Senin, 26 November 2012






BHAGAVAD GITA



Padang Kurusetra masih merah....  Bharatayudha, 
Perang Akbar antara Pandawa dan Korawa dimulai, namun hari masih pagi dan matahari mulai terlihat semburat merahnya .. 
Bagian dari babad Mahabharata yang klasik dan anggun serta menyentuh ini 
bak " harta karun budaya " yang diturunkan secara turun temurun dari 
generasi ke generasi agar lakon yang sarat falsafah kehidupan ini diharapkan dapat diwarisi nilai nilai luhurnya .. 

Diatas kereta perang yang dikusiri Kresna , agenda Arjuna hari itu harus maju perang, 
namun hal ini membuat Arjuna galau, gundah, resah, sedih, cemas, campur aduk .. 
Betapa tidak? 
Lawan lawan yang harus dihadapi Pandawa termasuk dirinya adalah bukan orang lain. 
Disana ada PakDe, BuDe, PakLik,BuLik, Om,Tante ( apa bedanya? ), keponakan, sepupu, eyang , buyut dst dst yang notabene sedarah dan 
dikenalnya dengan sangat baik luar dalam. 

Juga mereka merupakan guru gurunya dalam mengasah keahlian memanah dan perang, 
dan guru guru spiritual yang mengasah ketajaman jiwanya. 
" Wahai, tidaklah mungkin aku menghadapi mereka sebagai lawan yang harus aku musnahkan... " , keluh batin Arjuna ..

Kresna mengetahui kegalauan ini. Kresna mencoba menyemangati dengan sepenuh jiwa. Kresna membujuk agar Arjuna melupakan predikat Guru Murid, ataupun Eyang Cucu, atau Paman Keponakan, Sepaha Sepupu dll karena ini adalah sebuah peperangan suci. 

Arjuna tidak bergeming. Arjuna bungkam bahkan menitikkan air bening dari sudut sudut matanya. Kepatuhan dan rasa hormat kepada sang guru, sang eyang, sang paman, sang sepupu, sang .. sang ... sang .... telah meluluh lantakkan seluruh sukmanya.

Habis sudah kata kata Kresna. Tidak ada lagi sisa katakata yang mempan membujuk Arjuna. Sementara itu genderang perang telah tertalu, dan dipihak lawan  juga sudah bersiap . Pihak Korawa tahu hari ini adalah awal sebuah takdir, siapapun yang harus terluka atau terbunuh di Kurusetra meski  masih ada sebungkah harapan akan sebuah kemenangan atas takdir.

Khresna lalu terdiam dalam hening jiwanya.... 
Terpusat seluruh raga dan sukmanya dalam sebuah titik yang penuh cahaya : Bhatara Vishnu.  
Arjuna tergetar .... adakah sang Bhatara ini benar hadir dihadapannya atau itu cuma sebuah ilusi? Arjuna sungguh tidak mimpi, Vishnu benar ada dihadapannya ..

Cahaya gemerlap  disekeliling raga sang Bhatara, telah melemaskan sukma dan raga sang Arjuna yang sedang bimbang, duhhh ... Bhatara, ampuni hamba ...

" Bangunlah Arjuna .. tegakkan kembali semangatmu .. hari ini sudah tersurat dalam takdir, bahwa engkau adalah pembawa panji Kebenaran, dan segenap lawan yang harus engkau hadapi adalah  sebuah Ketidak Benaran ..

Jangan pernah berpaling dari takdir, sebab engkau telah terpilih untuk peperangan ini, demikian juga lawan lawanmu...  
Tugas harus dituntaskan, 
betapapun itu getir dan menyakitkan, 
jangan pernah undur dari sebuah penegakan kebenaran meski mungkin dunia melihatnya sebagai sebuah kesalahan ... 
Anakku, majulah .. ! "

Wejangan panjang lebar sang Bhatara kepada Arjuna tentang kebenaran dan kebatilan, telah menyesakkan dada Arjuna 
yang tenggelam dalam sesengguk panjang atas sebuah kesadaran bahwa 
dalam penegakan keadilan sungguh tidak ada lagi kata :
" tidak mau atau tidak bisa " diatas pertalian darah sekalipun, sebab darah tidak akan pernah mempertautkan 
kebenaran dan keculasan meski sekandung.

Wajah Arjuna tenggelam dalam  banjir airmata .. Wajahnya pucat pasi .. Arjuna tersujud dihadapan sang Vishnu, dan dirasakannya bahwa   sukma telah kembali keraganya .. urat urat nadinya telah kembali memerah dan wajah yang semula pucat bersimbah air bening, telah kembali bercahaya  bak fajar pagi ..

Tiba tiba mendung memayungi medan perang seolah bersiap menangisi sebuah takdir yang akan segera terjadi ... 
Vishnu kembali berujud menjadi Khresna, dan dialah sang kusir dari kereta perang Arjuna. ... sebuah kereta takdir....

Nilai mahal babad Bhagavad Gita ini mungkin tidak tertangkap oleh setiap kita. Tetapi ketika sebuah " siapa " menjadi tidak lagi penting, karena sebuah " apa dan bagaimana " menjadi yang terpenting, maka getir pahit sebuah kenyataan adalah jalan jalan setapak menuju 
sebuah kebenaran hakiki yang ini tidak dapat terpenjara bahkan 
oleh harta , kekuasaan , maupun pertalian darah ..

Nilai tidaklah akan pernah mampu dipaksakan kepada siapapun, karena dia harus tumbuh alami sepenuh sadar . Manusia terlihat kekayaan nilainya saat  berhadapan dengan ujian ujian kehidupan, adakah ia mampu tegak berdiri dalam kedewasaan dan kebesaran jiwa 
ataukah 
dia menjadi liar tak terkendali bak serigala lapar karena kehilangan keseimbangan jiwa ?

Dari buku " Kidung Sang Begawan " ( Bhagavad Gita, Bhagavad = Mulia, Gita = Lagu ) 
ada yang dapat kita petikkan disini, sebuah terjemahan dari Sanskrit yang 
mungkin tak terlampau sempurna namun ini adanya :

" mulau mara sang Arjunasemu kamanusan kasrepan ri tingkah i musuhira n  pada kadangtanga wwang waneh hana wwang anaking yayah mwang ibu len uwanggeh paman makadi Krpa Bhisma sira sang dwijanggeh guru "

( ..... Sang Arjuna diliputi rasa kasihan sebab musuh musuhnya bukanlah orang asing melainkan sanak saudara dari pihak ayah maupun ibu, dan juga paman paman seperti Krpa, Salya, Bhisma, Beghawan Dorna dll )
 
Petikan lain dari wejangan Kresna pada Arjuna antara lain :

" Kasih kepada istri, kekasih, anak anak belum tentu kasih. Hanya sepanjang mereka patuh terhadap Anda, Ego Anda puas, Anda mencintai mereka.
Rasa kepemilikan bukan kasih, Anda tak memberikan kebebasan pada mereka .

Jiwa yang tenang tidak lagi mengenal duka. Ia yang tenang selalu berada dalam keadaan SEIMBANG " ( petikan Bhagavad Gita )

Padang Kurusetra mulai berbau anyir .. ia adalah padang kehidupan, yang diisi dengan peperangan abadi antara kebenaran dan keculasan .. mungkin satu saat kita menjadi Arjuna Arjuna yang penuh kebimbangan, namun kehidupan harus terus berjalan dengan pilihan pilihan yang terkadang sulit dan pahit namun ia berjalan kearah kebenaran ( th )

Keterangan foto ( diambil dari google ) :
01. kereta dengan kusir Kresna dan Arjuna kesatrianya.
02. Kresna



   

Tidak ada komentar: