Jumat, 10 Agustus 2018




 .. " aku bertamu kepadaMU ... " ..
menunggu 5 / lima tahun bukan waktu yang pendek 
terutama ketika usia sudah tidak lagi muda . 
tetapi perjalanan sebuah impian memang tidak semudah
 meraih kue di nampan . maka ketika 2018 menjadi
 sebuah kepastian untuk menuju baitullah ,
 sayapun mempersiapkan fisik mental menuju rumahNya 
ditanah haram . 
fisik telah beberapa bulan berlatih dengan berjalan kaki secara
 rutin dibawah terik pagi yang tidak lagi hangat
 tetapi sudah mulai memanas di punggung dan kepala .
 disegi mental , ternyata jauh lebih banyak persiapannya
 termasuk upaya upaya menjadi yang
 Lebih Sabar , yang Lebih Pemaaf , yang Lebih Bijak , 
yang Lebih Dermawan , yang Lebih Ikhlas , 
yang Lebih Tidak Malu Untuk Meminta Maaf , 
yang Lebih .. Lebih .. Lebih ... dan diujungnya adalah 
" menjadi manusia yang lebih baik " ! 
tetapi benarkah itu mudah ?
 ujian demi ujian seolah " mempersulit kenaikan kelas "
 dan terkadang masih keceplosan emosi ... demikian itulah .
 maka 3/ tiga minggu kedepan adalah
 akan menjadi saat saat menentukan apakah
 " latihan soal soal " yang saya jalani selama
 masa persiapan ini akan membuat saya lolos dan lulus ujian
 atau sebaliknya , sebab BimBel nya adalah 
diri saya sendiri yang sesekali masih
mengedepankan ego .
 karenanya ,  kepada 
segenap pembaca blog ini , semoga pada Oktober 2018
 yad saya akan bisa membagikan sesuatu di blog ini 
dengan hal hal yang lebih baik dan bermanfaat , 
 dari yang sudah pernah ada selama ini ,
 semoga .
Labbaika Allahuma Labbaik ..
Labbaika La Syarikalaka Labbaik ..
Innal Hamda Wan Ni'mata ..
 Laka Wal Mulk .. Laa Syarikalaka ..
aku memenuhi panggilanMU ya Allah .. 
aku memenuhi panggilanMU .. 
aku memenuhi panggilanMU tiada sekutu bagiMU .. 
aku memenuhi panggilanMU ..
 sesungguhnya pujian dan ni'mat adalah milikMU .. 
begitu juga kerajaan .. 
tiada sekutu bagiMU ..
 ( Titiek Hariati , Agustus 2018 )







 

Kamis, 09 Agustus 2018




 .. " Yang Sederhana , Yang Sejati " ..
terharu , itu adalah satu2nya kata yang tepat ketika 
saya melihat sebuah foto djadoel dari para mantan pendidik 
kami di jaman SMP . dari sekian banyak wajah yang ada
 dalam foto tersebut , nyatanya hanya " tersisa " 3 / tiga yang
 saat ini masih ada di Malang dan
" bisa disowani " ( dapat dikunjungi ) meski usia 
beliau2 rata2 sudah diatas 80 .
nyaris lengkap para bapak dan ibu guru dalam foto tersebut 
tetapi untuk mengingat nama nama beliau satu persatu ,
 ternyata juga tidak mudah karena 
" si murid " juga sudah mulai pikun hehehe ..
SMP kami termasuk yang disiplin pada jamannya
 sebab Kasek Kaseknya 
( saya mengalami dua kali pergantian Kasek ) adalah 
didikan sekolah2 belanda yang superduper disiplin .
 maka soal hukuman bagi tiap pelanggaran yang
 dilakukan murid ( mulai terlambat datang disekolah ,
 tidak mengerjakan PR , mbolos , dll ) kalau diukur dengan
 bentuk hukuman pada jaman now , sungguh jauh berbeda .
 hukuman fisik sering diberlakukan meski masih
 dalam taraf yang " bisa ditolerir pada jamannya " . 
pada jaman now sangat sering kita mendengar kasus2 
dimana guru dilaporkan orangtua murid karena
 berbagai tindakan guru kepada murid yang dinilai melanggar
 HAM . lucunya pada jaman itu nyaris
 tidak ada isu HAM di sekolah2 .
 tetapi yang paling membekas dalam ingatan adalah 
Kesederhanaan , Kesungguhan , 
Dedikasi Tinggi Pada Profesi dan Kejujuran dari para
 pendidik ini dimana pada masa itu kasus2 korupsi
 dikalangan para pendidik Tidak Ada !!
 sepeda pancal adalah kendaraan umum dikalangan
 mereka dan murid2 termasuk saya sudah terbiasa 
berjalan kaki berangkat dan pulang sekolah 
meski jaraknya tidak dekat .
 murid naik becak itu sudah termasuk sebuah
 kemewahan , dan yang diantarkan mobil hanya satu dua
 yang kebetulan orangtuanya adalah pejabat .
 seragam para guru umumnya adalah putih putih dengan
 garis setrikaan yang rapih dan berkanji agar  nampak rapih !
 salah satu bapak guru yang saya sangat terkesan
 yaitu bapak Sabde yang selalu membawa 
pisang sesisir di boncengan sepedanya dan kalau beliau
 sedang " kurang enak hati " tidak segan segan 
melemparkan penghapus kapur kepapan tulis yang 
membuat ciut hati para murid yang ketakutan hehehe ...
 lain halnya dengan bapak Wardoyo yang mengajar
 bahasa daerah dan tembang2 Jawa , 
saya sering kesulitan menirunya meskipun saya Jawa asli !
 yang saya sukai adalah pelajaran menggambar
 karena guru gambar kami penyabar dan suasana
 belajar agak santai . 
ah ya .. waktu cepat berlalu , 
dan jaman telah total berubah .
 di sekolah2 bahkan di tingkat TK hingga SMA ,
halaman2 luarnya dipadati oleh mobil2 mewah dan
ratusan motor dari para siswanya . guru2 sudah ber
 Honda Jazz bahkan Pajero dll .
 ada sesuatu yang " hilang " disana , tetapi jaman memang
 sudah tidak sama . bingkai foto ini saya letakkan
 ditempat yang spesial , sebagaimana saya meletakkan 
beliau beliau yang ada dalam foto ini ditempat yang
 istimewa dalam ingatan dan hati saya . 
terimakasih guru , tanpa jasa jasamu mungkin saya 
tidak mampu menulis seperti ini .. maafkan bahwa saya 
ternyata tidak mampu membalasnya bahkan hingga
 sebagian besar dari bapak ibu guru telah wafat .. 
hanya doa yang dapat saya persembahkan ,
semoga ALLAH SWT yang akan menggenapkan
 balasanNYA dan memberikan 
tempat terbaikNYA bagi bapak ibu guru sekalian
 .. Aamiin Ya Robbalalamin ... 
( Titiek Hariati , Agustus 2018 )
catatan :
foto diatas diambil dari WA rekan saya , 
dr . Taufiq , yang juga alumni dari SMP yang sama . 



 .. " Penggoda Terbesar .. " ..
 kalau sedang bokek , saya menghindarinya .
 kalau sedang ada rizki , saya juga cenderung menghindarinya .
 lha , lalu kapan saya tidak menghindarinya ?  
sulit menjawabnya sebab dalam segala situasi dan kondisi ,
 rasanya saya " mau mau saja " dengan yang satu ini ,
 baik disaat dompet menipis atau sedikit berisi .
 mahluk apakah yang membuat saya " klepek klepek " ini ?
 ternyata monster yang satu ini memang punya 
magnet luar biasa : B U K U ... !
 bahkan dijaman digital ini dimana buku yang secara
 fisik bisa kita sentuh , sudah mendapat " pesaingnya " 
yaitu e-book  yang tidak bisa disentuh ,
 tetapi tetap saja buku lebih unggul !
 lalu apa sebenarnya yang membuat buku itu bertahan
 abadi ditengah arus buku digital yang canggih2?
 alasannya sederhana yaitu bahwa 
" kenikmatan pembolak balikan halaman buku yang 
secara fisik dapat dipegang , disentuh , disimpan dalam 
rak atau tas , dipakai sebagai " teman " dalam perjalanan
 atau menunggu sesuatu atau saat sedang galau , 
atau bahkan saat BAB ( maaf ) ,
 atau mencari referensi , inspirasi , motivasi dan
 si .. si .. si lainnya adalah mengasyikkan dibanding
 meng utakatik HP untuk membolak balikkan 
halaman sebuah e-book ! " .... 
 maka pada setiap bazar buku ataupun pameran buku
 ataupun promosi tertentu dari sebuah toko buku
 umumnya sulit saya lewatkan . buku apa yang saya cari ? 
jawabannya : tidak tahu , sebab saya tidak membatasi diri pada
 " genre "  buku tertentu . bagaimana mau membatasi diri
 kalau hal hal menarik bisa ditemukan di jenis buku apa saja
 mulai yang fiksi sampai yang ilmiah ,
 mulai yang cerpen atau novel hingga buku2 tentang politik 
yang njlimet atau bahkan horror juga bisa , 
sehingga terkesan saya " tidak punya warna " ,
mungkin ada benarnya , sebab saya 
menyukai warnawarni hehehe ...
 
pepatah lama mengatakan 
" Kenali Orang Dari Buku Yang Dibacanya " mungkin juga
 benar meskipun dijaman now banyak orang berselera
 gado gado karena perkembangan dunia tulis menulis yang 
begitu pesat dan melahirkan ribuan penulis2 baru
berbakat yang masih muda muda .
 beda dengan jaman dulu yang
 masih " dimonopoli " penulis2 senior dan klasik .
 ini juga tidak lepas dari meningkatnya penghargaan
secara  materiil pada para penulis sehingga 
menulis sudah bisa dijadikan nafkah hidup ! 
juga munculnya Citizen Journalism mendorong lahirnya
ribuan " pewarta2 baru " baik melalui tulisan atau video .
 saat ini kalau ada yang bertanya pada saya , 
buku apakah yang sedang saya baca , 
saya akan menyebut 3 judul .
 lho koq membaca 3 sekaligus ? tidak juga .
 saya akan sebut dulu yang pertama yaitu 
" Perjalanan Ruh " ( Ibnu Qayyim Al Jauzy ) ,
 yang kedua " Dari Wina Ke Yogyakarta " ( Jemma Purdey )
 dan ketiga " Die Sache Mit Freud " ( Ludwig Knoll ) .
 bagaimana cara membaca 3 buku bersamaan ?
ini adalah cara saya untuk mengurangi kelelahan
mata terhadap buku buku yang halamannya lebih dari 300
 yaitu Dibaca Bergantian . per 20 halaman saya
 beralih pada buku yang lain plus membuat 
catatan2 kecil untuk masing2nya . 
mungkin ada yang " komplain " bahwa cara ini bisa 
memecah perhatian dan kehilangan " ruh " dari masing2 buku ,
 mungkin begitu , tetapi catatan2 kecil tadi sangatlah
 membantu sebagai Reminder . 
 maka sungguh jangan ajak saya ketoko buku sebab
 saya bisa " lupa daratan ingat lautan " disana hehehe ...
 seorang teman berkomentar 
" waduh... kalau biasanya orang sibuk HP an di ruang 
tunggu dokter, stasiun, bandara dll lha ini kok
 malah baca buku , sebetulnya sama sama " njengkelin " nya 
sebab jadi sulit diajak ngobrol ... " .
 saya tertawa dan menjawab :
" ya beda to .. kalau sibuk HP an itu bisa saja karena
 punya gebetan baru atau bahkan selingkuhannya  ,
 lha kalau baca buku dari mana bisa selingkuh ? "
  teman tadi seperti " tersadar " dan reaksinya :
" iya nihh ... aku suka jengkel kalo maunya ngopi berdua
 atau makan diluar ee .... dicafenya aku malah ditinggal
 HPan yang kalau ditegur jawabnya yang urusan 
kerjaanlah yang inilah itulah .. 
kalau aku ikut ngliat HP nya , e .. sewot katanya
 kok aku suka curiga sih bla bla bla ... " ...
maka saya timpali :
" naaa ... mana yang lebih bisa dipercaya ,
 buku atau HP ? .... " , kami " ngakak " bersama ...
saya tidak menawarkan pilihan pada pembaca ,
 antara patner yang suka HP an atau baca buku sebab
 keduanya sama sama " kesurupan " kalau 
sudah pegang HP atau buku , hanya bedanya 
HP memiliki banyak akses untuk sebuah
tindak " ketidak jujuran " dengan fitur fitur yang 
memungkinkan orang menyembunyikan dan memanipulasi 
sesuatu data yang ini tidak dimiliki buku . 
 bila kita ingin ngobrol dengan penggila buku yang 
sedang asyik membaca , kita tinggal berkata 
" e .. nanti bukumu kotor lo kalau tertetes kopi ,
 gimana kalau sementara kita ngopi 
bukumu di amankan dulu ? " ...
(  disisi lain saya sungguh tidak tahu cara " menghentikan "
 seseorang dari kegilaannya utak atik HP 
disaat ngopi bersama
 yang pastinya sangat menjengkelkan pasangannya hehehe ... )
( Writing & Photos by : Titiek Hariati , Agustus 2018 )

