Senin, 31 Januari 2022




 
.. " Terjepit Diantara Dua Pakar " .. 
judul diatas silahkan saja diartikan baik secara 
harafiah maupun kiasan karena nyatanya siang tadi 
saya berada diantara dua pakar . 
 malang melintang baik untuk riset maupun study 
diberbagai negara seperti Jepang , Jerman dll maka
 keduanya adalah memang sejoli yang mengabdikan
 segenap enerji dan waktunya untuk
 penelitian dan pengembangan disiplin ilmu yang
 ditekuninya dan tentu saja generasi muda Indonesia 
boleh bersyukur dapat menimba sumur ilmu keduanya .
 
 
kunjungan ke Malang nya begitu singkat tetapi
 beruntung bahwa saya masih sempat bereuni kecil
 dengan keduanya dan makan siang bersama
 di Mang Engking di Batu sekaligus 
adalah penutup perjumpaan kami . 
kenangan semasa masih menjadi satu tim di 
Universitas Ma Chung ( Vila Puncak Tidar , Malang )
 adalah benang merah kami ,
dimana awal awal berdirinya UMC yang penuh 
tantangan dan kesulitan disana sini , 
kami hadapi dan lalui dengan kesabaran , keuletan 
dan kerja keras bersama .
 maka siang tadi sesungguhnya adalah lebih mirip 
" kuliah umum " bagi saya berada diantara dua pakar
 yang keilmuannya luar biasa ! 
bagaikan Tumbu Oleh Tutup , 
keduanya sesungguhnya adalah " harta karun " 
bagi negeri ini dimana temuan temuan penelitiannya
 telah ikut mempengaruhi kebijakan pemerintah 
dalam hal penggunaan warna makanan sintetis .
 bapak Tatas Brotosudarmo S.Si , Dipl. Chem, Ph.D
 adalah seorang ilmuwan biokimia analitik Indonesia
 terutama dalam dalam bidang pigmen alami Indonesia 
seperti karotenoid dan klorofil dan 
kompleks  protein pigmen pada organisme fotosintetis ! 
 
 
disisi lain , istri beliau , adalah juga seorang ilmuwan
 yang dimasyarakat fotosintetis dunia dikenal sebagai
 ahli pigmen klorofil dan aplikasinya 
dalam fotodinamika terapi 
dan saat ini menjabat sebagai Rektor ( wanita ) 
di UPJ Tangerang Selatan , tepatnya Bintaro .
( pada tulisan " mbolang " saya Malang - Banten yl
 di blog ini , saya juga kisahkan pertemuan kami
 di UPJ dan makan malam kami di Sushi Tei .
 kebetulan anak anak saya juga di Bintaro di
 sektor yang sama dengan UPJ 
sehingga tidaklah sulit untuk saling bertemu saat itu )
 oya .. pagi tadi kami ber 3 juga mengadakan
 kunjungan khusus ke Jalan Tanggamus ,
 kediaman Prof . Sadtono yang adalah juga pernah
 berada dalam satu tim semasa kami masih sama sama
 di Universitas Ma Chung . 
dalam usia beliau yang sudah sangat lanjut ,
 pertemuan pagi tadi  cukup mengharukan dan
 betul betul merupakan sebuah catatan khusus .
sungguh tidak terbayang bahwa setelah sekian masa lewat , 
masing masing kami akhirnya menapaki jalan hidup
 masing masing dan yang tertinggal dari kebersamaan 
kami adalah kenangan
 yang tidak mungkin terhapus waktu . 
diseling oleh kenangan2 yang lucu , kami terbahak 
bersama dan sesaat berganti dengan keharuan 
mengenang mereka yang telah mendahului
 menghadapNya , dan kembali lembar lembar riwayat 
mengisi meja makan kami siang tadi secara bergantian .
 dengan menu menu Sunda yang khas di 
Mang Engking , Batu , nyatanya waktu berlalu cepat
 dan disitu pula kami harus kembali berpisah ..
 piring piring Oseng Kangkung , Gurami Bakar , 
Karedok , dll dll yang seabreg , telah 90% kosong
 dan acara jeprat jepret juga sudah dilalui . 
singgah sejenak di Rumah Susu di bagian terdepan 
dari area ini dan akhirnya maka gerobag kamipun
 berpencar disana meninggalkan sebuah pertanyaan besar :
 kapan bisa bertemu lagi ? 
 
 
sebuah pertanyaan yang tentu saja hanya 
Tuhan Yang Maha Tahu karena manusia
 tidak memiliki kemampuan yang menyamaiNya , 
dan termasuk pertemuan di Malang kali ini adalah 
juga diluar rencana , kecuali bahwa itu 
memang  sudah menjadi kehendakNya ... 
bagaimanapun , terimakasih tak terhingga kepada
  bapak Tatas dan ibu Shinta , 
yang merelakan beberapa jam waktunya yang
 berharga bersama saya .. 
selamat jalan , tetaplah sehat disaat yang tak kunjung
 selesai dari pandemi ini ..
( Writing : Titiek Hariati,
Photos : Titiek Hariati & Mang Engking Waiter )

Sabtu, 29 Januari 2022












 
.. " Dari Pecel , Box Container Hostel ,
Hingga Nomaden Coffee " ..
kebiasaan jalan pagi mengitari daerah lingkungan rumah
 hingga berbatas 3RW yang lain , 
agaknya selama pandemi harus sedikit dikurangi 
apalagi setelah isu Omicron merebak yang justru ada
 disekitar RW saya . tetapi kemarin dulu saya
 kembali kangen menyusuri " route " nya 
dan kembali menapaki jalan kampung , jembatan , sungai , 
sawah hingga masuk ke gerbang kampus UMM
dari sebelah belakang. 





terbukti bahwa ternyata selama saya " absen " menyusuri
 route ini , sudah banyak perubahan terjadi
 setahun ini . ada bangunan bangunan baru 
mulai kos kosan , cafe dll yang dahulunya adalah 
tanah kosong atau warung warung yang rupanya
 sudah berganti pemilik . 
juga  ada beberapa yang " mangkrak " alias mandeg 
 pembangunannya terkena krisis pandemi .
 jeprat jepret sepanjang jalan menandakan bahwa 
saya cukup lama tidak menyadari adanya 
perubahan2 disekitar saya sendiri .
 melewati route belakang UMM bukan hal mudah 
karena ketiadaan ruang pejalan kaki sehingga jarak
 saya dengan lalin hanya sekitar 10cm dan dikiri saya
 sepanjang jalan adalah persawahan ataupun
 kebun kebun dan perumahan yang menjorok masuk .


 
 memasuki kampus UMM dari gerbang belakang , 
saya dibuat surprise dengan rampungnya 
" My Dormy Hostel UMM " yang berkonsep
 industrialis minimalis .
sayangnya saya tidak sempat bertemu dengan salesnya
 yang menurut resepsionisnya bisa menunjukkan 
pada saya ruang ruang yang ada disitu . 
hostel ini sudah tentu menarik karena bagi mahasiswa
 atau keluarganya atau traveler atau backpacker
 yang menginginkan menginap disitu pastilah nyaman .
 bukan saja rate nya yang cukup murah ,
juga fasilitasnya yang lumayan lengkap
 dan atmosfer disitu yang relatif tenang dan sejuk 
dengan banyaknya kehijauan dan pepohonan .
 
 
 
 
ada tempat untuk nge Gym juga . ada Mini Library ,
 WiFi , AC , Hot Shower , Smart TV dll . 
sangat cocok untuk yang sedang WfH karena 
ketenangan dan kesejukan lingkungannya pasti 
disitu bisa lebih fokus !
 sayangnya belum bisa menjajal cafenya karena saat 
saya disitu  masih agak kepagian .
selanjutnya  saya berjalan kearah jembatan cantik 
bergaya minimalis modern disitu karena ingin 
menikmati suara air sungainya yang begitu deras ! 
 rencana sarapan pecel dirumah berubah total 
menjadi sarapan diatas jembatan sambil diiringi 
suara air sungai  ....  fantastic hehehe ...!
percayalah bahwa hal hal yang diluar rencana seringkali 
malah lebih berhasil !
 
 
 
kampus memang masih terlihat sepi , mungkin belum
 dimulainya perkuliahan . botol mineral yang selalu saya
 bawa didalam ransel menutup sendok terakhir
 nasi pecel saya yang yummyyy ... 
puas menikmati simfoni air , selanjutnya  jalan pagi saya 
 lanjutkan berkeliling kampus UMM yang memang
 ber lembah lembah dan dilewati sungai yang cukup
 lebar dan deras serta curam sehingga
 kampus ini lebih mirip daerah wisata daripada
 tempat menimba ilmu karena alamnya yang cantik . 
disitu saya juga melihat dari dekat pembangunan
 jembatan penghubung antara Raya Tlogomas 
dengan jalan raya belakang kampus UMM 
dan sudah 80% selesai . 
 
 
 
 
ini sebuah terobosan yang positif mengingat selama ini 
kita harus memutar cukup jauh untuk ke jalan raya 
dibelakang UMM dan 
jembatan penghubung ini terletak persis disisi
 komplek " Begawan , Premium Student Apartement " 
 yang ada disitu . 
tidak perlu heran jika saat ini anak anak sekolah atau
 kuliahpun sudah lazim tinggal di apartemen semacam
 Begawan ini yang angsurannya 25juta per bulan !
( tentu jangan bertanya pada saya berapa
 uang kirimannya per bulan untuk anak anak nya ini
 kecuali rasa syukur bahwa anak anak saya dulu 
belum mengalami jaman apartemen sehingga 
cukup kos saja
 yang itupun berdekatan dengan kampusnya
 supaya bisa berhemat transpotasi dll .. 
jaman berubah .. )
 

 jalan pagi saya  akhirnya sampai di Apartemen Begawan 
 untuk melihat lihat seberapa banyak perubahan
 yang ada sejak yang terakhir sekitar setahun
 yang lalu saya kesana . 
beberapa cafe sudah beroperasi penuh , 
ada Labore , ada Nomaden dll . Indomaret disitu juga 
buka sejak jam 6 pagi . dan hitung hitung sebagai 
" penutup nasi pecel " tadi , saya ingin cangkruk sejenak
 sambil menikmati Avogato dan sejenis Oreo Shake
 di Nomaden Coffee yang ada diteras Begawan .
 suasana apartemen yang ( masih ) tenang , 
membuat saya merasa kerasan ber lama lama disitu . 
dan akhirnya hanya dengan menyeberang jalan
 dan berjalan setelahnya sekitar dua menit , 
saya sampai kembali dirumah ..
 sebuah refreshing yang menurut saya penting terutama
 disaat covid masih terus bermutasi ,
 agar badan terjaga staminanya dan tidak " nglentruk " !
 
 
naa .. siapa lain kali yang mau join jalan sehat
 melewati sungai dan persawahan serta
 lembah lembah ini ? jangan khawatir ,
 diujungnya kita bisa istirahat cangkruk dan ngopi
bersama  hehehe .. yukk !
(  Writing & Photos : Titiek Hariati , 28 .01.22 )
keterangan foto : 
01 . My Dormy Hostel UMM 
bergaya industrialis
02 . Box Container yang nge tren beberapa
 tahun terakhir 
03 . sungai kearah belakang UMM
04 . jembatannya
05 . gerbang Begawan
 Premium Student Apartement  
06 . ngopi di Nomaden , lantai bawah Begawan
*********
07 . sejenak duduk di pondok bambu dekat jembatan
08 . mural dekat sungai
09 . atas jembatan yang cukup curam
*********
10 . Begawan , tampak dari belakang UMM
11 . Hutan Kampus
*********
12 . My Dormy Hostel UMM
13 . Hostel Cafe
14 . Tangga turun ke rooms
**********
15 . Lantai bawah Begawan
16 . Tampak Depan
*********
17 . Nomaden Cafe , lantai bawah apartemen
18 . teman kopi
********
19 .  avogato dan oreo shake
********
20 . resepsionis hostel UMM 

Kamis, 27 Januari 2022





 
.. " SEPASI Cafe " 
Yang Semoga Tidak Berjarak " .. 
pendatang baru dijagad cangkrukan dikota 
Malang ini memang bisa dibilang masih gres
 bahkan kemarin saat saya kesana beberapa papan 
ucapan selamat masih berjajar didepannya . 
berlokasi di Jalan Joyo Agung no 3 Malang , dimana 
saat saya datang bahkan baru saja buka
 pada jam 13.00 siang , konon hingga jam 23 .00 .
 
 
 
saya tidak tahu apakah Sepasi Cafe ini merupakan
 cabang dari yang ada dikota lain ,
 yang jelas kehadirannya menambah daftar pilihan
 tempat cangkruk yang di Malang semakin meluber
 bahkan saat pandemi banyak cafe cafe baru
 yang lahir atau mungkin bermetamorphose 
dari cafe yang lama untuk menggaet pengunjung
 dengan tampilan dan selera baru ! 
 

 
 
sebut saja yang lahir disaat pandemi seperti
 AADK, Kotask , NAKOA , Heritage , Hindia , dll .
 maka saat saya memasuki halaman Sepasi Cafe 
sekian hari yang lalu ,
 saya berharap mendapat kejutan dengan sesuatu
 yang belum pernah saya temukan ditempat lain .
 Sepasi Cafe ini juga memiliki area " rooftop " meskipun
 mungkin tak banyak yang bisa dinikmati disitu
 karena rooftopnya tidak cukup tinggi 
untuk kita bisa melihat pemandangan yang dikejauhan
 dan dengan cuaca yang terik atau hujan
 memang sulit untuk duduk disitu . 
diteras sebelah luarnya yang luas itu juga tidak
 terdapat pelindung cuaca sehingga pilihannya akhirnya
hanyalah diruang dalam yang siang kemarin dulu
 terasa cukup gerah . 
 

 
 
beberapa pilihan  menu saya ternyata belum sepenuhnya
 mereka siap , akhirnya dimeja saya siang itu
 ada Lychee Yakult , Chocolate Latte , Mentai Egg
 ( yang konon Mentai Egg ini adalah
 salah satu andalannya menurut pramusaji ) 
dan Garlic Chicken ! 
naa .. mudah ditebak bukan , kearah mana pilihan
 Cafe Sepasi ini untuk  kastamer kastamernya nanti ! 
lucunya siang itu 90% pengunjungnya adalah cewek ,
 tentu saja para milenial dan hanya ada 
dua ibu ibu muda .
 

 
 
 tentu ini hanya sebuah kebetulan meski saya sempat 
bertanya tanya apakah kehadiran sesuatu yang 
baru itu umumnya lebih menarik cewek daripada cowok ?
 ( bandingkan saja dengan munculnya 
mode baju atau sepatu atau tas baru dll yang 
khas cewek hehehe .. ) . 
setelah jeprat jepret disana sini , saya tinggalkan 
Sepasi Cafe dengan harapan cafe ini tidak sekedar 
hadir sebagai penggembira jagad cangkrukan
 di Malang tetapi hadir dengan sesuatu yang
 berbeda yang jujur saja belum saya rasakan
 atau temukan disitu !
 

 
 
 
dan dari skala 1 - 10 saya rela memberikan nilai 6 
untuk Atmosfer , Rasa , Layanan dan Harga 
meskipun minusnya adalah ketiadaan
 payung payung taman terutama yang di " rooftop " 
dan kurangnya kehijauan 
sehingga masih terasa " gersang " .
 bagaimanapun selamat buat Sepasi atas
 " kelahirannya " !
( Writing & Photos : Titiek Hariati , 27 .01 .22 ) 
keterangan foto : 
01 . pendatang baru , Sepasi Cafe
02 . Garlic Chicken 
03 . taman samping , sayangnya
 tak ada payung pelindung
04 . tampak samping depan ,
 terkesan " gersang " ,
 kurang kehijauan atau payung payung taman ?
05 . ruang dalam , satu satunya yang agak sejuk meski
 tanpa AC tetapi bersyukur masih ada kipas listrik
06 . tatanan dalam ruang yang agak
 sedikit " membingungkan "
07 . Mentai Egg yang diandalkan ( ? )
08 . Lychee Tea
09 . " rooftop " yang panas
10 . sejenak menjajal kamera
11 . caller
12 . melompong ...
 












 
.. " KAJOETANGAN Dulu Dan KINI " ..
bicara tentang area Kajoetangan atau Kayutangan 
atau Jalan Basuki Rahmat sebagai nama yang " modern " , 
rasanya lebih tepat dengan angkatan saya .
 milenial tidak akan pernah memiliki ruhnya karena
 mereka lahir disaat Kayutangan atau jalan
 Basuki Rahmat sudah berubah wajah .
 
 
 jadi kalau ada kelompok penggiat yang ingin 
mengembalikan wajah lama Kayutangan maupun 
melestarikan sejarah dan jejak jejaknya ,
sekaligus mereka juga  punya harapan yang tertitip
 pada milenial bahwa 
Kayutangan adalah keping kota Malang yang
 dimasa lampau menjadi land marknya Malang
 yang tak patut dilupakan ! bagaimana tidak ? 
lihat foto foto jadul dimana ada sebuah foto yang 
menampakkan tank tank Belanda ( atau Sekutu ? )
berada di perempatan Kahuripan - Kayutangan 
dimana mereka rupanya masih menginginkan Malang
 kembali kepangkuan mereka !
 
 
maka Kayutangan adalah bagian dari urat nadi 
perjuangan kemerdekaan Indonesia yang 
jejak jejaknya tak mungkin dihapuskan .
 lalu , masa kecil saya sendiri , 
menjadikan Kayutangan laksana " wisata urban " 
dimana deretan pertokoannya begitu legendaris dan
 beberapa diantaranya bahkan masih bisa dilihat
 hingga saat ini meski sebagian besarnya terlihat 
runtuh dilanda berbagai krisis . 
 
 
sebut saja Rajabally yang kini menjelma menjadi
 La Fayette Cafe , lalu ada toko mainan Lido
 dipojok perempatannya dan BCA yang dahulu adalah
 Hotel YMCA . yang ikonik salah satunya adalah
 Bioskop Merdeka yang saat ini tinggal puing tanpa kisah .
 juga Kantor Pos Besar yang sekarang menjelma menjadi 
Kantor Telkom yang berseberangan dengan
 Gereja Katolik Kayutangan .
 
 
Gramedia dulunya adalah sebuah apotik terbesar di 
kota Malang, kalau tak salah namanya Apotik Matahari .
 Hotel Riche tetap dilokasi yang sekarang tetapi 
wajahnya sudah direnovasi tak lagi seperti aslinya .
 yang masih asli adalah Toko OEN . 
juga Sarinah pun sudah berubah wajah karena dimasa
 lampau dan masa kecil saya ,
 gedungnya sangat berarsitektur Eropa  dan cantik . 
lalu juga ada toko sepatu Hana , toko buku Tjiang 
dan Studio Foto yang sayangnya ketiganya
 juga sudah berubah wajah , usaha dan entah apa lagi ... 
 
 
dideretan Primanet hingga bank BNI ,
 dahulu adalah toko toko yang berjualan bermacam
 kebutuhan mulai dari tembakau bagi yang
 suka membuat rokok lintingan ,
 toko mainan , toko roti , toko batik dll yang saya 
sudah lupa nama nama aslinya .
 diseberangnya ada toko toko yang pada masanya
 sangat terkenal ramainya yaitu Toko Riang 
( kemarin dulu saat saya melewatinya ternyata 
sudah berubah menjadi sebuah warung warkop sederhana
 yang tampak kurang higinis sehingga kontras
 dengan masa lalu toko Riang yang tersohor itu ) . 
 
 
maka , ketika pemkot kemudian berkeinginan 
" menghidupkan kembali Kayutangan " antara lain
 lewat pemasangan lampu lampu jalan nya yang
 cukup memunculkan isu kontroversial karena 
" dituduh tidak punya identitas sendiri " tersebab 
desain lampu yang lebih mirip lampu lampu ala keraton
 di Jateng , sayapun bermaksud menangkap 
" ruh Kayutangan diawal 2022 " ini .
 olala ... masalah pertama ternyata adalah :
 sulitnya mencari tempat parkir karena sepanjang
 Kayutangan dikiri dan kanan jalan telah full 
dengan roda 4 dan 2 . 
 
 
akhirnya saya parkir didepan kantor Telkom dan
 berjalan kaki kearah Primanet dan terus hingga
 La Fayette kemudian menyeberang balik
 kearah Kantor Telkom lagi . 
masalah kedua adalah bahwa :
disepanjang jalan yang berhias lampu baru itu ,
 sudah disesaki oleh 90% milenial yang 
memadati kursi kursi disitu , berfoto ria , ngobrol , becanda 
dan bahkan didekat Bank BNI ada grup band yang
 sedang live melayani permintaan penontonnya
 dengan lagu lagu tertentu .
mengapa saya anggap masalah ? 
hampir 90% saya amati mereka tidak bermasker 
 dan juga tidak berjarak !! 
 
 
juga ketika saya melewati satu satunya resto yang malam
 itu buka ( letaknya sebelum Bank Niaga jika
 dari arah BCA ) , tampak resto ini dipadati 
pengunjung milenial karena disitu tersedia
 beragam jajanan ringan dan berat .
 miris , karena suasana seolah sudah aman pandemi 
dan hampir hampir tidak saya melihat seorangpun
 yang bermasker , baik penjual , pembeli maupun yang
 sedang ber jalan jalan .
 saya pribadi bahkan sering mendapat pandangan aneh
 karena masker dobel saya dan mungkin saya
 dianggap Covid-Phobia yang berlebihan ....
 
  
lampu lampu yang dipasang didua sisi Kayutangan
 yang meski tidak 100%  dipasang hingga akhir 
atau ujung jalan Kayutangan ( Sarinah dan Gramedia ) ,
 agaknya sudah cukup mampu 
menyedot " laron laron " yang malam itu 
tumplek bleg di dua sisi jalan... ! 
saya tidak tahu apakah pemkot pernah memikirkan
 resiko lain dari pemasangan lampu lampu cantik ini
 disaat pandemi dan tidak menundanya 
hingga pandemi berakhir ? 
atau ini hanya untuk memburu habisnya APBN saja ?
 
 
 entahlah . 
terlebih munculnya Omicron
 yang sudah mulai mengintai di Malang , 
semoga saja ramainya " laron laron disekitar
 cahaya lampu " tidak memunculkan klaster baru
 covid 19 yang masih belum jelas ujung
 dan mutasinya ini .. 
 
 
apakah tidak perlu diadakan razia masker disitu ?
 tentu bagi milenial yang masih merasa muda , kuat
 dan sehat akan menertawakan razia masker ini ,
 tetapi manakala covid tidak pilih pilih usia
 dan yang mudapun bisa terpapar bahkan
 sampai menghadap Sang Khaliq,
 sebuah razia masker agaknya tidak lagi ditertawakan! 
 
 
 scanner pedulilindungi saja saat ini sudah
 begitu melonggar di mall dll ,
maka saya hanya bisa berharap semoga Omicron
 hanya " numpang lewat " di Singosari dan tidak 
mblusuk ke kerumunan di Kayutangan yang setiap
 malam  pengunjung disitu sudah tidak 
mengindahkan prokes! ..
setelah berkeliling Kayutangan yang genit dengan
 lampu lampu barunya , 
diam diam saya malah merindukan wajah lama 
Kajoetangan yang bersih , tidak berisik dan 
polusi suara dan udara belumlah seberat sekarang ....
naa ... pembaca ada saran buat Kayutangan ? 
( Writing & Photos : Titiek Hariati , 26 .01.22 )
keterangan foto :
01 . Kajoetangan Tempo Doeloe
02 . Perempatan Rajabally Tempo Doeloe
( saat ini ada La Fayette ) 
03 . Gereja Kajoetangan Tempo Doeloe
04 . Aloen Aloen Tempo Doeloe
05 . Toko Roti Kajoetangan Tempo Doeloe
( difoto pada tahun 1930 )
06 . Pohon Besar Beringin di 
Aloen Aloen Malang Tempo Doeloe
*********
06 . Kayutangan atau Jalan Basuki Rahmat 
pada Januari 2022
*********
07 . Duduk santai disepanjang trotoar Kayutangan 
pada Januari 2022
*********
08 . Gereja Katolik Kayutangan
pada Januari 2022
*********
09 . Resto Kayutangan yang padat pengunjung
pada Januari 2022
*********
10 . Band ditrotoar Kayutangan
pada Januari 2022
********
11 . Jembatan didepan Telkom Kayutangan
pada Januari 2022
********
12 . Parkiran full dikedua sisi Kayutangan
pada Januari 2022
********
13 . Trotoar dan kursi kursi juga full dan 90% 
pengunjungnya tidak bermasker 
********
14 . Saya menjajal atmosfer di 
jembatan penyeberangan 
pada Januari 2022
*********
15 . Ramai milenial yang longgar prokes
pada Januari 2022
*********
16 . Salah satu bangunan ( baru ) di 
pada Januari 2022
*********
17 . Saya bersandar disalah satu lampu di
Kayutangan pada Januari 2022