Minggu, 18 November 2012







Pondok Desa, Karangploso, Malang ,
an escape


Tampaknya  lembah dan lereng lereng sungai, bukit atau gunung saat ini  menjadi rebutan para developer maupun " pemimpi pemimpi besar " lainnya untuk mewujudkan sebuah " taman impian manusia " dengan imajinasi tak terbatas. 

Maka kalau dulu lereng lereng merupakan tanah " buangan " karena dianggap sulit mengelolanya,  saat ini justru menjadi  favorit karena selling-point nya yang menawan : view.

Jaman memang berubah. 
Orangpun berlomba mencari hunian yang jauh dari hirukpikuk kota. Kalau mungkin bahkan di lokasi2 terpencil, tersendiri dengan privasi yang penuh. Lembah atau lereng? Siapa mampu menolaknya?

Dan apabila belum memilikinya secara pribadi, maka minimal disaat saat santai dan keluarga memerlukan sebuah " perubahan kecil " ditengah rutinitas, 
maka yang menjadi pilihan untuk menghilang sejenak dari keruwetan adalah area area yang menawarkan view luar biasa.


Salah satunya yang hari ini kita kunjungi adalah Restaurant Pondok Desa di desa Ngijo, Karangploso, Malang, sekitar 10 km dari pusat kota.  
Dari pabrik rokok Bentoel di Karanglo, kita dapat mengambil jalur arah Batu dan dari sana , sekitar 3km, kita akan menemukan Restaurant Pondok Desa ( RPD ),
  disebelah kanan jalan . 
 Melalui sebuah jalan yang menukik turun namun sudah lumayan bagus, kita akan sampai di halaman parkiran RPD yang cukup luas.

Disambut dua resepsionis yang manis2, sebuah kartu akan diserahkan kepada kita untuk nantinya harus dikembalikan ke petugas yang sama disaat pulang dengan dibubuhi stempel tanda LUNAS dari kasir didalam restaurant yang ada dibawah lembah. 
( Sebuah cara pengaman yang cerdas mengingat lokasi RPD yang 
mirip hutan mini dimana tidak tertutup kemungkinan orang " mblusuk " mencari jalan keluar illegal sesudah perut kenyang ha ha .. )

Setelah itu kita akan menuruni beberapa puluh anak tangga menuju kebawah, yang bagi penderita reumatik atau asam urat atau gangguan lainnya akan cukup mengganggu sebab memang tidak tersedia lift . 
Saya ingat ketika saya tawarkan tempat ini untuk reuni ditahun 2011, beberapa orang protes " Waa mbak, kakiku ini sudah sulit lo kalau harus naik turun gitu ..... " 
he he .. perjalanan usia...


Terbentang didepan mata adalah sebuah kolam ikan yang berukuran sekitar dua kali kolam renang  standar Olympiade dengan gubug lesehannya, 
lalu juga ada bangunan semacam pendopo berlantai dua yang mampu menampung sekitar 200 an tamu. 
Lantai bawah adalah dapur. Dari lantai dua ini view nya memang cantik sebab 
pendopo dikelilingi lereng dan taman yang tertata asri.



Kebetulan saat itu hari Minggu, jadi ada live-gamelan yang ditabuh siswa siswi SD/SMP di Batu dan mereka adalah siswa/i sebuah Sanggar Kesenian di Batu. 
Saya mengobrol sejenak dengan pelatihnya, pak Bambang yang siang itu mengenakan seragam TShirt warna ungu dengan anak2 asuhnya. 

" Kami main disini Sabtu Minggu, antara jam 10.00 sd sekitar jam 15.00." , jelas pak Bambang. Suara gamelan terdengar sangat menyatu dengan alam sekitar sehingga 
" indra rasa " pun cepat menyesuaikan menjadi sebuah 
rasa adem ayem.



Disebelah bawah pendopo, masih 80% rampung, adalah area lesehan dengan daya tampung untuk sekitar 1500 an tamu dalam bentuk gubug gubug dan sungai kecil dan juga kolam pancing nantinya.  

Terus juga ada ruangan aquarium tempat pengunjung dapat melihat dan memilih ikan ikan yang akan disantapnya. Gubug gubug ini mengingatkan saya pada beberapa lokasi serupa di Bandung, karena gaya khas gubug gubug Sundanya. 

" Mungkin Januari nanti baru siap dioperasikan untuk yang dibawah ini... ", kata seorang petugasnya. Dan saya juga tidak sia2kan untuk men jepret tokoh besar dalam dunia pewayangan, Semar, berikut ke 3 punakawannya yang " menyambut " saya dengan senyum khasnya dipintu masuk area lesehan dibawah. 
( Mereka seukuran tinggi badan saya, jadi tidak sulit menjepretnya hehe ..)

Sebuah jembatan yang menghubungkan area aquarium dengan lesehan diseberangnya merupakan sebuah aksen manis yang cerdas.  
Tentu saja dengan sangat " ndheso " nya saya tidak sia siakan jembatan ini untuk ber foto diatasnya hehe .. ( tapi tidak untuk dipasang di blog, 
karena akan membuat lari tikus tikus hehe .. )



Saya lihat ikan ikan dikolam ini masih relatif " muda " karena ukurannya masih sekitar telapak tangan kita. Beda dengan resto yang sering saya singgahi di Batu, 
yang ukuran ikan ikannya sudah sebesar guling, jadi sepertinya kita memang masih harus bersabar menyaksikan mereka tumbuh lebih besar dan banyak.

Penataan taman di lereng lereng tanah yang ber lembah lembah ini memang tidak serampangan, terbukti dengan komposisi warna tanamannya yang cantik. 
Gubug pembakaran ikannya berada diluar , didekat sebuah kolam ikan lain yang lebih kecil sehingga bau asapnya yang melayang kesemua penjuru ,
sangat mengundang selera  .


Saat itu banyak keluarga dengan membawa putra/inya tampak memenuhi hampir disetiap area yang ada  dan menikmati suasana " alami " yang meski buatan tetapi masih sangat bisa dinikmati. Satu2nya yang terlihat kurang menurut saya adalah fasilitas bermain anak anak, seperti misalnya : 
ayunan dll karena  sebagian besar anak anak masih banyak tersedot diarea kolam kolam yang ada beberapa disitu.

Puas jeprat jepret saya mulai memilih menu. " Ini khasnya disini .. " kata pramusaji berpromosi. Jujur saja saya ingin menu yang samasekali tidak bersentuhan dengan ikan setelah kemarin2 " ber ikan ikan an " di laut seharian.
Memang ada sensasi berbeda antara menikmati menu ikan di resto seperti ini dengan langsung menikmatinya dipinggir laut.  
Tetapi suka tak suka akhirnya tokh diresto ini saya harus membuat pilihan he he ...



Bicara soal harga menu, sangat relatip. Sebut saja minuman range nya antara 4 sampai 20 ribu. Makanan mulai lalapan 4 ribu sampai 70 an ribu.  
Tinggal kita yang menentukan pilihan, apakah ingin berada ditengah atau yang teratas, karena keduanya tidak berbeda dalam layanan yakni   sama sama dapat menikmati  atmosphere dan view ala desa.



Dua jam lebih saya di pendopo RPD dan saya nilai sebagai sebuah makan siang yang  "sukses" karena saya merasa tidak terusik oleh apapun .  
Juga wajah wajah kerabat yang sempat menikmati secuil Malang di RPD bersama saya ditempat ini terlihat  menampilkan ekspresi puas. 
  1. Sebuah pilihan lokasi yang tepat buat oleh oleh kenangan bagi pendatang dari luar Malang.
Tiba tiba ... " Maaf kartunya ... ?" ... ooo.. tidak terasa saya sudah digerbang luar RPD dan harus menyerahkan kembali kartu yang sudah distempel oleh kasir dengan tanda LUNAS itu. Saya harus kembali ke " dunia nyata " setelah tadi sempat berpetualang ke dunia setengah nyata hehe ..
  
Mungkin banyak yang mengimpikan " andai aku punya rumah seperti ini " dengan suasana yang ayem tentrem, adakah kita memang sudah jatuh cinta pada atmosphere nya? Tetapi bak pepatah " cinta tidak harus memiliki " mungkin inilah  jawaban yang paling tepat  .....??  ( th )



Keterangan foto : ( taken by th )

01. Sebuah jembatan membelah sungai kecil di RPD.
02. Papan nama RPD.
03. Jalan menuju RPD didesa Ngijo, Karangploso.
04. Sebagian area lesehan dibawah lembah , dilihat dari pendopo.
05. Area Aquarium RPD
06. Live - gamelan oleh siswa/i Sanggar Kesenian di Batu.
07. Pak Bambang, koordinator sanggar dengan murid2nya.
08. Salah satu area lesehan RPD  .
09. Patung ikan ditengah kolam pancing.
10. Tempat pembakaran ikan.
11. Jembatan ditengah area pancing.
12. Salah satu menu RPD.
13. Semar dan  Petruk , welcoming smile.
14. Kotak tisu RPD.
15. Salah satu kolam yang ada di RPD.      



 













2 komentar:

Marto Kohyen mengatakan...

tgl 2 Maret 2014 insyallah akan mampir ke RDC

Marto Kohyen mengatakan...

insyaallah mampir