01 . dua yang seimbang
02 . para penggoda
03 . penulis2 muda berbakat
04 . harta karun sastra Indonesia
05 . jangan kehilangan harapan
06 . takdir
07 . kemana perginya Ruh ?
08 . tokoh yang harus dikenal
09 . bapak psikologi
10 . bisu
11 . kadang buku lebih bagus dari filmnya
12 . tokoh lain yang juga perlu dikenal
13 . ringan , tapi perlu !


 

Rabu, 08 Agustus 2018








.. " Kopi Pete ? Yok Opo Rasane ? " ..
judul tulisan ini adalah hal yang muncul dalam benak saya
 ketika pertama kali membaca nama kedai kopi " Kopi Pete " 
yang ada di Jalan Joyo Agung , Malang .
kawasan ini dulunya lumayan seram dimalam hari karena
 selain ada makam juga masih minim penghuni sehingga saya 
kalau pulang kerumah yang ada di Graha Dewata dan
 melewati kawasan ini sering merasa " merinding "
 tanpa sebab yang jelas hehehe ...
 tahun tahun berlalu dan kawasan yang dulu terkesan 
" sangar " ini telah berubah wajah .
 puluhan cafe dan warung2 serta bangunan bangunan sudah
 memadati area disitu , sehingga saat melewatinya 
kita serasa dihibur oleh bermacam suasana dari mulai
perumahan2 , cafe cafe , ponpes , warung warung kecil ,
 toko toko bangunan dll yang seolah berlomba untuk 
mengisi tiap jengkal tanah yang ada disepanjang Joyo Agung. 
mengapa kawasan ini laris manis ? 
selain bahwa kedepannya konon akan ada pembangunan 
jalan Malang Batu yang nyaman , juga view disepanjang
 jalan ini sangatlah cantik . maka tidak heran bila 
cafe cafe disini menghadapkan wajahnya kearah
 panorama yang ada  sebagai nilai jualnya .
sebut misalnya Green Barn , Bukit Delight , dll yang hampir
 selalu dipadati kaum muda terutama weekend ! 
oya , salah satu cafe yang baru hadir beberapa bulan ini 
adalah " Kopi Pete " yang saya sebutkan tadi .
jalan masuknya sekitar 50 meter kedalam dan kita akan
 menemu sebuah bangunan kayu berlantai dua yang 
nampak alami ditengah sebuah kebun pete ! 
ooo ... ini rupanya alasan nama cafenya Kopi Pete , 
nyaris saya pikir akan disuguh menu Kopi Campur Pete hehehe .. 
saya naik kelantai atas yang siang itu sudah ada 
beberapa pengunjungnya disitu . kopi lokalnya berasal
 dari berbagai daerah , sebut saja
 Gresik , Blitar , Madiun dan Sarijan . 
camilannya al : Jadah Goreng ( bahasa Jawanya " tetel " ) , 
Roti Panggang , Ikan Asap Pari & Tuna , 
yang agak berat adalah Nasgor dan Mie Goreng !
 berada disini , nampaknya menu tidak terlalu dipentingkan ,
sebab saya lihat pengunjung2nya malah asek ngobrol
atau maen HP atau leyeh2 karena suasana yang 
tenang dan sejuk .. inilah keuntungan dari 
kedai2 yang punya lingkungan alam yang bisa dijual ,
 orang lebih menikmati suasana dari pada menu2nya hehehe ..
 bagaimanapun sederhana , 
saya pikir kedai yang satu ini bolehlah untuk 
" bertukar atmosfer " dari kemacetan2 dikota yang
 menyebalkan .... 
yukkk ... !
( Writing & Photos : Titiek Hariati , June 2018 ) 
 01 . meja bolong menambah cantik
02 . sejuk
03 . sederhana tapi nyaman
04 . lupa macetnya lalin
05 . sisa sawah
06 . ngopi dan nyamil ditengah semilir angin