Selasa, 03 Januari 2012

Fajar baru 2012 di Penanjakan, Bromo

















Berawal dari sebuah pilihan, antara laut, gunung atau rumah, yaitu menanti saat saat berakhirnya 2011 dan menyambut detik detik 2012, maka dalam hujan deras pilihan dijatuhkan di gunung karena keinginan mendekat kealam bebas plus mendengarkan " suara alam " . 31 Desember 2011 jam 13.00 tengah hari, setelah tercapai kesepakatan dengan beberapa teman, saya memulai perjalanan ke gunung Bromo, sekitar 110 km dari halaman rumah saya.

 
Tidak ada yang istimewa dalam bagasi, kecuali syal, jaket, sarung tangan, topi, selimut dan bantal. Lho apa tidak pesan hotel lebih dulu untuk menanti fajar disana? Niatan sudah pasti, bahwa detik detik akhir 2011 akan disaksikan langsung dialam bebas dan bukan dalam sebuah kamar hotel, demikian kesepakatan nomor dua. Nomor satunya : fajar 2012 harus ada di Penanjakan, sebuah area paling tinggi di kawasan Bromo, hujan atau tidak hujan !

Bekal makanan tipis sebab membayangkan jagung bakar di Bromo rasanya akan lebih nikmat, maka 5/lima buah apel, satu bungkus kacang dan kripik serta 15 gelas air mineral rasanya sudah
menyesaki tempat duduk. Dan ... rencana mulai terlihat meleset satu persatu . Pertama, jalanan dalam kota saja sudah luar biasa macet, ditambah sepanjang perjalanan hingga mencapai Tongas Probolinggo semakin ruwet mirip dawet. Arus wisatawan ke dan dari arah Surabaya padat merayap. 

Pemberhentian I di Rawon Nguling, Tongas, membuat badan sedikit relaks setelah berhasil " lolos dari lubang jarum " .. Mendung di mana mana, sampai akhirnya mencapai kaki Bromo memasuki mahgrib . Kumandang azan terasa ditelinga agak berbeda, karena hamparan
lautan pasir didepan mata serta gugusan gunung Bromo seolah menegaskan kebesaranNYA..


Lumpur becek merata disemua area, saya kaget karena ternyata ratus bahkan ribuan wisatawan telah memadati hampir disemua area sehingga parkiran mobil seolah dijejalkan dimana mana dan membuat pemandangan yang sama sekali tidak menarik. Rencana untuk melanjutkan perjalanan ke Penanjakan pada tengah malam hari terpaksa agak tertunda, hujan deras dan konvoi jeep hardtop kearah Penanjakan terlihat sudah sangat padat.

Jam masih menunjuk 19.05 ketika kami putuskan untuk menunggu jam 24.00 di kaki Bromo dan sesudahnya yaitu sekitar jam 02.00 tengah malam baru akan bergerak ke Penanjakan. Rombongan demi rombongan mulai menggelar tenda didepan kami dalam suasana hujan, dan
kami semua " mlungker " dalam mobil karena suasana cuaca yang kurang bersahabat. Dari radio kami ikuti siaran Suara Surabaya yang ber jam jam hanya memberitakan kemacetan disana sini, dan nampaknya tidak teratasi oleh petugas.


Tertidur akibat perjalanan yang macet macet, membawa pada jam 23.57 dan dikagetkan oleh
suara petasan diatas kepala, maka sayapun terbangun dan tersadar bahwa alam terlihat lebih ramah karena hujan sudah berhenti. Ternyata petasan tadi baru pembuka. Setelahnya langit terang benderang selama sekitar 15 menit karena dari segala arah muncul aneka rupa dan warna petasan di angkasa. Tret tret tret ...... Langit mirip kanvas hitam yang dilukisi berbagai
warna dan semuanya bersorak sorai " huaaaa ... huaaaa .... " ...

Anehnya, saya diam diam malah berharap semua keramaian itu sirna supaya bisa mendengar
" pasir bromo yang berbisik " .... tapi harapan ini sia sia .. Selamat tinggal 2011, semoga 2012
membawa lebih banyak kebaikan disegala hal, aminnnn ... Tahun Naga Air kata pakar hongsuifengsui yang itu jelas bukan saya hehe ...


Jam 02.00 , 01 Januari 2012, kami bergerak ke arah Penanjakan. Mobil diistirahatkan di kaki Bromo dan para tukang ojek membawa kami ke Penanjakan III. Dari sana, disambung naik " ojek kaki empat " alias kuda kearah Penanjakan II. Menaiki ojek bak crosser yang melompati
lobang lobang besar, ternyata masih harus disambung dengan kuda yang melewati jalan jalan setapak dengan jurang jurang menganga dibawahnya, sebuah uji adrenalin ..

Tapi demi sebuah Penanjakan yang konon adalah " embahnya " panorama Jawa, maka sayapun tidak keberatan dengan tes tes adrenalin tadi meskipun agak mir mir hehe .. Kuda saya malah
terlihat menikmati perjalanannya dan dua kali harus berhenti karena BAB hehe ... " Niku pancen ngoten, nek berak mandeg .. " ( Kuda memang begitu, kalau berak dia berhenti, kata si pemilik kuda yang mengawal saya ). 

Dan pada belokan terakhir, saya harus menahan napas : sebuah panorama luar biasa ada didepan mata : kawasan Bromo seutuhnya termasuk Semeru yang menjadi ikon gunung di Jawa..... Subhanallah, demikian Maha Suci nya Allah ! Wow ... berapa kalipun menyaksikannya, tidak akan pernah orang bosan mengagumi : c a n t i k !!!

Detik detik menunggu fajar dinikmati dalam cengkeraman udara dingin yang menusuk. Fajar akhirnya tiba, tetapi puluhan fotografer yang sudah siap pun harus kecewa : mendung !! Apa boleh buat, alam berkehendak lain, tapi saya tidak terlampau kecewa sebab suguhan view yang maha dahsyat didepan mata saya ini seolah membayar semua rasa lelah & dingin & lapar yang ada . Lapar? Maklum, dalam cuaca seperti di Bromo, rasanya tiap detik yang ada hanya lapar dan lapar.. hehe ... Jam 07.00 setelah puas di Penanjakan, saya turun kembali.

Beberapa jepretan yang saya ambil, saya akan coba bagi disini, meskipun saya sadar bahwa saya memiliki keterbatasan peralatan dan skill, tapi biarlah kegembiraan ini akan saya coba bagi ..
Ramai ramai makan pagi di Bromo Permai, nasi goreng dan mie goreng serta dadar telur, maka sarapan yang full karbohidrat ini seolah melambaikan rasa kantuk yang dahsyat.. Tapi ternyata kami sudah ditunggu lagi oleh tukang ojek untuk melintasi lautan pasir kearah kawah Bromo.

Ada sekitar 300 an tangga naik ke kawah Bromo, pagi itu dipadati semut semut kepala hitam alias manusia yang padat merayap. tapi demi sebuah foto yang saya ingin kejar di kawah itu, maka sayapun rela ber jejal jejal. Teman warga Amerika mengeluh kok Bromo jadi sangat turis banget, sayapun sulit menjawab sebab didepan mata kami terbentang lautan sampah (!) yang di lemparkan pengunjung ke pinggir pinggir kawah, sebuah budaya yang memalukan !

Puas jeprat jepret kawah dari berbagai angle, saya turun dan mampir di warung yang tak bisa dibilang sederhana karena hanya berupa sebuah bentangan plastik 1 meter. " Teh panas bu .. ",
ibu si pemilik warung sudah maklum bahwa akan lebih banyak pesanan minuman panas daripada yang dingin, maka currrr ... tak lama teh panas sudah terhidang.

Saya sempat jepret juga seorang penjual bunga edelweiss yang tidak weiss lagi alias sudah warna warni akibat di wenter atau dicelup warna, oalaaa .. " Kok di warnai to pak? ", " Iya bu,supaya
cantik.. " ... Rungguh ini hanya masalah selera ..

Jam 15.00 setelah puas mendengar bisikan pasir, kami mulai turun gunung . Waw ! 4/ empat jam terjebak macet di desa Ngadisari, membuat perjalanan pulang kembali mengulang sejarah :
menyebalkan ! Tapi daripada stres, maka lebih baik dinikmati saja sambil kembali mendengarkan radio SS dengan berita2 macetnya plus menghabiskan bekal bekal yang ada supaya mengurangi berat beban mobil hehe...

Tiba di Malang disambut hujan lagi, jam menunjuk 18.05 ... saatnya maghrib .. Setumpuk baju dan sepatu serta mobil yang kotor, dan setumpuk jepretan dari Bromo semoga membawa perjalanan disepanjang 2012 menjadi jauh lebih baik & bermanfaat, plus tentu saja : Indonesia akan mengalami perubahan dahsyat kearah yang lebih bermartabat dimata dunia, aminnnn.....
( saat ini kita berada dipuncak daftar negara terkorup didunia ! ) ... miris ..

Selamat Tahun Baru !! ( foto2 lainnya disusulkan , ada sedikit masalah teknis ) ( th )

Keterangan foto dari atas ke bawah :( all taken by : th ) :

01. Annie Chow, boyong dari China ke Amerika dan sudah 2x ke Indonesia, kecewa karena
Bromo sudah sangat turistik, kami mneikmati wedang jahe di Penanjakan.
02. Macet cet di Ngadisari, butuh 4 jam untuk keluar kearah Sukapura !
03. Semut semut hitam merayap naik turun kawah Bromo, termasuk saya.
04. Kawah Bromo.
05. Selimut pasir Bromo.
06. Isi bensin di rawon Nguling ( tapi bukan pertamax he he ) .
07. Penanjakan dengan Semeru sebagai latar belakang.