Minggu, 29 Maret 2020






.. " Lockdown Dalam Penyamaran " ..
( artikel ke 1222 )
seorang teman ngomel 
" opo bedane lockdown ambek enggak , 
saiki yo wes podo mbek lockdown , dodol gak oleh , 
metu gak oleh , kerjo gak iso ..
 wes opo iki jenenge ?
 lek di lockdown mungkin wedi rakyat gak iso mangan
 terus demo .. dilematis ancene "
 ( saya terjemahkan secara bebas :
" apa bedanya lockdown sama tidak ,
 saat ini ya sudah sama dengan lockdown ,
 jualan tidak boleh , keluar nggak boleh , 
bekerja nggak bisa .. apa ini namanya ?
 kalau di lockdown mungkin khawatir rakyat tidak
 bisa makan dan lalu demo ..
memang dilematis " ) ..
 saya tidak memberi komentar sebab saya juga 
berhari hari berpikir sama bahwa pilihan lockdown 
secara nasional berpotensi macam macam .
 jadi dengan adanya Jarak Sosial dan pembatasan wilayah ,
 ini adalah " bahasa halus " dari lockdown 
karena secara finansiil lockdown membawa konsekwensi
 super mega untuk pemerintah . 
apalagi Indonesia terdiri dari ribuan pulau besar kecil
 dan banyak yang terpencil , 
tidak mudah mengatur lockdown dibanding
 negara2 Eropa Barat yang " sak glutek 2 " itu
 dengan jumlah penduduk mereka rata2 6-8 juta saja ! 
tetapi secara lambat bisa diamati bahwa jumlah
penderita covid19 makin bertambah dan 
makin menyebar ke semua wilayah ditanah air . 
 seorang teman mengirim WA begini 
" wes mbak , gak usah melok mikir .
 babah cik dipikir sing gede2 . awake dewe 
nglockdown dewe2 ndik omah ae ,
 sing penting masio gak akeh sik iso onok 
beras ambek endog " .. 
( terjemahan bebasnya
 " sudahlah tidak perlu ikutan mikir , 
biar dipikirkan para pemimpin saja .
 kita lockdown sendiri2 dirumah saja , yang penting
 sekalipun tidak banyak masih ada beras dan telur " )
 saya juga tidak komen ,
 sebab teman yang satu ini saya anggap juga sudah
mewakili pemikiran saya . egoiskah saya yang
 tidak mau ikut berpikir
 tentang saudara2 kita yang berpenghasilan
 tidak tetap dan harus berjuang
 tiap hari untuk sesuap nasi ?
 tentu saya juga terpikir kesana ,
 tetapi apa daya sebuah saya ?
 maka hari hari ini saya sangat bersyukur bahwa 
banyak bermunculannya 
berbagai gerakan2 kemanusiaan dari 
berbagai elemen masyarakat untuk mengumpulkan
 dana maupun sembako bagi saudara saudara kita yang 
" terpapar samaran lockdown " .
 
ada yang berasal dari masjid masjid setempat ,
 ustaz / ustazah , perkumpulan pengajian , 
komunitas ini itu dll .
 maka pintu telah terbuka lebar untuk 
saudara saudara kita yang lebih membutuhkan
 bantuan lewat gerakan gerakan kemanusiaan ini ,
 meskipun hanya berupa sembako
 ataupun bahan bahan makanan kering seperti
 Mie , Telur , Susu Kaleng dll .
 andaipun bantuan tidak sampai menjangkau area 
yang luas atau jauh , setidaknya disekitar lingkungan kita
 akan selalu ditemukan saudara2 kita yang 
membutuhkan uluran tangan . 
sesungguhnya covid19 membawa 
musibah sekaligus hikmah . 
perasaan senasib sepenanggungan menjadi lebih tebal ,
  tidak ada Aku dan Kau tetapi Kita , 
semua untuk satu , 
dan satu untuk semua ..
mungkin memang ini yang IA inginkan dari kita ,
 disaat manusia telah semakin memikirkan dirinya sendiri bahkan melalaikan fungsinya sebagai mahluk sosial
 karena Aku nya yang lebih besar 
daripada Kita nya .. 
( Writing by Titiek Hariati , Malang , 29 .03 .30 )
foto2 dari google :
01 . BRI menyumbang sembako untuk masyarakat ekonomi lemah 
yang terdampak " lokal lockdown " 
02 . penjual sembako
03 . kebutuhan pokok
04 . jangan sampai sumbangan sembako disaat
corona mengganas
 ini berdesakan seperti ini .. !
( ini foto dari pembagian kupon
sumbangan sembako pada sebuah bencana banjir ) 

Tidak ada komentar: