Jumat, 20 April 2018




  .. " Sindrom Seleb ? " ..
hari ini sebuah pertemuan tanpa rencana terjadi di 
Jalan Guntur . 
cipika cipiki diikuti basa basi kabar mengabarkan ,
 e ... malah kebablas menjadi sebuah ajang curhat hehehe ..
 maklum, cukup lama tidak bertemu , 
tapi saya lihat teman yang satu ini cukup pandai merawat 
fisiknya yang tidak banyak berubah kecuali sekarang 
sudah mantap mengenakan hijab , anggun !
diantara kabar kabar itu , memang ada yang mengejutkan saya .
 setahun yang lalu teman ini berpisah dengan suaminya . 
lho ? apa pasal , sebab yang saya tahu keduanya sebenarnya 
sangat ideal . teman ini lulusan S2 dari jurusan yang 
laris dijagad industri . suaminya seorang yang cukup terkenal
 dan sering menjadi sorotan media . memang perkawinan
 mereka belum beruntung karena anak anak yang 
menjadi dambaan tidak kunjung tiba . saya menduga ,
 mungkin inikah alasannya ? usia teman ini cukup jauh
 dibawah saya sehingga sayapun berharap mereka
masih akan mendapatkan momongan .
ternyata saya mendapat jawaban kurang lebih begini : 
" alasan anak itu juga mungkin . tapi nggak juga , 
sebab banyak pilihan saat ini untuk mendapatkan anak  dan
 kalau kami mau , alternatif itu pasti akan membantu .  
justru bukan itu sebab yang paling berat buat saya  adalah
Seleb Sindromnya " ... waduh , opo ini , batin saya ?
 mungkin mengamati wajah saya yang tampak " tidak mudeng "
 maka teman tersebut menambah dengan : 
" kalau ada pertengkaran tentang apapun ,
selalu saja saya dipojokkan dengan kata kata yang menyakitkan .
yaitu bahwa kesuksesan saya dalam berbagai organisasi ,
 sebenarnya itu tidak lepas dari penghormatan orang pada
 dirinya , jadi bukan karena usaha saya sendiri .
 istilah jadulnya Swarga Nunut Neraka Katut . "
 ... ooo itu , saya mulai mudeng dan geleng2 bahwa 
dijaman now masih ada yang seperti itu . saya lalu menyela : 
" lho kan kalian berbeda bidangnya . bukankah dia juga bisa 
melihat bahwa kesuksesanmu itu bukan karena dia , 
sebab kemampuanmu sudah teruji dalam berbagai organisasi
 yang itu sama sekali berbeda dengan kemampuan dia 
dibidangnya ? kamu mendapat kepercayaan diberbagai 
organisasi itu kan karena kemampuanmu ? 
meskipun mereka tahu kamu adalah isteri dia ,
 tapi kalau kamu tidak mampu kan tidak mungkin mereka
 menunjukmu sebagai pimpinan di organisasi2 itu ?
 itu bukan jabatan hadiah lho , tapi jabatan berdasarkan 
penilaian kemampuan seseorang " . 
teman tersebut ganti geleng2 " iya mbak , itu berlangsung 
ber tahun2 , entah karena kecemburuannya pada kemampuan
 dan popularitas saya di organisasi2 yang dinilai mengancam
 atau menyaingi popularitasnya atau dia tipe suami yang 
inginnya Superior atas istrinya disegala aspek " .. 
saya masih penasaran " tapi itu kan hanya pertengkaran sesekali , 
apakah cukup kuat untuk alasan cerai ? " ..
 teman tersebut menjawab lagi " justru karena selalu diungkit 
dan parahnya kadang mempermalukan saya didepan kerabat
 atau teman2nya yang seolah saya ini kalau saja
 Tanpa Dia pasti saya ini Bukan Siapa2 .. " ... 
weleh weleh , saya mulai paham , tapi masih sulit membayangkan 
kok ya ada orang yang begitu Mabuk Kepayang dengan 
Dirinya Sendiri Yang Dianggapnya Adalah Top of the Top hehehe
  dan pastinya ini menyebalkan !
 masalah bersaing dengan pasangan kita , itu sah2 saja 
dan positif sejauh keduanya Saling Dukung dan Melengkapi .
 misal : suami populer dibidang politik , istri populer 
dibidang pendidikan , bukankah kedua bidang ini bisa 
dikawinkan dan menjadi sebuah sinergi yang dahsyat ?
 tetapi kalau sudah ada bibit bibit Kecurigaan dan
Rasa Lebih Pada Diri Sendiri dan menganggap orang lain
 senantiasa berpamrih kepadanya baik untuk nDompleng
 Popularitas atau nDompeng Sukses maka orang semacam ini
 akan Tidak Pernah Bahagia karena hidupnya
selalu dihantui oleh Prasangka . 
maka setelah sekitar 25 menit ngobrol , kami berpisah 
di perempatan Jalan Guntur dengan sebuah janji akan bertemu
 lagi dalam waktu dekat . " saya sudah lega saat ini , 
beban terangkat dari hidup saya , sebab tidak ada lagi
suami yang selalu menyudutkan saya dengan kalimat2 
menyakitkan yang seolah saya hanya bisa hidup dan sukses karena 
dia . saya akan buktikan bahwa 
Tanpa Dia saya mampu untuk lebih sukses lagi ! " , 
begitu katanya dalam menutup obrolan kami .
 saya antarkan teman tersebut dengan lambaian hingga mobilnya 
hilang dibelokan Jalan Merbabu dan saya pun melanjutkan
 langkah kearah yang berlawanan . 
Sindrom Seleb atau apapun istilahnya menurut teman tadi , 
adalah sebuah predikat semu yang seharusnya tidak 
membuat seseorang arogan dan merasa besar karena 
sesungguhnya tidak ada manusia yang besar dengan sendirinya
 melainkan ia adalah dibesarkan oleh 
pengalaman dan lingkungan yang mendukung dan 
menempanya lewat berbagai tantangan .
 menganggap orang lain sebagai pendompleng2 adalah sebuah
 arogansi yang mengibakan , sebab tipe yang seperti ini idealnya
 ia Hidup Sendiri Saja untuk menyelamatkan Kebesarannya 
menurut versi dia ! bahkan banyak seleb dunia yang mati
 bunuh diri karena keputusasaannya akibat menganggap
 bahwa manusia2 diluar dirinya hanyalah
 manusia2 berpamrih & pendompleng kepadanya , 
sungguh patut dikasihani  ..
  sesungguhnya , sehebat apapun seseorang semasa hidupnya ,
ternyata saat ia diturunkan keliang lahat , 
semua kehebatan itu tidak menemaninya kecuali 
Ibadah , Amalan dan Doa DoanyaYang Tidak Pernah Putus 
Untuk Kedua Orang Tuanya Pada Masa Hidupnya . 
masihkah arogansinya  berlaku ? 
maka kalau memang benar sepenuhnya apa yang
teman saya curhatkan tadi ,
diam diam saya membenarkan keputusannya .... 
( Titiek Hariati , April 2018 ) 
( gambar2 dari google ) 









Tidak ada komentar: