Senin, 21 Maret 2016





  
.. " Melamun di Setopan " ..

pada beberapa bulan terakhir ini , 
di kota Malang terlihat papan papan iklan yang berukuran jumbo dan melintang di 
banyak ruas jalan protokol utamanya , mengusung pesan pesan religious yang sarat makna .
 entah itu atas pesanan klien tertentu atau itu dari manajemen biro iklannya sendiri yang sedang berpromosi dengan cara " mengambil hati " kelompok masyarakat tertentu .
 apapun itu , tidaklah penting untuk diperdebatkan .
 lebih penting adalah mencermati pesan pesan yang diusung didalamnya karena dengan ukuran yang 
" nggedablah " dan posisi papan iklannya yang mencolok serta strategis ,
 siapapun akan tertarik untuk membaca dan bahkan merenungkannya lepas
 dari keyakinan yang dianut si pembaca . 
tentu harapan kita semua , 
akan lebih banyak lagi pesan pesan senada disegenap penjuru kota , 
dibanding kalau kita harus membaca pesan pesan iklan yang terkadang kurang membangun atau mendidik . 
kreativitas pekerja periklanan memang diperlukan untuk sebuah Daya Tarik Produk atau Jasa ,
 tetapi tetap harus memperhatikan Etika Budaya dan Sosial bahkan Agama karena bila 
berlawanan atau melanggar , biasanya yang muncul justru penolakan . 
pengalaman penulis sendiri sebagai copy - writer dari sebuah Advrt . Co di Jakarta sekian dekade lewat ,
 mengajarkan pentingnya melandasi pesan iklan dengan 
Etika Budaya , Sosial dan bahkan Agama agar tidak terjadi SARA .
 lompatan ke jaman digital dari manual merupakan sebuah revolusi ide dan kreativitas yang belum dimiliki 
pada dunia periklanan dijaman saya . mengapa ?
 saat ini kita telah menerobos batas batas jarak , waktu dan tempat ,
 sehingga tidaklah perlu bersulit sulit untuk menggali inspirasi dari belahan dunia manapun yang pada
 jaman saya dulu harus lebih " megap megap " mendapatkan bahan bahan referensi 
dari luar atau benua seberang . 
tetapi kelebihan Djaman Djadoel ini adalah masih tebalnya penghormatan pada 
Etika Budaya , Sosial maupun Agama yang tercermin pada pesan pesan iklannya yang relatif normatif . 
dari meja kerja saya saat itu dilantai 9 sebuah gedung dikawasan Thamrin Jakarta ,
 lahir pesan pesan iklan yang mendominasi media cetak dan radio tetapi TV masih sangat terbatas .
 jenis copy - writing dijaman itu dijamin tidak akan pernah lagi muncul atau bahkan 
disukai saat ini meskipun klien kami saat itu selevel Lufthansa , Kubota dll . 
jaman berubah ,
 pesan pesan iklan saat ini lebih dikuasai oleh ide ide yang 
" nyleneh dan bahkan tidak mencerminkan secara langsung produk / jasa yang diusung " .
belum lagi visualisasi iklan di TV atau bioskop , yang nyaris lebih mirip potongan sinetron atau game game tersebab ikut campur tangannya teknologi digital yang memungkinkannya .
maka hadirnya pesan pesan seperti gambar diatas , 
seolah membalikkan mesin waktu kesekian dekade lewat dimana masyarakat masih menyukai 
Pesan Pesan Langsung Tanpa Kemasan !
mungkin kreativitas biro iklan diera digital yang kaya dengan jutaan kemungkinan ini satu saat akan 
juga mencapai titik jenuh dan manusia berupaya untuk kembali ke basic nya , entahlah ..
 apa dan bagaimanapun itu ,
 jauh didasar kalbu seorang manusia sebenarnya ia masih akan selalu merindukan Kebenaran bahkan 
dalam bentuknya yang paling sederhana yaitu saat berhenti di lampu merah dan matanya 
menatap Pesan Kebenaran di sebuah papan iklan seperti diatas,
 semoga .. 
( th )

( photo by : th , Malang , March 2016 )

Tidak ada komentar: