Sabtu, 01 Juni 2013


               

Hari Tanpa Tembakau, 31 Mei


Tahun 1987 Organis. Kesehatan Dunia ( WHO ) memproklamirkan 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia meskipun hanya sehari itulah setiap tahunnya diharapkan para perokok berpuasa. 

Bagaimana ditanah air? Kemarin saya tidak melihat bedanya. Di mana mana masih terlihat orang merokok santai. Bahkan mungkin tidak banyak yang tahu tentang HTTS ini atau lebih tepatnya tidak peduli. Kata yang muda muda " nggak nge fek " ..

Parahnya lagi, masih banyak pula  yang   tidak dapat  menghargai
mereka yang tidak merokok. Contoh, saya pernah disebuah angkot menegur sopan seorang perokok yang kebal kebul, dan minta tolong cendela dibelakangnya dibuka supaya asap  tidak    mengganggu  penumpang lain yang padat. Diluar dugaan saya malah yang ganti ditegur " Waa .. mbak, ini kan bukan mobil pribadi, mbak saja yang naik taxi .... " ck ck ck ...

 Maka saya sangatlah setuju dengan HTTS ini meskipun kalau bisa tidak hanya sehari itu tapi selamanya.   Sebagaimana      himbauan pada kebaikan, pastilah ada pro kontra dan itu wajar. Terutama dari para produsen rokok, petani tembakau dan semuanya yang 
terkait dengan industri rokok.

Data    menyebutkan bahwa    pertahun ada sekitar 5,7 juta orang tewas merokok melalui bermacam gangguan kesehatan.  Mungkin ada yang mengatakan " Lha .. kematian itu kan sudah    takdirnya, merokok itu kan hanya jalannya ... " hehe .. memang akan    selalu ada excuses untuk sebuah perbuatan yang menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain. 

Apa kerugian buat orang lain? Uang belanja berkurang, isteri anak mengomel. Asap rokok bagi yang tidak merokok malah lebih membahayakan dibanding si perokoknya sendiri,     terutama bila diruangan tertutup atau ber AC.   Di warnet  sering  saya       lihat 
para " kebal kebul " ini dengan santai tanpa memikirkan kepentingan orang lain,    menebarkan asap diruang   ber AC padahal tertulis tanda dilarang merokok. " Keren " bukan ?


Saya ingat kejadian konyol saat masih bekerja menjadi reporter di sebuah media di Jakarta dimana pada sebuah gathering mendapat gojlokan seru karena kekalahan dalam sebuah game,      dan  saya harus mencoba satu kali hisapan rokok yang asapnya harus melewati hidung! Saya ampun ampun, tapi dipaksa sebab hari itu memang diijinkan saling gojlok. Dengan rasa tak keruan saya mencoba tapi tidak saya hisap , semua protes, dan paksaan baru berhenti setelah tahu saya batuk batuk tidak keruan dan air mata meleleh .. 

It was first and last, saya bersumpah, benda yang satu ini sama sekali tidak ada manfaatnya he he .. ( maaf pembaca yang perokok, saya memang " ndheso " tapi biarlah ndheso karena saya tidak ingin paru paru saya menghitam dan mengkerut hehe ... ) 

Sebenarnya saya bahkan pernah bergabung disebuah perusahaan rokok terkenal di Malang, RoPM, sebagai Exec. Secret. to the Vice President. Dan karena saat itu saya " terbajak " meskipun saya juga suka dengan lingkungan kerjanya, saya tidak sempat lama karena saya harus kembali lagi ke " kampung halaman kedua " di kaki Alpen. 

Naa .. tiap gajian, saya mendapat empat slot rokok ber merk terkenal, padahal dirumah tidak ada yang merokok .    Maka tiap gajian, dirumah sudah menunggu  beberapa keponakan cowok      yang rajin menunggui saya pulang dan berebut rokok itu.. hehe, sebuah penggalan kecil dari kenangan pada yang namanya rokok .

Naaa ... selain juga duit boros, kesehatan keropos dan orang lain pada melengos, maka tidakkah para perokok ingin mencoba secara bertahap menguranginya hingga sama sekali tidak lagi merokok? 

Tinjauan psikologis perokok itu bisa bermacam sebab.   Tekanan tekanan tertentu misalnya, membuat orang merasa " lebih ringan bebannya " dengan melepas asap dari hidungnya. Juga lingkungan membuat seseorang merasa " kurang diterima " bila tidak ikutan merokok. Faktor lain adalah coba coba atau ikut ikutan yang akhirnya malah ketagihan.Untuk pria umumnya adalah untuk  "melengkapi " tampilan masculinnya . 

Bagaimana dengan wanita? Saya tidak tahu alasan yang lebih tepat, selain mungkin terbawa lingkungan, mode, agar terlihat modern/ metropolis, supaya lebih sexy, atau pengurang stres tertentu atau entah apa, tapi mengingat wanita " berkewajiban " hamil dan menyusui, ada baiknya rokok ditinggalkan demi janin atau bayinya.

Sebagai wanita, saya juga ingin ber opini tentang merokok dihubungkan dengan kejantanan yang menurut saya kok tidak begitu. Sisi ini tidaklah terwakili oleh rokok, melainkan lebih kepada attitude si pria misal bersikap menghormati wanita, berani bertanggung jawab pada setiap kata dan perbuatannya, berani mengambil resiko dan sportif disaat menjadi pemenang atau sedang mengalami kemenangan yang tertunda dalam hidupnya . 

Lebih spesifik lagi yaitu sexy, yang menurut saya itu tertampil disaat seorang pria memperlihatkan tingkat intelektualitasnya yang menumbuhkan rasa respek, dan bukan pada rokoknya. Apalah arti tampilan masculin dengan rokok apabila ternyata frame of thinkingnya konyol ? Tapi ini pendapat saya lho hehe ..

Naaa .... bagi yang menginginkan paru parunya " mlungsungi " dengan perubahan warna, bentuk dan ukuran yakni menjadi lebih hitam, berkerut, mengecil , berlobang lobang serta menimbulkan rasa    sesak dan sakit pada tiap hembusan nafas, bolehlah melanjutkan petualangan asapnya, siapa tahu akan ada program penganugerahan " perokok sejati sejagad "  satu saat nanti? .... 
( th )

Keterangan foto ( taken by : th ) :
Tembakau Sumatra Asli, Mei 2013.




Tidak ada komentar: