Kamis, 27 Juli 2017






 .. " Selamat Jalan , Tante Nien .. " ..

memang agak terlambat saya menulis ini karena Nien Lesmana 
wafat sudah sebulan yang lalu , tepatnya 28 Juni 2017 . 
 ada beberapa alasan atas keterlambatan ini .
pertama karena saya harus membongkar koleksi foto foto lama 
saat masih menjadi " kuli tinta " 
( bukan " kuli gadget " )  di Jakarta sekitar tahun 79 an , 
dan kedua mencoba menemukan majalah majalah yang memuat tulisan 
tentang Nien Lesmana dan keluarganya . 
nyatanya sia sia sebab yang ketemu hanya beberapa foto yang 
" agak utuh " , selebihnya sudah termakan kelembaban . 
mungkin saya memang bersalah tidak mampu menyelamatkan ribuan
 foto foto lama yang sebenarnya bisa " bicara " tentang 
bermacam hal , 
tetapi perjalanan hidup terkadang menghalanginya dan 
memaksa saya meninggalkan foto foto berharga tersebut ditanah 
air selama belasan tahun !
entah siapa yang harus disalahkan . 
maka ketika 28 juni 2017 yang lalu saya dikejutkan oleh berita wafatnya 
Nien Lesmana atau saya biasa menyebut beliau dengan " Tante Nien " , 
saya seolah terdorong untuk menuliskan sesuatu tentang
 wanita " perkasa " dibelakang nama besar Jack Lesmana ini . 
ini adalah catatan kecil saya tentang Tante Nien diseputar tahun 1979 :
 Dikediaman keluarga Om Jack Lesmana yang saat itu masih di Tebet
 saya sering " ngepos " disana untuk mencegat 
grup grup jazz dunia
 yang kala itu datang di Indonesia dan berencana muncul
 sepanggung dengan Om Jack bahkan juga 
Indra Lesmana yang saat itu masih " ingusan " sekitar usia 10 tahun !
 dalam agenda saya tercatat nama nama Galapagos dan Crossfire
 dari Australia . dan sebagai tuan dan nyonya rumah yang hangat dan baik , 
Tante dan Om Jack selalu sibuk dengan menyiapkan 
hidangan hidangan khas Indonesia seperti sate dll untuk tamunya. 
Tante Nien juga meminta saya untuk mendampinginya menjemput tamu tamunya ini di airport ( kala itu masih di Halim Perdanakusumah ) 
bersama dengan istri Dubes Australia untuk Indonesia . 
maka fungsi " kuli tinta " saya memang menjadi " gado gado " karena malamnyapun saya diminta ikut hadir pada jamuan makan malam
 dikediaman dubes Australia .
teman " seprofesi " saya kala itu 
adalah Gunther GA yang secara bergantian kami terkadang 
harus saling memfoto ( maklum jaman itu belum dikenal 
model selfie dan fotopun masih harus diproses di studio foto yang 
tidak selalu bisa selesai sehari ) . 
saya terkesan dengan keramahan dan kehangatan hati Tante Nien pada
 tamu tamunya karena diakhir kunjungan mereka di Indonesia beliau 
selalu memberikan souvenir , 
betul betul beliau mewakili imej bangsa khususnya wanita Indonesia
 yang ramah , hangat dan tulus ! 
 pada saat pulangpun , kami kembali mengantar grup grup ini 
hingga airport dan sayapun " kinthil " beliau saja selama beberapa hari ! 
saya baru bisa menuliskan artikel tentang grup grup itu setelah 
semuanya pulang , sebab  sangat tidak memungkinkan menulisnya
 disela sela " riwa riwi " tadi . saya membayangkan saat ini
 tugas pewarta sangatlah jauh lebih mudah karena mereka bisa membuat 
artikel bahkan video langsung dari HPnya dan mengirimkannya 
hanya dengan sekali klik ! 
beda dengan jaman saya yang setelah
 diketik saya masih harus mengantarkannya ke Kebon Kacang 
tempat majalah remaja tersebut 
( konon majalah tersebut masih eksis hingga hari ini 
ditengah maraknya e-magazine , wow .. ) . 
sekaligus ini juga mengingatkan pada " teman jalan " saya yang lain
 yaitu mas Bens Leo yang saat itu menjadi " penguasa desk musik " 
di majalah remaja Gadis . 
oya ..  kala itu Mira Lesmana  masih sangat belia , 
dan pada malam malam persiapan show yang biasanya diisi dengan 
diskusi kecil antara Om Jack dengan grup grup tamunya , 
Mira selalu ada disana bersama Leni . 
sungguh saya bersyukur mendapat begitu banyak kesempatan 
berwawancara secara leluasa dengan masing masing pemusik manca ini 
sambil menikmati hidangan Tante Nien maupun hidangan dikediaman 
keluarga Dubes Australia . saat itu belum dikenal yang namanya
 Citizen Journalism , jadi kesempatan yang saya miliki sungguh 
harus saya syukuri  termasuk juga di TIM 
( Taman Ismail Marzuki yang kala itu dikenal sebagai panggungnya 
musik musik jazz lokal dan manca ) .
 TIM juga menjadi salah 1 tempat 
" mangkal " saya untuk menghimpun berita berita seputar 
aksi panggung musisi musisi terkenal .
 dari " blusukan " ke Tebet inilah saya akhirnya kepincut untuk 
" berguru " pada Om Jack selama beberapa waktu bersama rekan saya Gunther GA . beberapa musisi yang sering saya lihat dan temui di
 kediaman Tante Nien antara lain adalah Benny Likumahua dan Broery Marantika ( belum menjadi Pesolima ) disamping 
Indra Lesmana sendiri yang sering terlihat giat berlatih . 
sayang sekali bahwa diakhir 1979 , saya harus meninggalkan semuanya 
selama berbelas tahun , sehingga kontak kontak saya dengan 
Tante Nien dll menjadi terhambat (saat itu belum ada internet dan surat surat pun sangat terbatas kecuali pada event Lebaran yang itupun tidak
 saya lakukan rutin karena berbagai kesibukan yang ada  ).
konyolnya , ketika saya akhirnya kembali ketanah air sekitar awal 91
saya disibukkan lagi dengan  pekerjaan yang menyita waktu. 
bahkan berpuluh kali ke Jakarta pun saya tidak menyempatkan diri untuk bertemu Tante Nien, sesuatu yang sungguh sangat saya sesali ..
Tante Nien ,
Selamat jalan , semoga Tante dan Om sudah berkumpul kembali
 dikeabadian dan memperoleh tempat terbaik disisiNya . 
Kehangatan hati dan ketulusan Tante Nien adalah kenangan terindah saya
 yang telah begitu banyak membantu meringankan tugas tugas saya
 sehingga saya seringkali menjadi yang pertama memberitakannya ,
 sungguh ini semua semata atas kebaikan hati Tante Nien . 
Semoga segala kesalahan Tante mendapat ampunanNYA dan 
segala kebaikan serta amalan Tante mendapatkan balasan pahalaNYA
 yang berlipat ganda , Amin YRA .
( Titiek Hariati ) 

keterangan foto :
01 . cover cassette Nien Lesmana era 60 an ( google )
02 . Indra , Nien , Jack Lesmana ( google )
03 . istri dubes Australia , tante Nien , saya dan Indra di Halim airport 
( photo by : Gunther )
04 . om Jack , Indra , Gunther dan Crossfire di Tebet 
( photo by : TH )
05 . tante Nien , saya dan manager Crossfire di Tebet , menikmati sate .
( photo by : Gunther )
06 . diskusi kecil di Tebet , malam sebelum manggung 
bersama Crossfire , ada Mira , Lani dan saya  
( photo by : Gunther )
07 . Om Jack ( google )






 

Minggu, 23 Juli 2017









.. " Yang Jorok , Jangan Pernah Ke 3 Warna " ..

sedih melihat pantai pantai yang ada dipenjuru tanah air umumnya kotor ,
 terserak  macam macam sampah dan air lautnyapun bahkan berminyak entah itu sisa solar dll dari perahu2 
atau lainnya . maka sayapun sangat penasaran dengan sebuah kawasan konservasi yang 
menamakan dirinya Pantai 3 Warna ( saya singkat P3W ) ! 
terletak di Malang Selatan , sekitar 85 km dari kota Malang atau sekitar 3 km dari pantai Sendang Biru ,
 P3W ini sebetulnya adalah area konservasi yang dilindungi serta dijaga kelestariannya secara khusus .
 namun rupanya kawasan ini justru ingin dijadikan Wisata Edukasi bagi masyarakat umum untuk 
menumbuhkan rasa Ikut Memiliki dan Melindungi Segala Bentuk Hayati Yang Ada Didalamnya
 Demi Kelangsungan Kelestarian Alam . 
 maka P3W sengaja dibuka untuk umum melalui persyaratan2 tertentu antara lain :
01 . harus mendaftar terlebih dahulu secara online melalui FB , CMC 3 Warna ( Bhakti Alam Semesta ) untuk menentukan masih tersedianya kuota atau tidak ( per gelombang masuk adalah tidak lebih dari 100 orang dengan batas waktu tinggal di P3W sekitar 2jam saja ) serta menetapkan tanggal kunjungan .
02 . maksimal per kelompok pendaftar adalah 10 orang dengan 1 penanggung jawab kelompok .
03 . biaya masuk 10 ribu/ orang dan diwajibkan memakai guide dengan biaya 100 ribu guna menghindarkan
pengunjung dari hal hal yang tidak diharapkan ( tersesat , mengotori kawasan , mesum dll )
04 . setiap barang bawaan pengunjung akan diperiksa dan didaftar secara rinci di pos jaga baik pada saat masuk maupun keluar P3W untuk memastikan tidak ada barang atau sampah yang tertinggal di kawasan P3W 
dengan sanksi denda 100ribu per item dari barang yang dengan sengaja/ tidak tertinggal
 di kawasan konserevasi , kecuali si pengunjung bersedia masuk kembali ke kawasan P3W  untuk memungutnya . 
05 . selama berada di kawasan P2W pengunjung harus patuh pada aturan2 yang ada termasuk
 misalnya memakai baju pelampung bagi yang melakukan kegiatan menyelam atau snorkling dll .
saya sengaja berangkat cukup pagi dari Malang sebab cuaca sangat tidak menentu dan
 khawatir turun hujan pada siang hari . untuk sampai di P3W kita akan tiba lebih dulu di dekat pantai Clungup
 untuk kemudian memakai jasa ojek yang tersedia disitu menuju kawasan konservasi . 
dengan hanya membayar 5000,- untuk ojeknya , melalui jalanan yang lumayan berbatu batu sekitar 1km ,
kita sampai di pos penjagaan I . mereka akan melakukan pengecekan tentang 
nomor booking online kita , dan membongkar barang bawaan kita untuk didaftar secara detil mulai jenis
 barang dan jumlahnya misal : baju renang 1 , handuk 1 , botol mineral 2 , kacang 1 bungkus , roti 2 biji dst dst
 simpan baik baik list nya sebab saat pulang nanti akan ada pemeriksaan ulang tentang
 kelengkapan barang atau sampahnya , jadi jangan ada satupun yang tertinggal .
maka ketika pulang kita juga harus tetap membawa 2 botol kosong mineral , bungkus kacang kosong 1 dll.
setelah lewat pemeriksaan , guide akan mulai membawa kita dengan berjalan kaki sepanjang 
sekitar 1km menuju P3W dan kalau kita memerlukan bantuannya semua barang bawaan  dapat 
diberikan pada si guide ( bagaimanapun harus kita ingat
 bahwa   guide bukanlah keledai .. ! ) . 
naaa .. dalam perjalanan ini kita akan melewati pantai Gatra dengan pasirnya yang bersih ,
 disitu boleh puas ber selfie ria ! juga guide sering menawarkan diri untuk membantu memfoto , 
maka mungkin saja bagi yang datang sendiri dan tidak terbiasa ber selfie boleh meminta tolong guidenya .
dari pantai Gatra sudah tidak jauh lagi kita akan sampai di P3W . 
tentu saja saya senang sebab memang pantainya bersih dan nyaman untuk ber snorkling . tetapi
ternyata tidak sepenuhnya bersih ! sepupu2 saya yang hobinya melakukan
 pemotretan bawah air merasa kecewa 
" waa .. mbak , airnya tercampur seperti sejenis minyak atau solar . kata petugas itu terbawa dari 
pantai lain , waduh .. kok bisa sih ? " ... 
saya yang hobinya juga jeprat jepret tapi didarat , ikut kecewa sebab bukan karena mengganggu
pemotretan bawah air dari sepupu2 itu tetapi membayangkan bahwa cukup banyak
 kehidupan bawah laut yang terganggu karenanya ...! 
 naaa .. semoga tulisan2 semacam ini dapat menggugah hati mereka2 yang " sembrono " pada alam karena 
1 kerusakan akan berpengaruh dan berakibat pada kerusakan yang lainnya ... ! 
dan jika tidak dimulai dari sekarang serta tidak disadari oleh setiap orang seperti saya , 
mungkin 5-7 tahun lagi kawasan2 semacam P3W hanya tinggal cerita karena dipenuhi dengan 
kerusakan2 dan kematian dari penghuni2 bawah lautnya !
setelah sekitar dua jam , nama kelompok kami diumumkan dan dinyatakan waktunya telah habis untuk 
kemudian diminta meninggalkan kawasan dan digantikan oleh pengantri yang lainnya . 
 pada pos jaga yang lain , kami harus melewati pemeriksaan ulang dan untunglah semuanya okay!
dengan perut yang mulai ber jazz ria , kelompok kecil saya menuju pantai Bajul Mati dan saya mengunjungi warung langganan saya untuk menikmati Tuna Bakar dan Sambel lalapnya\
 yang siang itu sangat mengundang selera .. ! 
setelah makan , rasanya sangat ingin " leyeh leyeh " karena atmosfer pantai dan
 pepohonan disitu sangat meninabobokkan . 
 dalam perjalanan pulang ke Malang
 terlihat banyak penjual pisang dan pete didesa desa terdekat dari Sumawe .
 sebelumnya saya hanya sempatkan singgah disalah 1 dari kerabat di Sumawe ,
 sebab kalau saya turuti semuanya
  bisa bisa saya harus menginap saking banyaknya kerabat dan biasanya mereka " memaksa "
 saya untuk membawa bermacam hasil bumi . 
maka siang itu saya " hanya " mendapat oleh oleh seikat pete dari kerabat pemilik
kedai " sempu " didepan SPBU Sumawe ini , sekaligus inilah alasan mengapa
 sepupu sepupu saya " jelous " dengan pete yang saya peroleh
 dan memaksa untuk berhenti dan mborong pete yang dijual disepanjang jalan  desa desa 
yang berdekatan dengan  Sumawe .
sungguh ini adalah sisi lain dari sebuah perjalanan ke desa desa , 
apapun yang tumbuh di kebun mereka , 
mereka akan membaginya dengan tamunya ,atau menjualnya hehehe ...
 diam diam saya berharap , bahwa suatu saat semua pengelola dan pengunjung pantai pantai yang
ada diseluruh tanah air akan memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya kebersihan yang menjadi inti 
dari kelangsungan hidup segala mahluk yang ada dilingkungannya . 
kita tidak akan lagi menemukan terumbu2 karang yang rusak , ikan atau burung2 yang mati terkena
 limbah minyak dll disepanjang pantai , pasir pasir yang penuh botol2 ,
 kotak2 dan tas tas plastik atau kresek dll 
 sehingga anak cucu kelak masih akan dapat menghirup udara bersih pantai ,
 bermain di pasir pantai yang putih dan menyelam di air laut yang jernih kebiruan
 tanpa harus gatal gatal dimata atau kulit terkena limbah ...
 P3W hanyalah setitik upaya positip ditengah maraknya kerusakan lingkungan diberbagai
 kawasan tanah air  yang masih sangat jauh dari yang harus kita capai untuk
 mengembalikan alam kita seperti 100 tahun yang silam ...
 mungkinkah ? wallahualam ..
( Titiek Hariati )
 ( writing and photos by : Titiek Hariati , 3 warna beach , july 2017 )


01. 3 warna 
02 . daun pupus dipantai Gatra
03 . prasasti 
04 . pasir Gatra
05 . mangrove
06 . 3 warna
07 . pemeriksaan barang bawaan di pos I
08 . pangkalan ojek menuju Clungup
09 . jalanan yang lumayan tidak rata
10 . guide membawa barang barang pengunjung
11 . pemeriksaan waktu pulang
12 . perhatikan sampah Anda
13 . menu lengkap di Bajulmati
14 . memborong pete
15 . sampah yang terbawa arus
16 . ombak pantai Gatra
17 . rawa yang cantik dalam perjalanan menuju 3 warna 
18 . kehijauan di pantai Gatra
19 . rindang













Rabu, 19 Juli 2017





  
.. " Cantiknya Cobek di Java Cobek " .. 

Cobek sedang " in " . 
Kalau dijaman dulu , cobek atau cowek hanya dikenal 
didapur dapur jadul , maka saat ini cobek menempati ranking atas untuk penamaan dari resto , kedai , dan cafe cafe . 
Cobek menjadi nilai jual karena ia mewakili jamannya yang jadul tetapi 
tetap dirindukan meski telah banyak peralatan canggih untuk 
menggantikan fungsinya menghancurkan rempah rempah .
Sebagai peralatan inti didapur , hampir setiap rt memilikinya . 
Tetapi saya cukup miris ketika berkunjung kerumah beberapa pasangan muda masa kini , saya tidak menemukan cobek melainkan 
blender dan sambal sambal botolan plus bumbu bumbu yang sudah jadi 
dalam kemasan2 cantik yang praktis . 
" waaa .. ngapain susah2 te , kami berdua kerja jadi nggak ada waktu untuk ngulek2 seperti ibu saya dulu , 
ini kan praktis tinggal plang plung jadi deh ... " ,
 saya mlongo tetapi juga tidak menyalahkan mereka . 
Jaman bergeser dimana saat ini sudah makin sedikit ibu ibu yang diam
 dirumah merawat anak dll sebab  dengan latar belakang pendidikan yang bagus mereka tidak ingin " tersia sia " hanya berdiam dirumah
 disamping kebutuhan finansiil yang memang mendesak .
 Tetapi tentu masih banyak mereka yang merindukan gaya masak ala " ibu ibu jadul " yang konon rasa masakannya tidak akan pernah tergantikan
 oleh bumbu bumbu jadi yang " plang plung " tadi . 
Naaa ... salah 1 yang masih mencoba memelihara gaya jadul ini adalah 
" Java Cobek " di Jalan Raya Kauman , Malang , Jatim .
 Jujur saja menurut saya , areanya sebenarnya " kurang pas " untuk sebuah tampilan kedai yang  cantik karena disitu  berlalin padat dan cepat
 sehingga orang cenderung tidak terlalu memperhatikan 
apalagi letaknya  dipojok . 
Bersebelahan dengan ruko ruko yang Non Kuliner , menjadikan kedai ini 
 perlu " diwaspadai " agar kita tidak kelewatan sebab sepintas 
lintas tidak terlalu mencolok . 
Namun ketika saya masuk kedalamnya , saya tahu bahwa kedai yang 
satu ini " tidak main main " dengan konsep cobeknya . 
Ditata secara rapih dan lumayan artistik serta bersih , 
kita akan merasa nyaman dan lapang . Daftar menunya tentu saja
 didominasi " cobek cobek an " dan tinggal memilih level
 kepedasannya meskipun tidak tertulis . 
Dideretan minuman , 
saya bertemu dengan favorit saya sejak kecil yaitu Es Dawet ! 
( secara kebetulan , duluuuu ... saat saya remaja , didepan Java Cobek ini 
ada penjual rujak cingur tersohor di Malang yang juga menjual es dawet yang lezat , jadi saya mencoba melunasi kekangenan saya di 
es dawetnya Java Cobek yang memang yummyy hehehe ... ) . 
Pilihan menunya luas mulai yang Ikan2an , Ayam2an , Sayur2an , dll yang semuanya akan ditemani sambal di cobek !
Dari rasa , harga , layanan dan atmosfer , saya tidak keberatan untuk
 memberi nilai 7 karena " rasa cobeknya yang khas " plus faktor2 pendukung lainnya dari kedai ini yang saya temukan layak untuk dikunjungi 
( lagi dan lagi ! ) !
 Hanya sedikit sulit bagi mobil karena lahan parkir terbatas dan 
area yang padat lalin , maka saya sarankan untuk parkir sedikit agak jauh
 atau naik motor , angkot atau jalan kaki ! 
Semoga hadirnya Java Cobek dijagad kuliner Malang Raya akan 
" mengingatkan " para generasi muda untuk kembali mencintai 
tradisi dapur ibu yang jadul agar mereka mengenali apa itu 
Kunir , Asem , Kencur , Jahe , Sereh , Kluwek dll !
 Sebab banyak diantara mereka yang hanya mengenal Bumbu Bumbu 
Kemasan Pabrik yang serba " plang plung " , sangat disayangkan !
 Kita butuh lebih banyak Java Cobek Java Cobek lainnya , 
dan semoga ini bukan hanya sekedar fashion untuk mendongkrak nilai jual tetapi adalah mengusung " misi " yang lebih luas ... !
Semoga .
( Titiek Hariati )

note : kepada pengelola Java Cobek ,
minta maaf bahwa tulisan ini muncul sangat terlambat sebab saya
 baru kembali dari Jateng , terima kasih .
( photos by : Titiek Hariati , Java Cobek , 
Jl . Kauman 22 ,Malang , Juli 2017 )

01 . yummyyyyy ...
02 . atmosfer yang nyaman
03 . dinding cantik
04 . " dingklik " masa kini 
05 . sebelah kiri
06 . bisa ditemukan dipenjual2 kerajinan Sengkaling 
07 . daftar menu dengan harga standar
08 . es dawet ... segarrrr ...
09 . kauman 22 , malang
10 . kripik dll khas malang
CATATAN PADA DESEMBER 2018 : 
Kedai yang cantik diatas ini sudah sejak 
lama " menghilang " meskipun saya pribadi menyayangkannya ,
 tetapi demikianlah bisnis ,
 ada yang sukses , ada yang tertunda suksesnya, 
 dan ada yang gagal total . 
Semoga bisa bangkit kembali dengan
 konsep yang sama / berbeda !