Kamis, 20 Juni 2013



Suka Gosong Gosong? Clay Pot tempatnya!

Antara aneh dan " ndheso " bahwa saya yang mengaku beberapa tahun bekerja di betawi, nyatanya belum pernah satu kalipun ke Nasi Clay Pot Menteng yang konon sudah ada sejak 1960. 

Maka ketika di jalan Kawi Atas sejak beberapa waktu yl muncul spanduk besar bertuliskan 
" Nasi CLay Pot Menteng " saya penasaran dan disebuah siang yang saya laparkan perut sebelum kesana, saya sudah duduk memesan Nasi Clay Pot. Clay Pot terjemahan bebasnya bisa keramik, atau sesuatu bahan dari tanah yang bila dibakar pada temperatur tertentu akan mengeras, jadi terserah saja pada pembaca hehe ..Pesanan :Udang dan Ayam. 

Sekitar 10 menit pramusaji membawa nampan dan menghidangkan alas kayu dan mangkuk keramik yang bawahnya gosong gosong.Saya minta waktu sebentar pada pramusaji untuk mengobrol soal menunya. " Iya betul, jadi semuanya sudah mateng, lalu dimasukkan mangkuk ini dan dibakar diatas kompor langsung, makanya mangkuk dan alasnya gosong .. " .... begitu jelasnya.Dalam bahasa awam saya , ini semacam menu matang yang di " nget " atau dihangatkan lagi diatas api secara langsung berikut mangkuknya.

Saya  yang paling suka hal hal baru dan surprising, menghadapi NCP ini memang mengharapkan sebuah surprise lidah dan mata, tetapi saya agaknya harus bicara jujur karena kalau tidak maka blog ini lebih baik saya hapus. 

Naaa .. tapi : harus saya garis bawahi sebelumnya bahwa mengomentari sesuatu menu makanan itu sepenuhnya masalah SELERA. Lha kalau sudah menyangkut selera, maka jauh jauh hari kita harus siap untuk berbeda selera dan menerima perbedaan pendapat dari siapapun. Kalau tidak bersedia menerima perbedaan selera dan perbedaan pendapat dengan orang lain, sebaiknya kita duduk manis dirumah saja agar terhindar dari perbedaan perbedaan diluar rumah hehe ... 

Maka inilah  pendapat saya sejujurnya tentang Nasi Clay Pot : saya ternyata gagal menikmatinya ! Aduhh, padahal sudah saya upayakan agar saya bisa membiasakan lidah saya terutama dibagian kerak keraknya, tapi gagal, maka saya pulang dengan rasa " galau " ... Saya yang kurang bisa menyesuaikan atau bagaimana ya? ( padahal disebuah desa nelayan terpencil diselatan Yunani saya pernah disuguh makanan khas mereka yang sangat aneh dimata dan lidah saya, tetapi ternyata saya masih sangat bisa menikmati bahkan menyukainya ! )

Saya pasti " diserang " oleh para penggemar NCP ini dengan kata kata " ndheso " mungkin, sungguh saya akan terima. Diantara sekian puluh bahkan mungkin  ratus jenis makanan  yang pernah singgah dilidah saya, baru kali ini saya  " menyerah " dan lidah saya tidak mampu menyelesaikan hingga mangkuknya kosong. Jadi pramusaji mungkin heran mengambil kembali mangkuk yang masih 80% penuh. Tidak ada yang salah dengan NCP, dan sekali lagi Selamat Datang di Malang untuk NCP, semoga para pecinta NCP dapat memaafkan ke " ndhesoan " ini ! ( th )



 Keterangan foto ( all taken by : th  ) :

01. Alas kayu dari mangkuk yang juga ikut gosong2
02. Atmosfer di kedai NCP Jalan Kawi Atas, saya jepret pada jam 13.00
03. Bagian bawah mangkuk keramik yang terbakar
04. Salah satu menu : udang
05. NCP Ayam
06. Spanduk Luar
07. Papan penunjuk kearah kedai NCP 







Tidak ada komentar: