Minggu, 18 Desember 2022

 
 

 
 
  .. " Pejuang Pejuang Tangguh " ..
( 03 )
dibagian ke 3 ini , secara khusus saya tulis buat 
seorang ibu yang luar biasa , namanya singkat bu Temi
 ( semoga saya tidak salah menuliskan namanya  ) . 
saya bertemu dengan ibu ini disuatu pagi saat saya
 jalan pagi mengambil rute rutin yaitu
Bukit Hijau - Raya Tlogomas - masuk ke gang 8 - 
berjalan lurus hingga tiba disebuah jembatan eks 
jembatan jaman Belanda yang masih kokoh , 
selanjutnya naik ke atas menuju Jalan ( raya ) 
Saxophone , kearah kiri , lurus hingga gerbang UMM , 
masuk kampus UMM , menuju lapangan bolanya dan 
terus berjalan mengitari lapangan ,
 berlanjut naik lagi kearah jembatan diatas sungai 
yang cukup deras disitu , lalu terus kearah
 jalan keluar kampus UMM menuju Jalan 
Raya Tlogomas , mengambil arah kiri lurus hingga 
Apartemen Begawan dan disitu biasanya saya sejenak
 istirahat sambil ngopi . 
 
 itu tadi adalah rute normal saya  dan saat saya masih 
berada di jalan yang menurun kearah jembatan 
eks Belanda , disitulah saya bertemu bu Temi yang 
sedang berjalan sambil " nyuwun " 
( mengangkat diatas kepalanya ) sekeranjang 
jamu jamu tradisionil dalam botol botol seukuran 
air mineral 1 literan . 
bu Temi berhenti meletakkan keranjangnya 
disebuah bangku bambu dan mengatur ulang 
botol botol jamunya sambil sesekali mengocok
 beberapa jamunya . kesempatan ini saya pakai untuk 
sedikit mengobrol dalam bahasa Jawa ( tetapi saya 
terjemahkan bahasa Indonesia yaaa ...) :
 
 ( s/ saya ) : bu , saking pundi bidalipun ? 
( ibu  berangkatnya dari mana ? )
T/Temi ) : dari Lowokdoro
( s ) : wah .. jauh ya , naik apa ?
( T ) : angkot 
( s ) : sudah lama kerja bikin jamu ini ?
( T ) : wah .. sejak masih gadis ..
( s ) : waduh .. hebat ! apa saja bu jamunya ?
( T ) : beras kencur , kunir asem , temulawak ,
 paitan  , sinom . 
( s ) : keliling kemana saja bu ?
( T ) : di tlogomas ada langganan2 saya , 
juga di kampung kampungnya .
( s ) : ibu bangun jam berapa buat jamunya ?
( T ) : sekitar jam 1 malam , nanti tidur sebentar
 dan subuh sudah berangkat .
( s ) : anak anak dimana ? sudah pada menikah ?
( T ) : sudah , ada di Malang . saya masih kuat kerja ,
 jadi tak masalah .
( s ) : kira kira berapa bu per hari dapetnya ?
( T ) : ( tersenyum ) ngga tentu bu .. ya cukuplah 
untuk keperluan harian ..
( s ) : ngga pusing bu mengangkat begini berat ?
( T ) : ( tertawa ) sudah terbiasa bu .. 
malah kalau lama ngga angkat angkat pusing 
hehehe ..
 ( kami tertawa bersama )
( kami mengobrol sekitar 7 menit setelahnya , 
dan saya akhiri obrolan kami karena saya tak ingin
 mengganggu jadwal kerjanya  . saya ijin untuk
 memfotonya terutama saat bu Temi menaiki tangga 
yang cukup tinggi dan curam diekat kami .  
 
 waduh ... , jika sampai tergelincir karena 
sangat licin
 saat hujan dan berlumut , sulit dibayangkan 
akibatnya dengan sungai yang mengalir deras
 disebelah bawahnya .  
kaki dan kepalanya yang sudah
 berpuluh tahun begitu perkasa menahan beban
  keranjangnya , saya lihat menaiki tangga yang curam 
bahkan buat saya yang tidak membawa beban
 apa apapun  cukup mengkhawatirkan kecuramannya . 
bu Temi adalah perwakilan dari wajah 
wanita  wanita tangguh yang berjuang keras untuk
 kehidupannya . ia tak mengenal teknologi untuk 
mendukung usahanya , tetapi ia memiliki 
" teknologi " lain yaitu " pelestarian kekayaan 
budaya jamu tradisionil " yang mulai banyak tergilas 
jamu jamu pabrikan maupun tren tren baru
 berbagai jenis minuman modern . 
 
 loyal customer bu Temi adalah mereka yang masih
 percaya bahwa sesuatu yang asli , tanpa 
campuran kimiawi dan rempah rempah asli
 yang diolah menjadi jamu jamu tradisonil 
adalah yang lebih sehat ! 
ternyata penggemarnya bukan hanya
angkatan saya yang terhitung " 16++ " ini , 
tetapi juga ada sebagian milenial yang menyukainya 
karena mereka sempat tumbuh dilingkungan yang
 membudayakan warisan warisan leluhur .
 tak banyak lagi yang tersisa dari angkatan bu Temi
maupun penerus penerusnya , tetapi saya masih 
penuh harap bahwa ada sebagian milenial kita
 yang mencoba mewarisi ilmunya dan membangkitkannya
 dengan dukungan teknologi ! 
misalnya jamu rempah asli yang bisa dipesan 
secara online dan atau diminum ditempat dengan 
" dandanan ala cafe modern " , agar milenial kita 
juga mau mengenal dan menyukai jamu jamu 
atau minuman minuman tradisionil yang diolah
 didepan kastamer  plus camilan
 yang juga tradisionil seperti 
pisgor ori , ubi godog , sawut , ketan dll ! 
 
bu Temi hanyalah satu diantara ribu atau mungkin 
juta wanita tangguh yang berkutat di 
usaha jamu tradisionil tanpa dukungan teknologi . 
semoga masih cukup banyak pecinta pecinta
 jamu tradisionil diantara kita agar salah satu
 warisan kekayaan bangsa ini  
tidak lenyap ..  !
( Writing & Photos : Titiek Hariati,
19.12.22 )
keterangan foto : 
01 . bu Temi dipuncak tangga
02 . bu Temi ditengah tangga
03 . bu Temi mengawali naik tangga
***
04 . bi Temi sejenak istirahat
***
05 . menata ulang jamunya
***
06 . tangga curam arah sungai yang deras
*** 
07 . bu Temi sibuk
***
08 . kaki dan kepala serta tubuh dan 
jiwa yang perkasa ! 
***

Tidak ada komentar: