Senin, 12 November 2012





Dialog Panjang Mencari Dewa Ruci


Kembali ke Malang, kembali macet, kembali ruwet. Ruwet? 
Ya, dan mencari sebuah tempat untuk mengurai keruwetan  akhirnya pilihan jatuh di rumah seorang pangeran muda, namanya Pangeran Muda Resto, 
dijalan utama Soekarno Hatta. 
Senin siang tadi sepi, jadi pas untuk " mendinginkan temperatur " yang sejak kemarin malam bak " sunday night fever ".

               Saya suka nuansa wayang di resto yang satu ini. 
Didinding sebelah belakang, seluruh tembok dilukis dengan
Kebetulan tokoh ini adalah favorit saya. 
Buat saya, karakternya sangat keren. Bima berbicara hanya bila perlu, tetapi bicaranya sangat lah wise . Juga dalam bersikap, Bima tidak pernah berlebihan, kharismatik tanpa bermaksud tebar pesona, dan berwibawa 
tanpa gila hormat dan atau  popularitas. 

Waktu kecil duluuuu, saya dibesarkan dengan buku buku dan falsafah wayang. Mahabharata yang berjilid 40 saat itu 
misalnya , saya lalap habis saat masih SD. 
Saya terpana terutama pada episod Bharatayudha nya, 
dan Bhagavad Gita adalah bagian yang paling membekas hingga detik ini. 

Kebimbangan seorang Arjuna menghadapi saudara saudara sedarahnya, ada eyang, guru, paman,keponakan, sepupu dll  dimedan perang, telah disadarkan oleh Kresna yang  menjelma menjadi Betara Wisnu agar melihat peperangan  ini tidak secara  an sich melainkan 
sebagai peperangan antara 
Kebenaran melawan Keculasan.

Lamunan saya dari padang Kurusetra terputus ketika pramusaji menanyakan menu pilihan saya. Menu siang hari agaknya yang paling pas adalah ikan dan sambel. 
Bersama saya adalah teman berdialog yang bakal mencoba membantu saya mengurai benang kusut. Besok pagi saya sudah pasti akan " dicecar " dalam reuni yang setengah 
" dipaksakan " dan saya mencoba mengurainya 
sebagian pada siang ini sebelum saya " diadili " teman teman  saya, I know ..   

Maka sepanjang makan siang, dialog yang terurai itu setelah disingkat kurang lebih begini :


( * )     : waa .. kelihatannya berimbas ke fisik ya, kurusan ..

(@)     : ya dan tidak, mungkin banyak jalan jadi lebih langsing hehe..
( * )    : ok, saya paham, tapi kenapa kok masih bertahan atau tepatnya dipertahankan  ?
        (@)     : dua2nya tidak. lebih tepat mungkin " sedang dicari solusi yang terbaik " nya
( * )     : apa begitu sulitnya sampai begitu lamanya belum ketemu ketemu solusinya?
(@)     : kalau ini masalah bisnis, barangkali sudah lama rampung. ini menyangkut     rasa, dan kita tidak dapat  memati hidupkan rasa seperti mesin cuci.
(  * )   : ok, dimana kira2 kendalanya diluar masalah rasa tadi?
(@))   : masalah terberat selama ini adalah komunikasi.
( * )    : lo dijaman seperti ini? 

(@)    : bukan jamannya yang salah tapi sikonnya karena  belum pernah klop atau tepatnya pihak ybs belum pernah beritikad membuka dialog, padahal dialog ini 

dengan segera akan bisa mengurai kekusutan dan seluruh kesalah pahaman akan teratasi. 
juga publik, 
sebab opini yang terbentuk sudah terlampau jauh melompati kenyataan yang sesungguhnya . 
tidak tahu lagi bagaimana karena dialog dan bentuk komunikasi yang ada selama ini mungkin hanya bisa dipahami oleh mereka  yang di RSJ barangkali.

(  * )  : kelihatannya kamu berada ditempat dan waktu yang salah, energimu banyak terbuang untuk ini dan kamu yang sedemikian produktif tiba tiba saja menjadi kontra produktif. berapa lama lagi kamu akan berada disitu? 


lagipula secara fisik kalian sama sekali belum pernah berhadapan, berjabat tangan sekalipun, apalagi bersentuhan. tetapi lihatlah apa  yang publik sudah terlanjur citrakan. 

tolong pikirkan ini, sebab jangan sampai kamu menjadi bulan bulanan sebuah skenario yang tidak kamu ketahui tujuannya.

(@)   : semuanya serba mungkin. tapi kalau ini sebuah keisengan, mengapa bertahan begitu lama dan yang bersangkutan berani " memproklamirkan apa yang  ingin dicitrakannya "secara terbuka di media?


( * )  :  ha .. ha .. ha .. jangan terlalu naif. ( saya merasa tidak enak ditertawakan seperti itu ). semakin lama ybs memanfaatkan medianya untuk men state " relationship " yang dia coba citrakan untuk membentuk opini publik, akan semakin banyak dia mendapatkan simpati terutama dari kaum perempuan dan semakin remuk karaktermu di publik.

           maaf, terdengarnya kasar, tapi saya tak punya kata lain yang bisa menjelaskannya.

(@)   : ...... saya tidak ingin mempercayai itu .. saya tidak melihat alasannya dia melakukan itu apalagi sampai ber bulan2, sebab energi yang dia butuhkan juga tak sedikit ...


( * )   : memang sulit meyakinkan orang yang sudah terlanjur dalam putaran arus . tapi coba kita sederhanakan  masalahmu dan  tolong jawab ini :


" mengapa selama kurun waktu sekian bulan  ini tidak satu kalipun ybs memperlihatkan itikad 
ataupun upaya untuk melakukan dialog langsung meski harus memerlukan mediator mengingat status kalian 
dan 
sepertinya ybs lebih suka memperlihatkan powernya melalui medianya untuk melipat  lipat kamu sesukanya bak karya seni origami ?

sebagai pria, maksud saya pria sejati, harusnya resiko apapun akan berani ditempuhnya asalkan masih sesuai norma yaitu memakai mediator dan ada saksi 
sehingga tidak melahirkan fitnah. 
apa sulitnya sih mengatur sebuah dialog langsung? 
menurutmu bagaimana? "

(@)    : ( saya tidak langsung bisa menjawab ) .. mungkin untuk menjaga agar saya tidak jatuh dalam kesulitan..


( * )    : kesulitan? kamu SUDAH didalamnya sejak lama, kamu sadari atau tidak..


@ : jadi ?
 


( * )    : melihat cara dan bentuk bentuk komunikasi kalian yang selama ini yang sangat
 tidak    normal dan sangat   tidak berimbang serta  semakin memperuncing 
kesalahpahaman  , apa sebenarnya yang masih ditunggu?

(@)       : maksudnya?

( * )    : setiap segala sesuatu yang kita lakukan, haruslah mempunyai sebuah tujuan yang jelas dan ini bukan masalah Gagal atau Berhasil, tapi masalah Keberanian Menghadapi Kenyataan, bahkan yang terpahit sekalipun. 
Datang, Bicara, Selesaikan Masalah, 
soal gagal atau berhasil itu lain. 
Lagipula tidaklah mungkin sebuah relationship dibangun diatas sebuah ketidak jelasan dan ketidak tahuan. 
           
Hanya melalui dialog langsung dan komunikasi yang berimbang dan sehatlah kita akan dapat saling memahami, mengerti  dan mempertimbangkan sesuatunya sebelum 
akhirnya membuat sesuatu keputusan.

Apalagi bila selama proses pertemanan itu sering  terjadi   kekecewaan kekecewaan sepihak,  

pasti ini juga berpengaruh terhadap kelanggengan pertemanan itu sendiri karena tidak adanya kesetaraan kepentingan atau Win Win .

Perasaan Aman dan Nyaman dalam sebuah pertemanan juga penting. Tekanan atau rasa terancam secara psikis 
yang menimbulkan rasa Tidak Aman dan Nyaman, ini juga berperan , 
karena  pertemanan yang sehat  itu harusnya melahirkan Rasa Aman  dan Nyaman. 

Apa yang sudah kamu lakukan selama ini saya pikir sudah cukup karena seluruh upayamu untuk membuka dialog langsung tidak mendapat tanggapan positip. 


Pemujaan dan hujatan plus terkadang bahkan  pelecehan kesemuanya menimpa kamu tanpa kamu mampu membela diri karena media yang dipakainya merupakan perisainya 
dan  dia tidak bersedia keluar dari perisai itu. 

So, apakah ini yang disebut fair? Kamu menjadi TERTUDUH tetapi disisi lain dialah yang memperoleh simpati publikterutama dari kaum hawa. 
Tidak bisakah kamu melihat ini? 
Saya sudah bicara banyak, now is your turn ..

(@)     : .... ( saya tidak mampu menjawab , saya merasa 

seolah baru pulang dan kembali dari sebuah perjalanan sukma bak Bima yang kembali dari pengembaraan mencari  Sang Dewa Ruci ... 
mungkin saya telah menemukan  Air Keabadian  itu atau belum, 
saya akan menemukan  jawabannya nanti  )

Seusai tulang dan duri duri ikan  menghiasi tepian piring saya dan  minuman saya tersisa tinggal dua cm , saya  tinggalkan kediaman sang Pangeran Muda 

dengan berbagai rasa  .. nano nano ..?

Di pintu keluar saya menengok ukiran kayu dari tokoh

Semar, Petruk, Gareng dan Bagong . 
Semar yang jelmaan dewa ini merupakan Tokoh Besar dipewayangan yang meski figurnya sederhana tetapi sangat dihormati karena WISDOM yang dimilikinya ..
 Andai saja saat ini Semar ada disini ... ( th )
            
Keterangan foto :
01. Dewa Ruci  , diambil dari Google, e-wayang.
  02. Lukisan Semar di Tembok Pangeran Muda , Suhat Malang,  Semar, 
diambil dg BB. , maaf, hasilnya kabur, karena saya tidak siap dengan kamera biasa.



Tidak ada komentar: