" LELA LELE " di Jungle City
B o g o r bulan Nopember, tidaklah berlebihan disebut sebagai Kota Hujan karena saya juga sempat mendapat jatahnya dan kebingungan
ketika pagi2 semua baju dan celana yang sedianya mau dipakai
ternyata basah kuyup.
ketika pagi2 semua baju dan celana yang sedianya mau dipakai
ternyata basah kuyup.
" Iya disini suka hujannya malam malam .. " , kata si tuan rumah, waaa .....
Kedua, setelah muter muter di 3/4 kota Bogor, juga tidak berlebihan kalau saya menyebutnya sebagai Jungle City karena Bogor masih punya kehijauan
yang di kota kota lain mulai punah, setidaknya di pulau Jawa.
Bukan saja karena " virus " Kebun Raya nya yang menyebar kehijauan,
tapi memang Bogor nampaknya dibangun untuk tempat peristirahatan para petinggi Belanda dimasa lampau dan didesain diatas kawasan belantara.
Dan sisa dari sejarah hijau itulah yang masih bisa dinikmati hingga saat ini
di sebagian area.
yang di kota kota lain mulai punah, setidaknya di pulau Jawa.
Bukan saja karena " virus " Kebun Raya nya yang menyebar kehijauan,
tapi memang Bogor nampaknya dibangun untuk tempat peristirahatan para petinggi Belanda dimasa lampau dan didesain diatas kawasan belantara.
Dan sisa dari sejarah hijau itulah yang masih bisa dinikmati hingga saat ini
di sebagian area.
Bahkan ketika saya membandingkan dengan kota saya, Malang, rasanya Malang sudah berubah menjadi kota spanduk dan baliho disamping ruko dan kehijauannya berganti dengan beton beton.
Bicara Bogor sebagai tujuan wisata, memang ada beberapa alasan.
Kebun Raya yang masih terpelihara, Istana Kepresidenan di lokasi yang sama dan juga masih kokoh berdiri dengan ratusan kijang dihalamannya,
adalah atraksi klasik yang sejak saya kecil hingga manula ini
tidak pernah membosankan.
Nama presiden I kita, Soekarno, dengan riwayatnya yang sangat lekat dengan Istana Bogor, adalah bak " mimi lan mintuna " .
Romantisme sejarah keduanya menjadi bagian penting dalam sejarah bangsa Indonesia terutama di awal awal menuju dan sesudah kemerdekaan RI.
Kebun Raya yang masih terpelihara, Istana Kepresidenan di lokasi yang sama dan juga masih kokoh berdiri dengan ratusan kijang dihalamannya,
adalah atraksi klasik yang sejak saya kecil hingga manula ini
tidak pernah membosankan.
Nama presiden I kita, Soekarno, dengan riwayatnya yang sangat lekat dengan Istana Bogor, adalah bak " mimi lan mintuna " .
Romantisme sejarah keduanya menjadi bagian penting dalam sejarah bangsa Indonesia terutama di awal awal menuju dan sesudah kemerdekaan RI.
Nama Prabu Siliwangi dari kerajaan Pajajaran juga merupakan " trademark " yang sulit terpisahkan dari kota ini. Dan dalam penelusuran sejarah berdirinya Bogor, tercatat bahwa sejak abad XV ternyata kota ini sudah ada. Jadi dapat dikatakan Bogor adalah salah satu kota tertua didunia.
Dalam perkembangan kota kota besar ditanah air dimana Jakarta sebagai etalase republik ini, nampaknya Jakarta sudah mulai " kewalahan " menampung hasrat warganya akan kehijauan dan udara segar yang mulai hilang di ibu kota tercinta ini.
Maka disetiap akhir pekan, ribuan mobil mobil ber plat B, nampak parkir di cafe cafe ataupun resort yang tertebar diseantero Bogor.
Sulitnya mencari secuil tempat parkir juga saya alami dan mengharuskan saya berjalan sekitar 150 meter ke tempat makan yang akan dituju.
Sampai " segitunya " ... ? Iya dan ini masih belum seberapa daripada tidak mendapat tempat sama sekali.
Maka disetiap akhir pekan, ribuan mobil mobil ber plat B, nampak parkir di cafe cafe ataupun resort yang tertebar diseantero Bogor.
Sulitnya mencari secuil tempat parkir juga saya alami dan mengharuskan saya berjalan sekitar 150 meter ke tempat makan yang akan dituju.
Sampai " segitunya " ... ? Iya dan ini masih belum seberapa daripada tidak mendapat tempat sama sekali.
" Sekarang ini Bogor menjadi Bandung ke II karena orang2 Jakarta menjadikan Bogor sebagai tujuan wisata kuliner akhir pekan ... ", jelas si tuan rumah pada saya yang " celingukan " mencari tempat parkir ..
Lalu kemana orang Bogor nya sendiri diakhir pekan? " Ya banyak juga yang ke Jakarta, kan enak jalanan lancar kesana dan pulangnya juga hihi ... " , masuk diakal .. Demikian nampaknya kehidupan,
" wira wiri " mirip semut semut yang berjalan kesana sini membangun sejarah .. hehe ..
Untuk membuktikan Bogor sebagai tujuan wisata kuliner, saya ikut ikut an "wira wiri " mencari yang khas Bogor dan yang tidak khas tetapi populer.
Contoh yang khas : Asinan Bogor dan Es Duren.
Keduanya memang okay dan
Keduanya memang okay dan
saya beruntung bahwa di Malang pun saat ini saya bisa mendapatkannya. Biasanya ada mobil VW yang parkir dijalan Semeru , Merbabu atau Raya Langsep dan Soekarno Hatta menjual asinan Bogor meski pada hari2 tertentu mobil ini pindah ke Simpang Balapan.
Ck .. ck .. hafal betul saya dengan lokasi2nya sebab si penjualnya juga sudah menghafal saya saking seringnya beli he he ...
Ck .. ck .. hafal betul saya dengan lokasi2nya sebab si penjualnya juga sudah menghafal saya saking seringnya beli he he ...
Setelah bertemu asinan yang dihitung sebagai " makan pagi " maka perjalanan lanjut kesebuah kedai kecil yang tersohor dengan ikan lelenya.
Lele Lela.
Sambil menunggu pesanan tiba di meja, saya baca poster poster didindingnya yang salah satunya adalah penghargaan plus cuplikan artikel koran tahun 2010 yang menyebut Lele Lela masuk sebagai hidangan Istana Kepresidenan.
Saya penasaran kira kira seperti apa rasa hidangan istana ini?
Maka ketika pesanan2 tiba, terjawab sudah penasaran saya dan saya hanya tinggal mengiyakan saja bahwa memang Lele Lela layak masuk istana hehe ..
Kudapan kudapan atau cemilan khas Bogor juga sudah penuh di tas,
dan diputuskan untuk " menunggu saat makan malam " sambil mengitari kota dari sisi lain yang kurang populer yakni melihat kawasan perumahan perumahan baru.
Saya tiba tiba saja merasa cemas, dibeberapa lokasi perumahan baru yang didatangi ternyata begitu " tandus dan panas " karena ketiadaan
pepohonan dan kehijauan, kontras dengan suasana rumah rumah kuno peninggalan jaman Belanda di Bogor yang begitu adem ayem, hijau, rimbun dan asri serta nampak sangat menyatu dengan sekitarnya.
dan diputuskan untuk " menunggu saat makan malam " sambil mengitari kota dari sisi lain yang kurang populer yakni melihat kawasan perumahan perumahan baru.
Saya tiba tiba saja merasa cemas, dibeberapa lokasi perumahan baru yang didatangi ternyata begitu " tandus dan panas " karena ketiadaan
pepohonan dan kehijauan, kontras dengan suasana rumah rumah kuno peninggalan jaman Belanda di Bogor yang begitu adem ayem, hijau, rimbun dan asri serta nampak sangat menyatu dengan sekitarnya.
Apakah pembangunan kawasan2 baru ini sebuah kemajuan atau sebaliknya?
Jam makan malam akhirnya tiba juga setelah seharian menelusuri kota hujan ini. Berputar putar mencari yang " terbaik " dari sekian banyak pilihan yang sangat baik adalah tidak mudah sebab masing masing
memiliki nilai plusnya.
Akhirnya sebuah bangunan dengan desain etnik , menarik untuk disinggahi dan letaknya yang dipojok menawarkan tempat parkir yang cukup luas.
Namanya " de Leuit " .
Bangunan luas bertingkat 3 dan khas Sunda ini diperkirakan mampu menampung sekitar 300 - 400 tamu dan menu menunya ternyata tidak hanya resep lokal tapi juga internasional.
Meja meja didekat saya bahkan malam itu disesaki oleh tamu tamu bule yang entah turis atau expat.
Dari skala 1 - 10, rasa dari menu pilihan meja saya malam itu saya nilai 75 . Standar? Tidak juga, tetapi saya memang sempat sebelumnya berharap akan sebuah " surprise ala de Leuit " yang mungkin terlewat tidak
saya pilih dari daftar menu, sehingga saya harus " menunda "
memberi nilai lebih hehe meskipun es buaya yang saya pilih terbilang lumayan
( sedikit koreksi, tertulisnya memang buaya, meski sebetulnya adalah potongan2 tanaman lidah buaya hehe ... )
Saya tidak tahu berapa lama lagi Bogor akan mampu bertahan terhadap hantaman " modernisasi " dan pendatang2 dari luar Bogor yang berpotensi mengubah Jungle City ini menjadi kota sahara?
Jumlah kendaraan dan penduduk serta perumahan2 dan ruko2 plus mall mall yang makin bertambah, arus pengunjung diakhir pekan, pengurangan kawasan hijau untuk pembangunan fisik kota, dll yang semuanya mempercepat perubahan Bogor dimasa depan ..
Semoga saja Jungle City ini masih akan mampu menahannya dan
mempertahankan kehijauannya ! ( th )
Keterangan foto :
01. Salah satu sudut Kebun Raya Bogor, foto diambil dari Noni dan Agu 2012,
01. Salah satu sudut Kebun Raya Bogor, foto diambil dari Noni dan Agu 2012,
google.
02. Istana Bogor, foto diambil dari Noni dan Agu 2012, google.
03. Pecel Lele ( taken by me )
04. Salah satu menu de Leuit ( taken by me )
05. Sholat di masjid salah satu perumahan ( taken by me )
02. Istana Bogor, foto diambil dari Noni dan Agu 2012, google.
03. Pecel Lele ( taken by me )
04. Salah satu menu de Leuit ( taken by me )
05. Sholat di masjid salah satu perumahan ( taken by me )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar