Senin, 28 Maret 2016







.. " Gang Jangkrik , Ragu Ragu ? " ..

tempat tempat makan tertentu seringkali menimbulkan keraguan disaat dihadapkan dengan
 ragam Chinese Food yang konon lebih cenderung memakai bahan dasar lemak pork .
 satu diantaranya adalah Gang Jangkrik yang di Malang memiliki beberapa cabang antara lain di
 Letjen Sutoyo , Jalan Kawi Atas , Simpang Borobudur dan Soekarno Hatta . 
lalu muncul rumor kira kira begini 
" jangan di Gang Jangkrik yang lain lain kecuali yang di Soehat sebab disitu tanpa pork " .
lalu saya yang sejak lama penasaran , 
mencoba menengok ke cabang yang Soehat dari Gang Jangkrik ini .
 ternyata ... lo , saya melihat banyak mereka yang berhijab tampak asyik menyantap disitu .
kebetulan teman yang bersama saya ke Gang Jangkrik Soehat disebuah siang yang lalu tergolong " bukan peragu " dan percaya bahwa disitu benar benar Free of Pork .
maka saya " nunut " hanya untuk menjepret makanan yang dipesannya plus minum,
karena saya Belum Siap untuk mencicipi makanannya kali yang kedua .
sebab ketika saya datang untuk yang pertama kali duluuuuu dan itu sudah sekian tahun lewat ,
adalah disaat saya belum sempat mendengar " rumor " yang beredar hehehe ..


dengan atmosfer yang lumayan nyaman meski kedai Gang Jangkrik ini terbilang berukuran kecil , 
saya lihat peminatnya lumayan banyak sebab yang menunggu di antrian untuk 
Take Away juga mengular ... 
kedai yang satu ini memang pemain lama dijagad kuliner Malang ,
 jadi sudah tak diragukan lagi nama dan popularitasnya . 
dan seperti lazimnya kedai yang menawarkan Chinese Food , maka disini juga ada bermacam resep resep khas 
seperti Cap Cai , Bakmie , Fu Yung Hai , Nasgor dll tetapi yang menjadi ikon nya adalah Cwi Mie .
 naa , moga2 beberapa foto disini cukup bisa mewakili mengenal Gang Jangkrik Soehat ini .
( th )
  ( photos by : th , Gang Jangkrik Soehat , March 2016 )

01 . mie bakso
02 . ragu ragu .. ?
03 . atmosfer
04 . pendiri
05 . harga relatif
 




Jumat, 25 Maret 2016






.. " Perang Pecel , Siapa Asli , Siapa Aspal ? " ..

melihat warung pecel bertebaran di kota Malang adalah hal biasa , 
apalagi terkenal sebagai kota pendidikan maka Malang identik dengan kota kos kos an dan pecel adalah
 menu terpopuler untuk kantong anak kos .
 tetapi kalau terjadinya penebaran itu di Jalan Kawi ( Atas ) , 
maka bolehlah kening sedikit berkenyit . duluuuuu , di jalan ini hanya ada satu pecel yang ngetop 
berjuluk " Pecel Kawi " sesuai nama jalannya .
 warung ini hampir tak pernah sepi pada jam berapapun , sampai sampai sulit mencari tempat duduk dan antrianpun mengular . warungnya sederhana dan meja kursinya masih ala warung jadul
 yaitu lebih populer disebut " dingklik " yang panjang yang dapat diduduki sekaligus  4 - 5 orang .
 saya termasuk nge fans ,
 terutama setelah jalan pagi disekitar stadion . 
dan maksud jalan pagi untuk melangsingkan badan ee .. mampir diwarung pecel kawi itu malah 
pulang tambah gemuk hehehe .. sebuah kegagalan diet ! 
naa , tiap kali ada kerabat luar Malang datang , 
dengan bangga saya selalu membawa mereka ke warung pecel itu dan mereka boleh 
dengan bebas memilih lauknya . 


ada sate komoh , mendhol , tempe , bakwan , empal dll dll . 
 sekian bulan yl tiba tiba saja saya dibuat surprise karena warung legendaris ini tutup dan lama mengalami 
renovasi atau entah apa namanya . sementara tutup dan di renovasi ,muncul warung Pecel Kawi yang lebih mini disebelah kirinya , yang dikelola oleh salah satu mantan karyawati warung terdahulu .
 " waa , kok sendirian mbak ? lha yang warung lama kenapa ya ? " .. 
maka beberapa versi muncul tentang tutupnya warung lama dan munculnya warung " kloning " nya . 
buat saya tak masalah apapun yang terjadi , 
sebab saya masih merasakan bahwa bumbu warung 
mini ini masih mirip dengan aslinya apalagi yang berjualan memang eks karyawati warung terdahulu .
 lha ternyata selang beberapa bulan kemudian muncul warung warung pecel lainnya dijalan ini ,
 bahkan saat ini tercatat ada 4 / empat ! 
salah satunya adalah Pecel Kawi yang berdiri di bekas warung aslinya tetapi sudah tampil dengan
 wajah baru bahkan berlantai dua dengan tatanan interior yang modern . 
disitu mereka memasang foto seorang ibu sepuh yang saya menduga adalah pelopor awal Pecel Kawi
 dijalan itu pada jamannya . lalu papan papan nama disebelah luar warung juga
mengusung papan nama asli seperti yang ada di warung lama .
   pokoknya hal hal yang " autentik " dari warung lama dapat dilihat diwarung pecel yang sudah 
dibedah plastik dengan gaya modern ini . 
saya penasaran dan mencoba pecelnya bahkan juga ada menu menu lain 
seperti rawon , kare dll persis seperti menu menu yang disediakan di warung yang lama . 
ternyata tampilan atau cara penyajiannya sedikit berbeda alias dikemas dengan lebih cermat dan soal rasa saya juga merasakan perbedaannya meskipun tidak berarti kurang enak atau lebih enak .
pada kesempatan lain saya kembali ke warung pecel mini disebelahnya yang dikelola eks karyawati dari
warung lama . " bagaimana mbak , ramai ? " .. 
" sepiii bu , sejak sebelah buka pecel , pelanggan2 saya kesana semua ... " 

 saya tidak berkomentar tetapi bingung menghadapi dua hal berbeda yang unik .
disegi Rasa dan Tampilan warung pecel mini ini lebih mirip aslinya dulu .
tetapi kalau soal Cara Penyajian dan Rasa maka warung pecel yang  modern itu terasa beda dengan  
yang asli meski menempati lokasi sesuai aslinya .
maka silahkan saja pembaca yang memutuskan sendiri ,
 manakah diantara keduanya yang Asli atau Fotocopy an atau " kloningan " ?? 
kalau pembaca juga bingung , silahkan mencoba ke 4 warung pecel yang ada di jalan Kawi ( Atas ) Malang ini dan berikan komentar anda setelah mencoba semuanya . 
siapa tahu pendapat anda berbeda dengan saya ? 
( th )
 ( photos by : th , Pecel Kawi , March 2016 )

01 . foto ibu sepuh , pendiri Pecel Kawi yang asli ?
02 . menu pecel versi warung pecel yang baru direnovasi dengan tampilan lain
03 . tangga kelantai dua
04 . atmosfer lantai dua
05 . gambar didinding , Ijen Boulevard tempo doeloe
06 . rawon juga ada
07 . nama yang kembar 
08 . pisang
09 . papan nama yang dulu ada diwarung lama 







 

Rabu, 23 Maret 2016








 >>>> Ibu , .. Sugeng Tindhak .. >>>>

12 Maret 2016 subuh dan bahkan fajar belum merekah sepenuhnya ,
ibunda tercinta telah dijemput kepangkuan NYA ..
dipagi buta itu , dipagar dokter yang menjadi tetangga terdekat ,
saya mengetuknya dan berusaha mengais harapan bahwa dokter akan segera menjenguk ibunda yang
 pagi itu tiba tiba terlihat drop . dan dalam ketergesaan ,
 ibu dokter berlari kecil kerumah dan  bersegera memberikan bantuan . 
degup jantung yang mengencang , seolah melumpuhkan sendi dan nadi ketika akhirnya dokter memastikan 
" ibunda sudah pergi .... " ... 
saya tercekat dan pandangan mengabur meski telah tahu sejak lama bahwa ini akan terjadi ,
 tetapi nyatanya saya tidak sesiap yang diduga .. 
89 tahun adalah sebuah anugerah , karena tidak banyak yang dapat mencapainya terlebih dijaman yang
 serba instant ini , dimana segenap gaya hidup sudah berobah total .


 tetapi ibunda merupakan " warisan jamannya " yang masih mengutamakan hal hal yang alami .
 mulai pola makan , pola pikir dan banyak lagi yang sering terdengar KUNO namun sebenarnya sarat kebenaran .
 masih segar dalam ingatan bagaimana beliau menghindarkan saya dari jajanan2 kurang 
sehat diluar rumah dan membuatkan sendiri makanan minuman yang sehat sejak saya
 masih dibangku SD atau SR dimasa itu .
 lalu nasehat nasehat yang seringkali sulit diterima remaja angkatan saya kala itu ,
 tetapi bila dimaknai sungguh sangat beralasan dan benar .
 contoh : " anak gadis jangan berdiri ditengah pintu apalagi pada saat mahgrib " ,
 ini bukan tahayul tetapi sebuah pesan agar gadis atau wanita sebaiknya berada didalam rumah dan
 tidak berada diluar pintu atau rumah agar tidak dicemooh sebagai yang " liar " . 
lalu juga dalam hal busana , saat itu saya belum ber hijab sebagaimana sekarang karena pada masa itu
 hijab belumlah menjadi " trend " apalagi sebuah " tuntutan aqidah " .
 tetapi beliau sering bernasehat agar
" gadis atau wanita sebaiknya tidak meng ekspose tubuhnya karena kehormatannya terletak antara lain pada 
caranya berbusana , bila terlampau terbuka maka itu adalah pengetuk syahwat pria yang 
biasanya hanya dilakukan oleh wanita2 yang bisa dibeli oleh uang " .
 atau mungkin warisan ibunda yang lain adalah ini : 
" kesabaran meruntuhkan kekerasan ,
bak tetes tetes air yang perlahan namun pasti melubangi batu cadas yang keras "  .
sungguh banyak hal yang engkau teladankan tanpa kata ,
karena dalam diammu engkau bicara ribuan kata .
diatas tanah makammu yang masih basah dan memerah , segala doa kami tertumpah .
meski engkau tidak lagi ada dipembaringanmu ,


 namun aku tahu bahwa nilai nilai kebajikan yang engkau pernah ajar dan wariskan akan tetap 
hidup selamanya dihati dan keseharian anak dan cucu cucumu karena ia menjadi pelita yang menerangi
 hari hari kami yang terkadang murung dan berawan .
hingga engkau terbaring abadi dalam pelukan bumi yang dingin , 
kami yakin bahwa segala amalan dan ibadah yang pernah engkau lakukan semasa hidupmu , 
membuat tanah disekelilingmu menjadi sebuah selimut hangat yang abadi , amin .
ibu ,
bahkan hingga napas terakhirmu , kami semua belum mampu membalas darah dan keringat yang
 pernah engkau cucurkan dalam membesarkan kami .
darah dan keringat itu tidak akan pernah dapat dihitung dengan angka dan rupiah ,
 karena kami tahu engkau memberikannya setulus hati .
sementara kami hanya mampu menghitungnya berdasar matematika yaitu perkalian tahun dan besar biaya yang pernah 
dikeluarkan dalam membiayai dan membesarkan kami , 
sangatlah memalukan ... ! 
benarkah hitungan yang memalukan ini ?
 engkau bahkan hanya tersenyum dan mungkin menjawab 
" anakku , tidaklah perlu engkau bersusah menghitungnya , itu adalah sebuah amanah dan kewajiban seorang ibu pada
 anak anaknya , maka simpanlah hitungan2mu ,
 tetapi kelak ketika engkau membesarkan anak anakmu sendiri maka itulah saatnya engkau
melakukan hal yang sama pada mereka dan jangan pernah menuntut balasannya "
ibu ,
kamarmu saat ini kosong , 
aku menyapu dan mengepelnya dua kali sehari seperti biasanya seperti semasa engkau masih ada ,
 tak ada yang berubah . yang berubah hanyalah atmosfernya , 
dimana aku tidak lagi keluar masuk kesana untuk menyiapkan susu atau memutarkan program2 religious di tv kamarmu .
 tv itu tidak lagi pernah kunyalakan .
 mungkin dari pembaringanmu yang abadi , engkau melihat kemurunganku , 
tapi percayalah bahwa aku mengikhlaskan semuanya sepenuh hati ,
 karena segala sesuatu yang menjadi ciptaaan NYA pasti akan kembali kepada NYA .
semoga perjalananmu penuh dengan cahaya dan ridho NYA , amin YRA .
dalam doa ,
anakmu .
( th )


( photos by : th , Wafat Ibunda Tercinta , Maret 2016 )

01 . makam Kasin
02 . pemasangan rumput
03 . ibunda diapit ayahanda dan nenenda
04 . tahlilan
05 . mempersiapkan hidangan tahlilan
06 .  hari 1 , ke 3 dan ke 7
07 .  untuk yang dirumah
08 . kiriman dari mie setan  
 





 

Selasa, 22 Maret 2016







.. " Rel KA Taman Bermainku " ..

dua sahabat cilik tampak asyik bermain disebuah bangku dilatar belakangi rumah mereka yang sangat sederhana .
 bukan HP , iPad atau PS yang ada ditangan mereka , 
hanya entah itu tali atau benang yang juga tidak jelas apa jenis permainan yang sedang
 mereka " perdebatkan " disuatu siang .
 disamping mereka adalah bentangan rel KA yang menghubungkan berbagai kota diseluruh Jawa . 
ketika sebuah KA lewat , tampaknya juga tidak membuat keduanya bergeming sebab
 raungan bunyi KA yang menggetarkan rel tampaknya sudah menjadi musik rutin bagi keduanya . 
tidak tampak kemurungan diwajah mereka , 
bahkan ketika anak anak sebayanya sudah pakar memainkan Gadget ,
mereka tetap saja asyik dengan " mainan mainan seadanya " yang tampak tak tersentuh teknologi . 
dari seberang rel KA saya menjepret keduanya tanpa setahu mereka ,
 sebab saya ingin mendapatkan shot yang alami . 
demikian kenyataan di tanah air , 
bahwa ada sebagian ( besar ) anak anak kita yang kurang beruntung menikmati usia masa kecilnya
 dibangku sekolah dan mengenal teknologi informasi . 
pada jam jam sekolah seharusnya mereka tidak berada dirumah , 
tetapi kalau kenyataan mengharuskan mereka tidak berada dimeja meja belajar disekolah , 
kepada siapa Rasa Bersalah harus dialamatkan ? 
banyak cara yang dapat diulurkan untuk membantu anak anak kurang beruntung seperti halnya mereka ini , 
bahkan pada skala yang terkecil seperti misalnya
 menyumbangkan buku2 bacaan atau pelajaran bekas anak anak , mainan , pakaian dll untuk mereka
 yang membutuhkan atau mengikuti program anak asuh dll .
 jutaan jumlah anak anak yang kurang beruntung ditanah air ini , 
belum lagi yang " terlempar " dijalanan dan terjebak dalam sindikasi kekerasan pada anak anak . 
mari berbagi sedikit , syukur bila mampu lebih banyak , 
mengingat masa kecil adalah jaman keemasan yang tak lagi bisa diulang , 
dan ini membutuhkan perhatian dan kepedulian , agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi 
pribadi2 positip yang bermanfaat bagi dirinya , keluarganya , lingkungan dan bangsa serta negaranya .
 siapkah kita , saya dan pembaca berbagi ? 
( th )

( photos by : th , Rel KA didaerah Jl . Batanghari , Malang , Maret 2016 )

01 .  ayo bermain ..
02 . persahabatan masa kecil ..









Senin, 21 Maret 2016





  
.. " Melamun di Setopan " ..

pada beberapa bulan terakhir ini , 
di kota Malang terlihat papan papan iklan yang berukuran jumbo dan melintang di 
banyak ruas jalan protokol utamanya , mengusung pesan pesan religious yang sarat makna .
 entah itu atas pesanan klien tertentu atau itu dari manajemen biro iklannya sendiri yang sedang berpromosi dengan cara " mengambil hati " kelompok masyarakat tertentu .
 apapun itu , tidaklah penting untuk diperdebatkan .
 lebih penting adalah mencermati pesan pesan yang diusung didalamnya karena dengan ukuran yang 
" nggedablah " dan posisi papan iklannya yang mencolok serta strategis ,
 siapapun akan tertarik untuk membaca dan bahkan merenungkannya lepas
 dari keyakinan yang dianut si pembaca . 
tentu harapan kita semua , 
akan lebih banyak lagi pesan pesan senada disegenap penjuru kota , 
dibanding kalau kita harus membaca pesan pesan iklan yang terkadang kurang membangun atau mendidik . 
kreativitas pekerja periklanan memang diperlukan untuk sebuah Daya Tarik Produk atau Jasa ,
 tetapi tetap harus memperhatikan Etika Budaya dan Sosial bahkan Agama karena bila 
berlawanan atau melanggar , biasanya yang muncul justru penolakan . 
pengalaman penulis sendiri sebagai copy - writer dari sebuah Advrt . Co di Jakarta sekian dekade lewat ,
 mengajarkan pentingnya melandasi pesan iklan dengan 
Etika Budaya , Sosial dan bahkan Agama agar tidak terjadi SARA .
 lompatan ke jaman digital dari manual merupakan sebuah revolusi ide dan kreativitas yang belum dimiliki 
pada dunia periklanan dijaman saya . mengapa ?
 saat ini kita telah menerobos batas batas jarak , waktu dan tempat ,
 sehingga tidaklah perlu bersulit sulit untuk menggali inspirasi dari belahan dunia manapun yang pada
 jaman saya dulu harus lebih " megap megap " mendapatkan bahan bahan referensi 
dari luar atau benua seberang . 
tetapi kelebihan Djaman Djadoel ini adalah masih tebalnya penghormatan pada 
Etika Budaya , Sosial maupun Agama yang tercermin pada pesan pesan iklannya yang relatif normatif . 
dari meja kerja saya saat itu dilantai 9 sebuah gedung dikawasan Thamrin Jakarta ,
 lahir pesan pesan iklan yang mendominasi media cetak dan radio tetapi TV masih sangat terbatas .
 jenis copy - writing dijaman itu dijamin tidak akan pernah lagi muncul atau bahkan 
disukai saat ini meskipun klien kami saat itu selevel Lufthansa , Kubota dll . 
jaman berubah ,
 pesan pesan iklan saat ini lebih dikuasai oleh ide ide yang 
" nyleneh dan bahkan tidak mencerminkan secara langsung produk / jasa yang diusung " .
belum lagi visualisasi iklan di TV atau bioskop , yang nyaris lebih mirip potongan sinetron atau game game tersebab ikut campur tangannya teknologi digital yang memungkinkannya .
maka hadirnya pesan pesan seperti gambar diatas , 
seolah membalikkan mesin waktu kesekian dekade lewat dimana masyarakat masih menyukai 
Pesan Pesan Langsung Tanpa Kemasan !
mungkin kreativitas biro iklan diera digital yang kaya dengan jutaan kemungkinan ini satu saat akan 
juga mencapai titik jenuh dan manusia berupaya untuk kembali ke basic nya , entahlah ..
 apa dan bagaimanapun itu ,
 jauh didasar kalbu seorang manusia sebenarnya ia masih akan selalu merindukan Kebenaran bahkan 
dalam bentuknya yang paling sederhana yaitu saat berhenti di lampu merah dan matanya 
menatap Pesan Kebenaran di sebuah papan iklan seperti diatas,
 semoga .. 
( th )

( photo by : th , Malang , March 2016 )