Dari laptop saya mengalun nomor lawas Eumir Deodato dari album 1972, Also Sprach Zarathustra. Saya pengagum musisi ini. Tapi saya tidak hendak menulis tentang dia melainkan tentang kemarin dimana saya berada diantara ribuan maba dan keluarganya di UB saat daftar ulang untuk jalur khusus.
Kerabat dari Jakarta yang mendampingi putrinya daftar ulang sekaligus menginginkan tempat kos putrinya tak jauh dari kampus UB. Maka saya mengublek area Watu Gong sementara mereka diarea daftar ulang dengan antrean yang ekstra panjang.
Jangan tanya soal kemacetan, wong hari biasa saja macet apalagi saat saat seperti itu. Plat mobil bahkan banyak yang dari luar pulau dan saya melihat bermacam adegan mengharukan.
Para ortu setia mendampingi putra/inya daftar ulang atau ada juga yang sedang ujian SMPTN. Dan disetiap tempat kos yang saya datangi, jawaban di mana mana sama yaitu " penuh " dan seharusnya tak perlu ditanyakan sebab tulisan " penuh " itu sudah ada di pagar pagar.
Mulai tempat kos yang 200 ribu hingga yang 1,9 juta per bulan, tanpa kecuali, penuh ! Nampak para ortu berjuang keras mencari kos ini, sebab banyak maba yang menginginkan " tinggal jalan kaki ke kampus " dengan alasan belum menguasai peta.
Maka terpaksa area diperlebar keluar Watu Gong yang anehnya juga penuh, luar biasa .. Tetapi seorang mahasiswi membisiki saya " Itu biasa bu dimana mana penuh, tapi nanti sekitar Agustus sudah mulai stabil dan banyak yang kosong.. " ... kok? " Iya, sebab para maba sudah mulai pinter mencari kos sendiri yang bagi dia lebih nyaman, mungkin dengan teman yang dia lebih cocok atau tempat kos yang lebih pas buat seleranya. Kalau masih baru baru memang pada menggerumbul di kos kos an dekat kampus .. " .. ooo
Tapi alasan diatas juga tidak sepenuhnya benar menurut saya sebab kemarin rata rata tempat kos itu menuntut pembayaran uang kos untuk setahun penuh. Jadi biarpun cuma sebulan disitu dan pindah ketempat lain, tetap harus membayar dimuka untuk setahun penuh.
Trend tempat kos mewah rupanya juga mulai menjamur di Malang. Dengan sekitar 2 juta per bulan, fasilitas wifi, indovision ditiap kamar, air panas dikamar mandi dalam kamar, tempat parkir pribadi, dll dll yang mirip hotel.
Diam diam saya ingat betapa dulu saya juga mengalami " perjuangan " memburu tempat kos buat anak anak saya, pun disaat daftar ulang dengan puluhan ribu ortu yang lain.
Berjalan dari ujung keujung diterik Surabaya, door to door, semuanya rata rata sudah penuh. Akhirnya beruntung masih menemukan sebuah " kamar " mini yang sebetulnya kurang layak disebut kamar saking kecilnya dan inipun harus berbagi dengan temannya sesama sma di Malang.
Jangan tanya soal AC, dan debu serta kwalitas air Surabaya yang membuat sumpeg, menambah keprihatinan saya. Tetapi saya ingin anak anak saya tumbuh kuat dan " tahan banting " maka saya masih menambah kesumpeg-an anak saya dengan " kuliah tambahan " hehe .. :
" My son, mulai saat ini kamu dipersiapkan menjadi pemenang pemenang dalam kerasnya kehidupan. Orang tua tidak dapat memberimu tempat kos yang mewah dan nyaman, tetapi kamu akan mampu meraihnya sendiri satu saat nanti melalui kamar pengab ini. Jangan pernah absen sholat seberapapun sibukmu karena itu adalah sumber kekuatan kamu.
24 jam saya ada untuk kamu, angkatlah telepon, saya tidak pernah bergeser sesentipun dari sisi kamu meski mulai saat ini kamu akan mengurusi sendiri semuanya, mulai baju bajumu, makananmu, dll dll ..
Selesaikan tepat waktu study kamu, karena orangtuamu bukan mereka yang berlebihan untuk membiayai nya, kamu pun tahu setiap hari saya tempuh pp Malang Surabaya 200 km itu semata karena saya ingin melihat kamu meraih bintang dilangit .. !"
( mirip sinetron2 ya hehe .. )
Dan kedua anak anak ini pada akhirnya menepati janjinya,selesai tepat waktu dan menghadiahi saya dengan yang terindah, keduanya lulus Cum Laude dari sebuah PTN di Surabaya. Sebuah hadiah yang mampu menghapus segenap darah dan keringat saya.
Saat saya diminta berpidato mewakili para ortu wisudawan/wati, bibir saya bergetar karena terbayang bahwa kamar kamar kos anak anak yang pengab itulah yang memberi dorongan luar biasa pada mereka untuk menaklukkan keterbatasan yang ada.
Saya berpikir, andai mereka berada dalam kamar kamar mewah ber AC, mungkin mereka tidak atau kurang memiliki daya juang seperti yang sudah mereka buktikan kepada saya.
Saya ingat betapa dikamar mandi tempat kosnya airnya begitu keruh terkadang malah ber cacing kecil kecil dan debu menyerang masuk diantara buku buku mereka ..
Lamunan saya buyar saat kerabat saya bertanya : " Lho mbak, ayo wes cari makan siang aja dulu, besok nyari tempat kos nya dilanjutin ... " ... Sebetulnya saya ingin menyarankan mbok sekarang saja dicari sampai dapat, sebab besok pasti tambah sulit. Tapi sebagai " tuan rumah yang baik " ya saya manut.
Rombongan kecil kami, 9 orang bergerak kearah Dau, melepas stres, setelah berjam jam macet dijalan dan antri daftar ulang serta kesana sini mencari kamar kos disiang terik.
Seorang kerabat berkomentar " Paling enak sepertinya punya bisnis kamar kamar kos ya.. Lha kalau satu kamar 2 juta, padahal itu tadi ada 60 kamar, sudah berapa per bulannya? Wow .. " .. semua mengangguk setuju, tapi invest nya juga gede, kecuali dengan kesabaran bikin kamarnya dicicil satu satu .. hehe ..
Ketika semua sibuk membicarakan soal kos kos-an, saya melamun lagi sambil memandang gunung Arjuna didepan saya . Waktu lewat begitu cepat dan tidak terhentikan, lamunan saya bahkan surut jauh kebelakang disaat ibu saya berjuang mencarikan tempat kos saya sebagai maba di Yogya kala itu.
Beruntung kami mendapatkan yang cukup dekat dengan kampus dimana tiap hari saya memakai sepeda pancal ke kampus.
Bahkan beliau 10 hari setelahnya masih di Yogya menunggui saya selama masa " ploncoan " hingga selesai. Badan saya susut hingga 3kg saking stresnya akibat tekanan fisik mental ploncoan dijaman yang masih " sadis " itu ..
" Mbak, ayo lo makannya kok sedikit ... " .. lamunan buyarrr lagi ..
Naaa .. khusus buat pembaca blog saya yang masih remaja dan memiliki keberuntungan kos ditempat yang super nyaman, saya hanya ingin berpesan sedikit :
" syukurilah segala yang ada karena tidak setiap remaja seberuntung kalian,
namun manfaatkanlah itu untuk meraih yang terbaik dalam hidup serta tebarkan manfaat itu dikelak kemudian hari
kepada anak anak lain yang kurang beruntung, semoga !" .. ( th )
Keterangan foto ( all taken by : th )
Foto 01) dan 02 ) suasana makan siang di
Warung Gurami Sadis, Dau
( seperti biasanya, yang motrek tidak kepotrek hehe .. )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar