Senin, 26 November 2012






BHAGAVAD GITA



Padang Kurusetra masih merah....  Bharatayudha, 
Perang Akbar antara Pandawa dan Korawa dimulai, namun hari masih pagi dan matahari mulai terlihat semburat merahnya .. 
Bagian dari babad Mahabharata yang klasik dan anggun serta menyentuh ini 
bak " harta karun budaya " yang diturunkan secara turun temurun dari 
generasi ke generasi agar lakon yang sarat falsafah kehidupan ini diharapkan dapat diwarisi nilai nilai luhurnya .. 

Diatas kereta perang yang dikusiri Kresna , agenda Arjuna hari itu harus maju perang, 
namun hal ini membuat Arjuna galau, gundah, resah, sedih, cemas, campur aduk .. 
Betapa tidak? 
Lawan lawan yang harus dihadapi Pandawa termasuk dirinya adalah bukan orang lain. 
Disana ada PakDe, BuDe, PakLik,BuLik, Om,Tante ( apa bedanya? ), keponakan, sepupu, eyang , buyut dst dst yang notabene sedarah dan 
dikenalnya dengan sangat baik luar dalam. 

Juga mereka merupakan guru gurunya dalam mengasah keahlian memanah dan perang, 
dan guru guru spiritual yang mengasah ketajaman jiwanya. 
" Wahai, tidaklah mungkin aku menghadapi mereka sebagai lawan yang harus aku musnahkan... " , keluh batin Arjuna ..

Kresna mengetahui kegalauan ini. Kresna mencoba menyemangati dengan sepenuh jiwa. Kresna membujuk agar Arjuna melupakan predikat Guru Murid, ataupun Eyang Cucu, atau Paman Keponakan, Sepaha Sepupu dll karena ini adalah sebuah peperangan suci. 

Arjuna tidak bergeming. Arjuna bungkam bahkan menitikkan air bening dari sudut sudut matanya. Kepatuhan dan rasa hormat kepada sang guru, sang eyang, sang paman, sang sepupu, sang .. sang ... sang .... telah meluluh lantakkan seluruh sukmanya.

Habis sudah kata kata Kresna. Tidak ada lagi sisa katakata yang mempan membujuk Arjuna. Sementara itu genderang perang telah tertalu, dan dipihak lawan  juga sudah bersiap . Pihak Korawa tahu hari ini adalah awal sebuah takdir, siapapun yang harus terluka atau terbunuh di Kurusetra meski  masih ada sebungkah harapan akan sebuah kemenangan atas takdir.

Khresna lalu terdiam dalam hening jiwanya.... 
Terpusat seluruh raga dan sukmanya dalam sebuah titik yang penuh cahaya : Bhatara Vishnu.  
Arjuna tergetar .... adakah sang Bhatara ini benar hadir dihadapannya atau itu cuma sebuah ilusi? Arjuna sungguh tidak mimpi, Vishnu benar ada dihadapannya ..

Cahaya gemerlap  disekeliling raga sang Bhatara, telah melemaskan sukma dan raga sang Arjuna yang sedang bimbang, duhhh ... Bhatara, ampuni hamba ...

" Bangunlah Arjuna .. tegakkan kembali semangatmu .. hari ini sudah tersurat dalam takdir, bahwa engkau adalah pembawa panji Kebenaran, dan segenap lawan yang harus engkau hadapi adalah  sebuah Ketidak Benaran ..

Jangan pernah berpaling dari takdir, sebab engkau telah terpilih untuk peperangan ini, demikian juga lawan lawanmu...  
Tugas harus dituntaskan, 
betapapun itu getir dan menyakitkan, 
jangan pernah undur dari sebuah penegakan kebenaran meski mungkin dunia melihatnya sebagai sebuah kesalahan ... 
Anakku, majulah .. ! "

Wejangan panjang lebar sang Bhatara kepada Arjuna tentang kebenaran dan kebatilan, telah menyesakkan dada Arjuna 
yang tenggelam dalam sesengguk panjang atas sebuah kesadaran bahwa 
dalam penegakan keadilan sungguh tidak ada lagi kata :
" tidak mau atau tidak bisa " diatas pertalian darah sekalipun, sebab darah tidak akan pernah mempertautkan 
kebenaran dan keculasan meski sekandung.

Wajah Arjuna tenggelam dalam  banjir airmata .. Wajahnya pucat pasi .. Arjuna tersujud dihadapan sang Vishnu, dan dirasakannya bahwa   sukma telah kembali keraganya .. urat urat nadinya telah kembali memerah dan wajah yang semula pucat bersimbah air bening, telah kembali bercahaya  bak fajar pagi ..

Tiba tiba mendung memayungi medan perang seolah bersiap menangisi sebuah takdir yang akan segera terjadi ... 
Vishnu kembali berujud menjadi Khresna, dan dialah sang kusir dari kereta perang Arjuna. ... sebuah kereta takdir....

Nilai mahal babad Bhagavad Gita ini mungkin tidak tertangkap oleh setiap kita. Tetapi ketika sebuah " siapa " menjadi tidak lagi penting, karena sebuah " apa dan bagaimana " menjadi yang terpenting, maka getir pahit sebuah kenyataan adalah jalan jalan setapak menuju 
sebuah kebenaran hakiki yang ini tidak dapat terpenjara bahkan 
oleh harta , kekuasaan , maupun pertalian darah ..

Nilai tidaklah akan pernah mampu dipaksakan kepada siapapun, karena dia harus tumbuh alami sepenuh sadar . Manusia terlihat kekayaan nilainya saat  berhadapan dengan ujian ujian kehidupan, adakah ia mampu tegak berdiri dalam kedewasaan dan kebesaran jiwa 
ataukah 
dia menjadi liar tak terkendali bak serigala lapar karena kehilangan keseimbangan jiwa ?

Dari buku " Kidung Sang Begawan " ( Bhagavad Gita, Bhagavad = Mulia, Gita = Lagu ) 
ada yang dapat kita petikkan disini, sebuah terjemahan dari Sanskrit yang 
mungkin tak terlampau sempurna namun ini adanya :

" mulau mara sang Arjunasemu kamanusan kasrepan ri tingkah i musuhira n  pada kadangtanga wwang waneh hana wwang anaking yayah mwang ibu len uwanggeh paman makadi Krpa Bhisma sira sang dwijanggeh guru "

( ..... Sang Arjuna diliputi rasa kasihan sebab musuh musuhnya bukanlah orang asing melainkan sanak saudara dari pihak ayah maupun ibu, dan juga paman paman seperti Krpa, Salya, Bhisma, Beghawan Dorna dll )
 
Petikan lain dari wejangan Kresna pada Arjuna antara lain :

" Kasih kepada istri, kekasih, anak anak belum tentu kasih. Hanya sepanjang mereka patuh terhadap Anda, Ego Anda puas, Anda mencintai mereka.
Rasa kepemilikan bukan kasih, Anda tak memberikan kebebasan pada mereka .

Jiwa yang tenang tidak lagi mengenal duka. Ia yang tenang selalu berada dalam keadaan SEIMBANG " ( petikan Bhagavad Gita )

Padang Kurusetra mulai berbau anyir .. ia adalah padang kehidupan, yang diisi dengan peperangan abadi antara kebenaran dan keculasan .. mungkin satu saat kita menjadi Arjuna Arjuna yang penuh kebimbangan, namun kehidupan harus terus berjalan dengan pilihan pilihan yang terkadang sulit dan pahit namun ia berjalan kearah kebenaran ( th )

Keterangan foto ( diambil dari google ) :
01. kereta dengan kusir Kresna dan Arjuna kesatrianya.
02. Kresna



   

Rabu, 21 November 2012





Terima Kasih

kepada redaksi kabarindonesia.com atas pemuatan tulisan :
" Dilarang Keras Menjadi Anggota DPR " .

Minggu, 18 November 2012







Pondok Desa, Karangploso, Malang ,
an escape


Tampaknya  lembah dan lereng lereng sungai, bukit atau gunung saat ini  menjadi rebutan para developer maupun " pemimpi pemimpi besar " lainnya untuk mewujudkan sebuah " taman impian manusia " dengan imajinasi tak terbatas. 

Maka kalau dulu lereng lereng merupakan tanah " buangan " karena dianggap sulit mengelolanya,  saat ini justru menjadi  favorit karena selling-point nya yang menawan : view.

Jaman memang berubah. 
Orangpun berlomba mencari hunian yang jauh dari hirukpikuk kota. Kalau mungkin bahkan di lokasi2 terpencil, tersendiri dengan privasi yang penuh. Lembah atau lereng? Siapa mampu menolaknya?

Dan apabila belum memilikinya secara pribadi, maka minimal disaat saat santai dan keluarga memerlukan sebuah " perubahan kecil " ditengah rutinitas, 
maka yang menjadi pilihan untuk menghilang sejenak dari keruwetan adalah area area yang menawarkan view luar biasa.


Salah satunya yang hari ini kita kunjungi adalah Restaurant Pondok Desa di desa Ngijo, Karangploso, Malang, sekitar 10 km dari pusat kota.  
Dari pabrik rokok Bentoel di Karanglo, kita dapat mengambil jalur arah Batu dan dari sana , sekitar 3km, kita akan menemukan Restaurant Pondok Desa ( RPD ),
  disebelah kanan jalan . 
 Melalui sebuah jalan yang menukik turun namun sudah lumayan bagus, kita akan sampai di halaman parkiran RPD yang cukup luas.

Disambut dua resepsionis yang manis2, sebuah kartu akan diserahkan kepada kita untuk nantinya harus dikembalikan ke petugas yang sama disaat pulang dengan dibubuhi stempel tanda LUNAS dari kasir didalam restaurant yang ada dibawah lembah. 
( Sebuah cara pengaman yang cerdas mengingat lokasi RPD yang 
mirip hutan mini dimana tidak tertutup kemungkinan orang " mblusuk " mencari jalan keluar illegal sesudah perut kenyang ha ha .. )

Setelah itu kita akan menuruni beberapa puluh anak tangga menuju kebawah, yang bagi penderita reumatik atau asam urat atau gangguan lainnya akan cukup mengganggu sebab memang tidak tersedia lift . 
Saya ingat ketika saya tawarkan tempat ini untuk reuni ditahun 2011, beberapa orang protes " Waa mbak, kakiku ini sudah sulit lo kalau harus naik turun gitu ..... " 
he he .. perjalanan usia...


Terbentang didepan mata adalah sebuah kolam ikan yang berukuran sekitar dua kali kolam renang  standar Olympiade dengan gubug lesehannya, 
lalu juga ada bangunan semacam pendopo berlantai dua yang mampu menampung sekitar 200 an tamu. 
Lantai bawah adalah dapur. Dari lantai dua ini view nya memang cantik sebab 
pendopo dikelilingi lereng dan taman yang tertata asri.



Kebetulan saat itu hari Minggu, jadi ada live-gamelan yang ditabuh siswa siswi SD/SMP di Batu dan mereka adalah siswa/i sebuah Sanggar Kesenian di Batu. 
Saya mengobrol sejenak dengan pelatihnya, pak Bambang yang siang itu mengenakan seragam TShirt warna ungu dengan anak2 asuhnya. 

" Kami main disini Sabtu Minggu, antara jam 10.00 sd sekitar jam 15.00." , jelas pak Bambang. Suara gamelan terdengar sangat menyatu dengan alam sekitar sehingga 
" indra rasa " pun cepat menyesuaikan menjadi sebuah 
rasa adem ayem.



Disebelah bawah pendopo, masih 80% rampung, adalah area lesehan dengan daya tampung untuk sekitar 1500 an tamu dalam bentuk gubug gubug dan sungai kecil dan juga kolam pancing nantinya.  

Terus juga ada ruangan aquarium tempat pengunjung dapat melihat dan memilih ikan ikan yang akan disantapnya. Gubug gubug ini mengingatkan saya pada beberapa lokasi serupa di Bandung, karena gaya khas gubug gubug Sundanya. 

" Mungkin Januari nanti baru siap dioperasikan untuk yang dibawah ini... ", kata seorang petugasnya. Dan saya juga tidak sia2kan untuk men jepret tokoh besar dalam dunia pewayangan, Semar, berikut ke 3 punakawannya yang " menyambut " saya dengan senyum khasnya dipintu masuk area lesehan dibawah. 
( Mereka seukuran tinggi badan saya, jadi tidak sulit menjepretnya hehe ..)

Sebuah jembatan yang menghubungkan area aquarium dengan lesehan diseberangnya merupakan sebuah aksen manis yang cerdas.  
Tentu saja dengan sangat " ndheso " nya saya tidak sia siakan jembatan ini untuk ber foto diatasnya hehe .. ( tapi tidak untuk dipasang di blog, 
karena akan membuat lari tikus tikus hehe .. )



Saya lihat ikan ikan dikolam ini masih relatif " muda " karena ukurannya masih sekitar telapak tangan kita. Beda dengan resto yang sering saya singgahi di Batu, 
yang ukuran ikan ikannya sudah sebesar guling, jadi sepertinya kita memang masih harus bersabar menyaksikan mereka tumbuh lebih besar dan banyak.

Penataan taman di lereng lereng tanah yang ber lembah lembah ini memang tidak serampangan, terbukti dengan komposisi warna tanamannya yang cantik. 
Gubug pembakaran ikannya berada diluar , didekat sebuah kolam ikan lain yang lebih kecil sehingga bau asapnya yang melayang kesemua penjuru ,
sangat mengundang selera  .


Saat itu banyak keluarga dengan membawa putra/inya tampak memenuhi hampir disetiap area yang ada  dan menikmati suasana " alami " yang meski buatan tetapi masih sangat bisa dinikmati. Satu2nya yang terlihat kurang menurut saya adalah fasilitas bermain anak anak, seperti misalnya : 
ayunan dll karena  sebagian besar anak anak masih banyak tersedot diarea kolam kolam yang ada beberapa disitu.

Puas jeprat jepret saya mulai memilih menu. " Ini khasnya disini .. " kata pramusaji berpromosi. Jujur saja saya ingin menu yang samasekali tidak bersentuhan dengan ikan setelah kemarin2 " ber ikan ikan an " di laut seharian.
Memang ada sensasi berbeda antara menikmati menu ikan di resto seperti ini dengan langsung menikmatinya dipinggir laut.  
Tetapi suka tak suka akhirnya tokh diresto ini saya harus membuat pilihan he he ...



Bicara soal harga menu, sangat relatip. Sebut saja minuman range nya antara 4 sampai 20 ribu. Makanan mulai lalapan 4 ribu sampai 70 an ribu.  
Tinggal kita yang menentukan pilihan, apakah ingin berada ditengah atau yang teratas, karena keduanya tidak berbeda dalam layanan yakni   sama sama dapat menikmati  atmosphere dan view ala desa.



Dua jam lebih saya di pendopo RPD dan saya nilai sebagai sebuah makan siang yang  "sukses" karena saya merasa tidak terusik oleh apapun .  
Juga wajah wajah kerabat yang sempat menikmati secuil Malang di RPD bersama saya ditempat ini terlihat  menampilkan ekspresi puas. 
  1. Sebuah pilihan lokasi yang tepat buat oleh oleh kenangan bagi pendatang dari luar Malang.
Tiba tiba ... " Maaf kartunya ... ?" ... ooo.. tidak terasa saya sudah digerbang luar RPD dan harus menyerahkan kembali kartu yang sudah distempel oleh kasir dengan tanda LUNAS itu. Saya harus kembali ke " dunia nyata " setelah tadi sempat berpetualang ke dunia setengah nyata hehe ..
  
Mungkin banyak yang mengimpikan " andai aku punya rumah seperti ini " dengan suasana yang ayem tentrem, adakah kita memang sudah jatuh cinta pada atmosphere nya? Tetapi bak pepatah " cinta tidak harus memiliki " mungkin inilah  jawaban yang paling tepat  .....??  ( th )



Keterangan foto : ( taken by th )

01. Sebuah jembatan membelah sungai kecil di RPD.
02. Papan nama RPD.
03. Jalan menuju RPD didesa Ngijo, Karangploso.
04. Sebagian area lesehan dibawah lembah , dilihat dari pendopo.
05. Area Aquarium RPD
06. Live - gamelan oleh siswa/i Sanggar Kesenian di Batu.
07. Pak Bambang, koordinator sanggar dengan murid2nya.
08. Salah satu area lesehan RPD  .
09. Patung ikan ditengah kolam pancing.
10. Tempat pembakaran ikan.
11. Jembatan ditengah area pancing.
12. Salah satu menu RPD.
13. Semar dan  Petruk , welcoming smile.
14. Kotak tisu RPD.
15. Salah satu kolam yang ada di RPD.      



 














Menutup Hari Di Bakso Kota Cak Man



Setelah seharian " melaut " dengan kerabat luar kota dan sebagai " tuan rumah yang baik " sekaligus   merupakan sajian "standar"  bagi para pengunjung dari luar kota Malang , maka saya membawa mereka ke salah satu kuliner khas Malang yaitu 
bakso. 

Banyak pilihannya. Tetapi kebetulan yang dilewati adalah Bakso Kota Cak Man yang ada di depan RS Lavalette, dan kebetulan saat itu terlihat belum terlampau ramai.



Di papan nama tertulis " Bakso Kota Cak Man Berdiri Sejak 1980 " . 
Saat ini cabangnya sudah tersebar dibeberapa kota tanah air, termasuk terakhir saya juga melihatnya di Jakarta yang sempat diragukan oleh beberapa kerabat. 

Mengapa? 
Karena banyaknya  kedai kedai bakso yang " mengaku " dari Malang atau asli Malang ternyata " palsu " . Termasuk ketika saya singgah disebuah kedai bakso " Malang " di Bandung yang ternyata Ponorogo , atau di Yogya yang ternyata Banyumas hehe ...


 Tetapi yang satu ini dijamin 1000% asli Malang. Ada bakso daging sapi halus dan kasar, ada tahu, ada paru ( untuk yang satu ini saya sebaiknya absen hehe .. ), 
ada beberapa macam gorengan,dll kita dapat memilih dan mengambilnya nya sendiri. Oya, tidak bakso saja yang bisa dinikmati disitu, Cak Man juga menawarkan Tahu Lontong Kota bagi penggemar nya.


Saya tahu bahwa setiap kedai bakso memiliki kekhasan rasa sendiri2 yang tidak mungkin diperdebatkan. Maka sayapun tidak akan mengomentari soal rasanya, karena ini akan sangat individuil. 

Bakso Gun di jalan Kawi Atas misalnya, sayapun suka dengan rasanya yang khas, namun sekali lagi memperdebatkannya nampaknya sia sia sebab selera memang
 tidak perlu di diskusikan.


Diakhir perjalanan kemarin dulu, agaknya bakso merupakan penutup perjalanan yang paling pas apalagi cuaca sore itu hujan , jadi : pas, pas, pas.( th )

( Keterangan foto, all taken by : th )

01. Papan nama Cak Man.
02. Atmosfer Cak Man.
03. Tahu Lontong Kota Cak Man.  

Jumat, 16 November 2012








Antara Sempu, Goa Cina dan Bajul Mati
( catatan kecil buat Bramantyo )


Mengemudi dijalur uji adrenalin mulai tanjakan Pletes hingga Goa Cina dan Bajul Mati adalah sesuatu yang menyenangkan karena ini melatih orang untuk 
fokus dan konsentrasi apalagi bertemunya " tripletripletripletriple SSSSSSS " yang seperti ular tanpa kepala dan ekor,
 yang kadang tajam menikung dan hampir selalu berpapasan dengan kendaraan2 yang jauh lebih besar  dalam kondisi jalan yang sempit dan kemarin licin karena hujan. 

Tetapi pada hari  Jum'at siang 16 Nopember 2012 kemarin,  terasa sedikit lain karena disepanjang perjalanan ada tambahan " tugas ". 
Jujur, konsentrasi nyetir  agak sedikit terpecah karena saya juga harus memberikan 
" konsultasi gratis " kepada Bram, keponakan yang masih remaja belia usia 15 tahun ini. Bicara keponakan2, kebetulan dalam keluarga besar ini  saya dikepung oleh sekitar 
60/enam puluhan keponakan remaja dan dewasa ( ! ) dengan range usia 
antara antara 7 sampai 41 tahun hehe .. 

Sebanyak itu? Ya, karena buyut2 terdahulu belum mengenal KB dan konyolnya kebiasaan "banyak anak banyak rejeki" ternyata diwarisi oleh generasi2 dibawahnya dan 
baru berhenti pada generasi saya yang mulai pelit dengan anak. 
Tidak ada lagi " banyak anak banyak rejeki " tapi " one is ok, two is more than enough " demikian perubahan jaman .. 

Maka bila saya sesekali nampak berkumpul dengan " banyak cowok cewek remaja ", 
tidaklah perlu heran sebab diusia seperti saya ini banyak kerabat yang sudah alergi computer dan saya menjadi " populer " dikalangan keponakan karena mereka anggap " nyambung " dalam obrolan2 jagad digital. 

Konsultasi malah lebih sering via email atau inbox atau chatting, sebab selain praktis, murah juga lebih cepat mendapat solusinya , istilah mereka:
 " mumpung gratis dan kilat " hehe ...


Seminggu ini saya merasa cukup " laris " dikalangan mereka karena pada Kamis yang lalu bahkan konsultasi memilih tempat di hutan pinus, Batu. 
Bedanya, " pasien " tsb adalah keponakan perempuan dan sudah sangat dewasa. 
Mungkin akan saya tulis secara terpisah tentang ini. Saya juga heran apakah saat  ini musimnya orang galau? Entahlah, atau karena musim penghujan yang membuat hormonal manusia berubah seperti halnya pada pasang purnama?
( wow ... uuuuuu ... raungan srigala yaa ... )

Pilihan Malang Selatan kemarin bukan tanpa alasan selain  saya pribadi dalam seminggu sekali harus mendapat udara laut, bila tidak ingin " sesak napas " . 
Alasan lain adalah mengantar kerabat yang sudah luamaaa tidak ke Malang Selatan dan perubahan2 yang ada dijalur lingkar selatan agaknya sudah membauatnya kangen
 untuk datang kesana.



Penghentian I sebelum Sendang Biru adalah Warung Sempu yang juga milik salah satu keponakan perempuan, berlokasi tepat didepan SPBU Sumawe. 
Cipika Cipiki karena saya memang sudah beberapa waktu tidak pernah singgah di restonya yang nyaman dan sejuk ini. Resto ini lumayan karena untuk Sumawe hampir tidak 
punya saingan dengan kapasitas untuk pertemuan dan prasmanan 
bisa menampung hingga 300 tamu . 

Menu favorit saya disitu adalah Ikan bakar tetapi saya sudah putuskan untuk makan siang di pelelangan ikan di Sendang Biru saja, sekalian capeknya. Obrolan diakhiri setelah sekitar 15 menit bla bla dan perjalanan lanjut ..

Dijok belakang duduk Bram, dan disebelah saya kerabat yang lain. Jangan tanya disebelah Bram itu apa saja. Mirip camping, ada sandal, baju renang, kamera, kue kue camilan, air mineral, T Shirt, cream , majalah dll dll yang semuanya 
" siap melayani kebutuhan2 darurat " hehe .. 

Pemandangan alam yang begitu mendinginkan hati, apalagi disaat masuk belantara, rasanya malas membayangkan keruwetan lalin di Malang apalagi kota2 besar lainnya ...

Tiba tiba " Bude, patah hati itu ngga enak ya ..... ? " ..... saya kaget, 
juga kerabat yang duduk disebelah saya malah ter bahak bahak dan berkomentar :
" waaaa ... berapa sih usiamu kok uda ngomongin patah hati? " ... saya tidak setuju komentarnya dan saya cepat cepat  mengedipkan mata agar tidak melanjutkan komentarnya , saya " mengambil alih " situasi : 
" Bram, saya tahu perasaan kamu, saya juga mengalaminya disaat remaja duluuu, dan  .. 
( saya mengambil napas besar yang saya tidak jelas kenapa ) ... ada apa sebenarnya Bram ?" ...

Saya lihat dari kaca spion remaja ini nampak ragu ragu tetapi saya tahu dia sedang membutuhkan teman curhat, jadi saya tunggu ...
" Engga sih, ini lo temen sekelas sejak kelas I SMP sampai sekarang kelas III. Dulu kita uda pernah putus tapi nyambung lagi. Sekarang ini agak ngga jelas gitu, dia sih baik, 
tapi se hari2nya di kelas kayak ngga perhatian gitu.. jadinya tanda tanya, 
dia itu gimana ke aku  sebetulnya ... " 



Aduhhh, sungguh saya tidak melihat Bram sebagai " anak kecil " 14 tahun , melainkan seorang pria muda yang sedang galau dan saya wajib membantunya sebab jelas jelas dia sedang memerlukan " bantuan " yang mungkin sulit dibaginya dirumah ..  
Saya tahu bahwa masalah hati memang tidak kenal usia .

Justru seusia Bram ini , masalah2 yang timbul dari pergaulannya akan sedikit banyak ikut  menentukan masa depan seseorang. Ada kasus dimana remaja kelas I SMA atau mahasiswa semester akhir ditemukan gantung diri karena ditinggal pacar, 
maka diam diam saya  merasa beruntung mendapat kepercayaan Bram ..

" Apa Bram tidak pernah mencoba membicarakannya dengan ybs? 
Tokh kalian setiap hari bertemu disekolah? " .. 
" Sudah sih tapi dia menganggap kurang serius dan malah seperti ngetawain gitu ... " .. 

" Gini Bram, memang karena kalian temen dikelas jadinya dia mungkin mengiranya becanda aja . Tapi kan dulu kalian pernah jadian to?" .... 
" Jadian sih engga juga tapi waktu itu dia lain, sepertinya fokusnya cuma ke aku diantara temen2 cowo yang lain. Sekarang ngga jelas gitu ... " ...

 Oooo, saya lanjutkan : " Kenapa ngga kamu coba utarakan perasaan hati kamu supaya dia jelas dan ngehhh gitu dan nanti kamu juga jadi tahu perasaan dia ke kamu gimana?  
Sebab memang ada tipe cewek yang harus di omong2in dan ada yang cukup dari body-languange saja dia sudah bisa meraba .. mungkin temenmu itu masuk tipe yang I " .... 

" Saya takut .. " ..
" Takut apa , kurang PD? " .... " Engga, kuatirnya dia ngetawain trus malah nolak .. gara2 ini rank saya juga turun, dari I melorot ke 5 .... " ... wow ... saya makin hati2 mengatur bicara..



" Gini Bram, daripada kamu selalu ber andai andai dia suka atau nolak, suka atau nolak, 
itu kan mengganggu banget konsentrasimu dan prestasimu jadi terganggu.. 
Maka tidak apa kamu coba lagi minta waktu ke dia untuk bicara berdua mungkin di kantin sekolah misalnya, tapi Bram juga harus siap bila ternyata jawabannya tidak seperti yang kamu harapkan. Namun ini jauh lebih baik daripada Bram ber andai2 terus. 
Dengan nantinya Bram tahu perasaan dia ke kamu, Bram akan bisa menentukan sikap ke dia. Berteman saja dulu atau berteman plus, yaitu teman spesial dimana Bram merupakan 
" team work " dengan dia, kalian saling support, saling dukung dan menyemangati menuju persaingan positip dibidang prestasi sekolah, kira2 gitu ... 
Jadi memang jawaban dia itu nanti bisa menyenangkan tapi 
juga bisa sebaliknya yaitu
mematahkan hati kamu, tapi bukannya ini yang ingin kamu ketahui selama ini ?... " 

" Iya sihh, tapi gimana caranya? ", Bram bertanya lagi.
" Bisa langsung kamu utarakan  atau sms minta waktu atau main kerumahnya disaat liburan, rumahnya jauh  jaraknya?" ... 
" Engga, deket aja dan ayahnya kebetulan guru juga disekolah kami ... " ...
ooo, pria muda ini nampaknya sudah sangat mengenal keluarga si cewek.. 
" Cantik Bram?", saya goda agar dia tidak terlalu serius .. 
" Iya, putih gitu, bersih.. dan lebih cantik dari mamaku ... " oooooo .....

Kami tertawa semua dan suasana agak cair ... 
Kerabat yang duduk disebelah  saya yang sedari tadi tidak berani menyela pembicaraan 
malah ikut komentar : 
" Bram, uda aja dilamar sekalian supaya kalian lebih konsentrasi lagi sekolahnya " hushh..

Akhirnya sisa perjalanan dihabiskan dengan membahas berbagai hal  tentang pergaulan remaja dll yang intinya adalah :
" bagaimana cara memenej energi negatip menjadi positip dalam 
berbagai masalah pergaulan remaja "!

Seusai Bram sholat Jum'at dimasjid dekat pelelangan ikan, kami makan siang bersama dikedai langganan saya, ada tuna goreng dan kuah bayam plus es jeruk. 
Perjalanan lanjut ke arah Goa Cina dan berakhir agak lama di pantai Bajul Mati 
( Khusus tentang Pantai Goa Cina silahkan membuka halaman lain yang 
saya tulis sekian bulan lalu ).  

Sudah berulang kali saya nikmati kedua pantai yang luarbiasa ini, tapi masih saja tidak bosan2 dan untuk yang kesekian kali saya masih juga jeprat jepret lokasi yang sama.


Hari ini pantai sepi perenang,  konon menurut penduduk lokal sebaiknya hari2 ini menghindari ombak sebab dalam pergantian tahun baru Islam ini banyak " korban " di pantai2 selatan ... Aduhh, saya sebenarnya tidak termasuk yang percaya hal hal begini, tetapi menghormati mereka maka saya memilih jalan jalan saja disepanjang garis pantai
 mencari " inspirasi " .. 

 Peralatan kanvas dan cat minyak saya biarkan di bagasi sebab saya lihat terlalu banyak pengunjung yang akan camping disitu, ada tiga tenda besar sudah berdiri, 
kelihatannya serombongan mahasiswa yang sedang " ploncoan " dari Malang ....

Ombak pantai Bajul Mati ini memang tidak setinggi sekian waktu yang lalu, tapi ada yang terasa lain, bahwa kesepakatan para nelayan di Sendang Biru untuk saat ini tidak melaut pastilah karena pengalaman mereka menghadapi ombak " tenang " seperti ini,
 saya sungguh awam .. padahal niat semula kami akan menyeberang hingga Sempu,  
terpaksa juga urung ... lha kalau tidak ada yang bersedia menyeberangkan, 
apakah saya harus berenang hehe .. 

Lewat spion dalam perjalanan pulang saya lihat Bram sudah menyanyi nyanyi kecil mengikuti suara radio dimobil, saya lega bahwa pria muda ini sudah lebih " siap " lahir batin menghadapi kenyataan yang dia belum ketahui nanti .. 

Didepan rumahnya, ketika saya mengantarnya pulang, Bram menagih alamat email dan FB saya, wajahnya ceria, dan katanya " Bude, doakan beritanya bagus ya ... ! " ... 
saya terharu bahwa Bram ternyata cukup dewasa menyikapi masalahnya dan bahkan 
" lebih dewasa " dari pria yang benar benar telah dewasa .... 

" Keberanian menghadapi kenyataan ", Bram memilikinya diusianya yang masih " ingusan ", 15 tahun ... Sungguh masalah hati itu bukan masalah kalender usia, 
karena manusia memang diciptakan dengan kelengkapan rasa dan cinta yang dapat hinggap diusia berapa saja, hanya tinggal bagaimana memenejnya agar energi rasa kagum dan suka ini menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang 
merubah mimpi mimpi besar menjadi kenyataan ...


" Bram, beri saya berita bagusmu itu yaa..... " .... , Bram mengangguk. ( th )

Keterangan foto : ( taken by th )

01.  Seonggok kayu tua dipantai Bajul Mati, 5km dari Sendang Biru, Malang Selatan.
02.  Hutan bakau, pantai Bajul Mati.
03.  Sepanjang pantai Bajul Mati.
04.  Karang Bajul Mati.
05. Jembatan kearah Goa Cino dan Bajul Mati.
06. Bram.  
07. Salah satu sudut pantai Goa Cina ( lihat halamna lain khusus pantai ini )
08. Salah satu produk lokal yang khas, Abon Ikan Tuna.
09. Kalender yang ada di sebuah kedai mamin di Sendang Biru.