Lahir dan Sakti
( catatan 01 Juni )
Entah bagaimana cara setiap warga negara Indonesia menyikapi dan memaknai Hari Lahir Panca Sila, 01 Juni, yang jelas dari pengamatan sepintas lintas di kota saya, Malang, kok " biasa biasa " saja, bahkan beberapa anak sekolah yang kemarin sengaja saya tanya tentang 01 Juni mereka heran " ada apa ya " , dan saya tidak tega untuk tertawa. Ya sudah, entah salah siapa, tapi nampaknya memang jaman telah bergeser.
Sebagaimana tertera pada paragraf ke 4 Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, maka sebagai way of life atau dasar falsafah negara ini, tersebutlah Panca atau Lima , dan Sila atau Dasar negara yang kita semua ( harusnya ) " ngelontok " diluar kepala seperti jaman SD dulu.
Adalah sebuah pidato spontan dari presiden RI yang I Soekarno pada tanggal 01 Juni 1945 yang ketika itu memperkenalkan ke lima dasar tersebut.
Sebagaimana tertera pada paragraf ke 4 Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, maka sebagai way of life atau dasar falsafah negara ini, tersebutlah Panca atau Lima , dan Sila atau Dasar negara yang kita semua ( harusnya ) " ngelontok " diluar kepala seperti jaman SD dulu.
Adalah sebuah pidato spontan dari presiden RI yang I Soekarno pada tanggal 01 Juni 1945 yang ketika itu memperkenalkan ke lima dasar tersebut.
Dalam perjalanan sejarahnya, ke lima dasar ini pernah mengalami perubahan urutan dan kandungannya, meskipun pada akhirnya disepakati dengan urutan yang sudah kita kenal selama ini yaitu :
01. Ke Tuhan an Yang Maha Esa.
02. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
03. Kebangsaan Indonesia.
04. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.
05. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Memang muncul bermacam pendapat para ahli mengenai lahirnya PancaSila ini, tetapi apapun itu, ternyata 5 Sila ini telah mampu melewati ujian ujian beratnya dalam pergolakan sejarah kebangsaan Indonesia.
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang nyaris membawa petaka bagi ideologi bangsa kita, ternyata tidak menggoyahkan Panca Sila sebagai dasar berpijak, berpikir, berfalsafah dan berbangsa masyarakat Indonesia serta perpecahan bangsa dapat diselamatkan karenanya.
Enam jenderal yang terbunuh secara sadis dalam peristiwa itu seolah menjadi penanda bahwa bangsa Indonesia masih dalam dan akan selalu berada dalam lindunganNYA selama kita masih akan selalu menempatkan Ke Tuhan an Yang Maha Esa sebagai Sila Pertama sekaligus utama.
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang nyaris membawa petaka bagi ideologi bangsa kita, ternyata tidak menggoyahkan Panca Sila sebagai dasar berpijak, berpikir, berfalsafah dan berbangsa masyarakat Indonesia serta perpecahan bangsa dapat diselamatkan karenanya.
Enam jenderal yang terbunuh secara sadis dalam peristiwa itu seolah menjadi penanda bahwa bangsa Indonesia masih dalam dan akan selalu berada dalam lindunganNYA selama kita masih akan selalu menempatkan Ke Tuhan an Yang Maha Esa sebagai Sila Pertama sekaligus utama.
Berangkat dari lolosnya bangsa Indonesia dalam peristiwa berdarah 30 September 1965 itu, maka keesokan harinya, 01 Oktober, dinyatakan sebagai Hari Kesaktian Panca Sila. Bagaimana tidak sakti kalau upaya upaya menggelincirkan ideologi bangsa ini ternyata gagal total karena bila sampai upaya itu berhasil mungkin Panca Sila sudah berubah kandungan dan isinya secara mengerikan !
Pro kontra bahkan masih saja ditemui mengenai kebenaran G 30 S yang sesungguhnya, karena banyak pihak yang melihatnya dari sudut kepentingannya masing masing. Tetapi sejarah juga membuktikan bahwa kebenaran itulah yang akan muncul sebagai pemenang dan waktu jua yang akan meluruskan apa apa yang mungkin masih belum sepenuhnya lurus hingga saat ini.
Menterjemahkan Panca Sila dalam kehidupan sehari hari kita itu bagaimana? Saya sangat sulit menjawabnya sebab sudah lama rasanya generasi muda kita ini " kekurangan asupan gizi " tentang ideologi dan falsafah bangsa akibat derasnya bermacam perubahan jaman ditanah air.
Bagaimana generasi muda mau belajar itu semua kalau yang dilihat,dibaca sehari hari di berbagai media adalah para pemimpin atau tokoh tokoh panutan tetapi sekaligus juga koruptor koruptor kakap yang menggerogoti kekayaan bangsanya? " Ayahku adalah seorang koruptor terkemuka negeri ini " , mungkin ini lagu kebanggaan yang tidak bisa dibanggakan? Maka sama sekali bukan salah generasi mudanya bila akhirnya tanggal tanggal bersejarah lewat begitu saja tanpa makna, dan generasi muda lebih disibukkan perkembangan teknologi digital yang jauh lebih menarik ketimbang memikirkan Panca Sila dan sejenisnya. Salah siapa?
O ya, juga sekali lagi bahwa saya bukanlah penganut parpol manapun meski saya termasuk pengagum Soekarno dengan pemikiran pemikiran besarnya untuk bangsanya. Jadi tidaklah perlu ada kekhawatiran bahwa tulisan ini untuk menarik orang menjadi anggota parpol tertentu. " Partai " saya berjuluk PN, Partai Netral meskipun ini bisa disalahtafsirkan sebagai sebuah parpol, yaitu partai yang beranggotakan golput, lho .. apa ndak pusing dijungkir walik seperti ini?
Maka sebuah gerakan menyeluruh yang dahulu sering di dengung dengungkan, agaknya perlu kembali dibangkitkan secara serius oleh para pakar pendidikan negeri ini yaitu sebuah Nation and Character Building. Jati diri bangsa ini telah lama mengalami pengeroposan, dan telah lebih dari saatnya kita harus berbenah dengan lebih dulu membenahi puncak ke dasar, dan tidak sebaliknya. Kapan ?
( th )
Keterangan gambar : ( semua diambil dari google ) :
Garuda Panca Sila, lambang negara.
Sampul buku " Lahirnya Pantja Sila "
Pro kontra bahkan masih saja ditemui mengenai kebenaran G 30 S yang sesungguhnya, karena banyak pihak yang melihatnya dari sudut kepentingannya masing masing. Tetapi sejarah juga membuktikan bahwa kebenaran itulah yang akan muncul sebagai pemenang dan waktu jua yang akan meluruskan apa apa yang mungkin masih belum sepenuhnya lurus hingga saat ini.
Menterjemahkan Panca Sila dalam kehidupan sehari hari kita itu bagaimana? Saya sangat sulit menjawabnya sebab sudah lama rasanya generasi muda kita ini " kekurangan asupan gizi " tentang ideologi dan falsafah bangsa akibat derasnya bermacam perubahan jaman ditanah air.
Bagaimana generasi muda mau belajar itu semua kalau yang dilihat,dibaca sehari hari di berbagai media adalah para pemimpin atau tokoh tokoh panutan tetapi sekaligus juga koruptor koruptor kakap yang menggerogoti kekayaan bangsanya? " Ayahku adalah seorang koruptor terkemuka negeri ini " , mungkin ini lagu kebanggaan yang tidak bisa dibanggakan? Maka sama sekali bukan salah generasi mudanya bila akhirnya tanggal tanggal bersejarah lewat begitu saja tanpa makna, dan generasi muda lebih disibukkan perkembangan teknologi digital yang jauh lebih menarik ketimbang memikirkan Panca Sila dan sejenisnya. Salah siapa?
O ya, juga sekali lagi bahwa saya bukanlah penganut parpol manapun meski saya termasuk pengagum Soekarno dengan pemikiran pemikiran besarnya untuk bangsanya. Jadi tidaklah perlu ada kekhawatiran bahwa tulisan ini untuk menarik orang menjadi anggota parpol tertentu. " Partai " saya berjuluk PN, Partai Netral meskipun ini bisa disalahtafsirkan sebagai sebuah parpol, yaitu partai yang beranggotakan golput, lho .. apa ndak pusing dijungkir walik seperti ini?
Maka sebuah gerakan menyeluruh yang dahulu sering di dengung dengungkan, agaknya perlu kembali dibangkitkan secara serius oleh para pakar pendidikan negeri ini yaitu sebuah Nation and Character Building. Jati diri bangsa ini telah lama mengalami pengeroposan, dan telah lebih dari saatnya kita harus berbenah dengan lebih dulu membenahi puncak ke dasar, dan tidak sebaliknya. Kapan ?
( th )
Keterangan gambar : ( semua diambil dari google ) :
Garuda Panca Sila, lambang negara.
Sampul buku " Lahirnya Pantja Sila "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar