidur lagi dimalam hari, kita berinteraksi dengan dunia luar, kita berkomunikasi dengan banyak orang, kita menghadapi perbedaan pandangan dan selera, dan kita harus senantiasa siap mental untuk kurang/tidak disukai/disetujui/didukung dst. Masalahnya : sudah mampukah kita mengendalikan diri dan emosi menghadapi semuanya?


Ruhut dan Gayus jelas bukan contoh yang bisa diteladani dalam soal etika berkomunikasi. Kewajiban terhadap anak anak kita, generasi penerus kita, adalah menanamkan nilai nilai etika baik sebagai bangsa Timur maupun manusia, agar anak anak mempunyai kebanggaan kepada para orang tuanya yang tidak berperilaku seperti contoh anggota DPR tersebut diatas.


Bayangkan apabila sebagai orangtua kita rajin meng copy paste kata kata makian vulgar yang ada di kamus Bahasa Makian, apa yang dapat diteladani oleh anak anak?


Mewujudkan sebuah bentuk komunikasi yang baik dan mampu meningkatkan kwalitas hubungan sosial kita, adalah target keseharian. Ibu Ibu PKK yang dalam kesehariannya merupakan tiang tiang moral dalam keluarganya, menjadi sangat penting untuk menguasai etika pergaulan dan komunikasi didalam dan diluar rumah. 

Terlebih dalam pergaulan era global baik maya maupun langsung, pergaulan dan komunikasi yang sedemikian lintas budaya, bahasa, keyakinan serta geografis yang sungguh menuntut penguasaan dan kepekaan akan etika.


Contoh kecil : kebiasaan cipika cipiki ketika bertemu teman, pada lingkungan budaya tertentu mungkin tabu atau dianggap tidak sopan. Juga dalam memberikan sesuatu bingkisan atau hadiah, bila tidak memahami perbedaan tradisi dan  budaya suatu lingkungan masyarakat tertentu, justru niatan baik memberi ini dapat melahirkan bencana.


Akhirnya, kepada para Ibu Ibu diatas, terima kasih atas sambutannya yang hangat dan semoga hal kecil yang kami tebarkan ini dapat sedikit bermanfaat. Amien.


( Photos by : Alit )







Jumat, 08 Januari 2010

Arogansi Freeport & Etika Wakil Rakyat & Gurita vs Gurita


Terima kasih kepada red. kabarindonesia.com atas dimuatnya tiga artikel, yaitu " Freeport, Arogansi atau Sebuah Century Lain? " dan " Gayus vs Ruhut, Teladan Bagi Anak Bangsa? ", serta " GURITA vs GURITA " , di halaman utama. Juga kepada rekan Sa'raf Az dan Arief terima kasih atas komentarnya.


( Foto diambil dari funnypictures.com, dan pembaca sangat dipersilahkan menafsirkannya sendiri )