Selasa, 25 Februari 2014










.. " Bertemu Sang Begawan Abiyasa 
di 
Coban Jahe " ..

Coban Jahe, atau Coban Kali Jahe, adalah salah 1 dari sekian puluh coban atau air terjun yang ada di kabupaten Malang , Jawa Timur. 
betapa luar biasanya kabupaten yang satu ini karena selain dikepung puluhan coban, juga gunung gunung yang aktif dan menjadi primadona pariwisata Indonesia, seperti Bromo, Semeru, Kawi, Arjuna, Welirang, dll termasuk yang terakhir muntah adalah Kelud. 




panorama yang dimilikinya sangatlah komplit, laut, gunung, hutan, sungai, lembah, danau dll dll sampai sampai saya kewalahan kalau ditanya teman dari luar Indonesia begini : 
" di sekitar kotamu ( Malang maksudnya ) saya bisa melihat apa saja ? " ....



waaa, tidaklah cukup seminggu kalau dia mau betul betul berkeliling, lha wong Malang ini menyediakan bermacam selera wisata. ada kuliner, ada alam, ada budaya, ada pendidikan, ada ada ada ada ... waa, itupun masih dipecah pecah lagi, wisata alam misalnya itu ada
wisata bahari, wisata wana, dll dll. 

maka kali ini, sayapun ingin lebih mengenal coban coban yang ada disekeliling kota Malang dengan tujuan ke Coban Jahe yang ada di daerah Tumpang, sekitar 30 km dari Malang, tepatnya di Jabung, desa Pandansari Lor.



 semuanya aman aman saja sampai pada 4km terakhir sebelum sampai di coban yang dimaksud, saya harus menyerah karena si mini saya bodynya terlampau pendek dan
 kalau harus nekad melewati jalan tanah yang batu batunya lebih mirip bangunan fondasi rumah, saya khawatir  si mini akan babak belur. 

maka saya meminta bantuan seorang bapak yang sedang sibuk mencari batu batu sungai untuk mengantar saya dengan motornya ke coban, yaa ... saya menodongnya karena siang itu sama sekali tidak ada alternatif lain dan saya
 tidak melihat seorangpun yang lewat dengan motor.

 

 saya beruntung karena si bapak ternyata malah menawarkan putranya yang sedang libur sekolah untuk mengantar saya, alhamdulillah, sayapun menunggu bantuan datang. 
akhirnya diantar oleh mas Soleh ( siswa SMK yang sedang tidak ada kegiatan sekolah ) saya naik motornya melewati jalanan yang minta ampun " gronjalan " nya sampai sampai
saya minta jalan kaki saja tapi mas Soleh meyakinkan saya untuk tetap diboncengan sebab dia bisa mengatasi jalanan ... 




waduhhh, kalau tahu seperti ini jalanannya, rasanya mending naik kuda hehe ... serius!
 ( mudah2an kelak jalanan ini segera diperbaiki atau disediakan ojek atau lebih tepat persewaan kuda selain kuda memang lebih ramah lingkungan ! )

tapi saya agak terhibur oleh view disepanjang jalan yang memang cantik dan saya berhenti sebentar untuk jeprat jepret diarea makam pahlawan dari para pejuang lokal. 

akhirnya saat sampai disebuah area parkir yang lumayan luas dan lapang, saya surprise sebab air terjun yang biasanya " agak tersembunyi " ternyata kali ini Langsung Didepan Mata !
 yaa ... Coban Jahe, ternyata sangat cantik dan tanpa cadar karena setiba di parkiran kita sudah langsung bisa menikmati ke anggunannya ! 
( bandingkan dengan Sumur Pitu dimana saya harus berjalan kaki sekitar 4km sebelum sampai di depan tujuh air terjun itu atau lewat jalan pintas menuruni tangga yang sangat curam ! ) .




sesuai namanya, airnya berasal dari Kali Jahe tetapi tidak usah heran bila tidak ditemukan sebatang tanaman jahe pun, sebab asal muasal nama " jahe " sebenarnya dari kata " pejahe " atau " matinya ". konon orang orang jaman dulu kalau ditanya soal sungai ini jawabannya adalah " itu lo sungai tempat dimana para pejuang tewas "
 ( " punika lo lepen panggenan pejahipun poro pejuang " ) .





 naa ... " pejahipun " menjadi kata " jahe " dan jadilah Kali Jahe . keterangan ini saya peroleh dari mas Basori, ketua IPPASA/ Ikatan Pecinta Alam Begawan Abiyoso yang mendapat kepercayaan Perhutani untuk mengelola sekaligus menjaga kelestarian lingkungan Coban Jahe. 

diwarung sederhana IPPASA yang merupakan satu2nya tempat bersantai disitu, ternyata didalamnya saya mendapati Struktur Organisasi plus Visi Misi dari IPPASA yang melegakan hati. betapa tidak? dalam Visi nya tertulis :
" Hutanku terjaga, Airku selalu ada, Masyarakatku Sejahtera "




areal disekitar Coban Jahe tampak sangat tertata dan ini tak lepas dari tangan dingin anggota IPPASA yang siang itu saya lihat juga sedang menata dan menyirami tanaman2 disekitar coban. 

Coban Jahe ini berketinggian sekitar 35 meter, dibawahnya menjadi sebuah aliran sungai yang menyuburkan daerah daerah yang dilewatinya. tetapi ( anehnya ) sungai ini sekaligus
 memiliki bebatuan yang luar biasa ukuran nya. 
hampir sulit saya menemukan batu batu kecil, karena sebagian besar berukuran ( minimal ) segede 1 kwintal beras, minimal lo ini !




 puas jeprat jepret dari segala sudut, saya pun singgah di warung teman teman IPPASA dan mengobrol tentang banyak hal yang menyangkut pelestarian lingkungan coban dan
 rencana rencana kedepan dari IPPASA untuk Coban Jahe 
antara lain adanya wisata Arung Jeram, promosi lewat internet dll dll. 

saya juga jatuh hati pada karya seni " kontemporer " dari para anggota IPPASA yang berupa limbah kayu dari pepohonan yang banyak terdapat disitu dan disulap menjadi 
bentuk bentuk menarik . ada meja kursi, ada rusa, ada gajah, ada ah entah ya itu mahluk apa tapi nama tidaklah penting karena masing masing dipersilahkan mengembangkan imajinasinya sendiri dan justru disitulah letak seninya he he .. 




saya tinggalkan Coban Jahe yang cantik dengan perasaan tenteram karena saya sangat yakin bahwa kedepannya coban yang satu ini dipastikan "aman" berada di tangan tangan para pecinta alam dan pelestarian lingkungan. sampah sampah, limbah rumah tangga apalagi industri rasanya tidak akan pernah mengotori sungai yang mengalir diatas dan dibawah coban,
 bukankah demikian yang terkandung dalam Visi diatas ?

semoga permata berharga dari salah 1 kekayaan alam kabupaten Malang ini akan tetap terjaga hari ini, esok hari dan selamanya !
 kalau saja setiap coban dijaga secara sungguh sungguh oleh para putra daerahnya masing masing seperti halnya IPPASA ini, bisa dipastikan anak cucu kita masih akan dapat menikmati Fauna Flora, Air dan Hutan yang ada ! ( th )




 Siapa Begawan Abiyasa ? 

  para pecinta alam di Coban Jahe ini memilih nama organisasinya " Begawan Abiyoso ".
saya yang kebetulan penggila wayang sejak kecil ( dijaman dulu belum dikenal game game seperti sekarang, jadi mainan anak jadul kala itu semuanya lokal, tidak ada yang improt,
 termasuk wayang baik melalui komik, radio maupun pagelaran wayang secara live,
 baik yang kulit maupun yang orang ) 
maka sayapun sangat hafal hikayat Mahabharata .

 naa , bagi yang penasaran ingin tahu lebih jauh tentang Begawan Abiyasa ini saya petikkan sedikit ya kisahnya :

" Abiyasa itu leluhurnya dua kelompok besar dalam pewayangan yaitu Pandawa dan Kurawa. Pandawa itu terdiri dari 5/lima kesatria tampan yang kira kira 
Bima itu adalah Ade Ray, Arjuna itu mirip Oscar Lawalata yang saking tampannya sampai dibilang " elok/ ayu " meski dibalik gemulainya Arjuna ini ternyata pakar memanah 
termasuk memanah hati banyak wanita hehe, 
lalu Nakula Sadewa itu mirip dengan si kembar Marcel dan Mischa Chandrawinata, 
terakhir Yudhistira itu mirip dengan Ari Wibowo hehe ... 

Lha adapun Kurawa yang terdiri dari 100 bersaudara yang ( kebetulan ) berwajah kurang/ tidak tampan bahkan serem serem, saya tidak perlu mencari kemiripannya. 
apalagi dijaman musimnya " koruptor berjamaah " ini kok rasanya 
wajah wajah mereka mirip kurawa semua !

 naaa ... ayah Abiyasa ini adalah petapa terkenal dari gunung Rahtawu, bernama Palasara yang nantinya menjadi raja Astina. istrinya adalah Dewi Durghandini, yaitu ibu Abiyasa. 

alkisah saat menjadi raja Astina, mereka kedatangan tamu bernama Sentanu yang memaksa agar permaisuri, Dewi Durghandini itu bersedia menyusui bayinya yaitu Dewabrata yang 
kelak dikenal dengan nama Resi Bisma. 

awalnya sih fine fine saja namanya juga menyusui bayi, apa salahnya air susu dibagi antara Dewabrata dan Abiyasa. ee.... ternyata Dewabrata ini tergolong Bakus, bayi rakus,
dia menghabiskan jatah Abiyasa ! 

waaa ... terang saja ayahnya mencak mencak wong anaknya jeee kok di kalah2kan dan yang menyusui kan ya istrinya sendiri, enak saja bayi orang merampas jatah bayinya. 

ternyata masalah Susu Menyusui ini malah jadi sebuah peperangan, oalaaaa ... sampai sampai
Betara Narada dari Kahyangan turun tangan melerai.

tapi ternyata perintah Betara yang satu ini malah membawa derita bayi Abiyasa karena menurutnya sudah takdir dari Palarasa e .. Palasara untuk menyerahkan tahta dan istrinya 
( naaa loo ! ) kepada Sentanu, 
dan inilah yang menyebabkan Abiyasa kehilangan ibunya sejak bayi.

 Abiyasa diasuh sendiri hingga besar oleh ayahnya yang menjadi single-parent, mengelana dari 1 pertapaan ke lainnya meski akhirnya mereka menetap di Sapta Arga hingga akhirnya turun temurun berlanjut ke hikayat Pandawa Kurawa. 

cukup tragis ya kisah Sang Begawan ini, dan  secara imajiner ternyata saya bersua dengan Abiyasa di Coban Jahe , ini obrolan kami :

" kowe iki sopo to ndukkk?"
" sendhiko eyang, dalem puniko namung lare dusun kali jahe "
" ooo .. lha kowe kepingin ketemu aku arep ngopo to ndukk ?"

" inggih eyang, nuwun sewu, namung bhade nyuwun pirsa, punopo eyang inggih sampun kepanggih kaliyan Soekarno, Hamengku Buwono IX, Soedirman lan sakpanunggalipun, punopo sami rembagan bab Indonesia ing jaman sak puniko ?"

" oo kuwi tooo ... hahaha ... " ( lo.. eyang koq malah hahaha iki pripun to ... )
" ndukk, rungok-ke yo nggerr  ... aku ini rak yo leluhurmu kabeh termasuk Soekarno lan liya2ne kuwi. yo wes pasti nek aku yo ngobrol  masalah2 Indonesia karo kabeh kuwi mau. 

lha kabeh mau katon podo trenyuh atine, malah ono kang nangis, piye iki koq Indonesia dadi koyo ngene? padahal mbiyen kae perjuangan kemerdekaan 
rak yo tekan Kali Jahe kene to semangat e, nganti pirang pirang pahlawan e Kali Jahe, 
direwangi mangan angin turu alas, lha kok bareng merdhiko malah podho murko, murko marang ndonya lan pangkat, weleh weleh, iso iso mengko bakal ono
Bhrotoyudho seri ke II, ning kene, ning Indonesia .... "

" waduhh eyang, kadhos pundi to, kok Bhrotoyudho, lha wong rumiyin Pandawa Kurawa kemawon ngantos ajur2an koq malah meniko badhe wonten Indonesia?"

" iyo, pancen ngono kuwi ndukkk ... iku ngono sebutane Mongso Pembersihan ... lha sakdurunge kabeh mau dadi resik, perlu ono jaman pembersihan, yo kuwi peperangane Kebenaran lawan Kebathilan, sing dadi juarane yo wes pasti Kebenaran ning regane larang, nyawa ! "

" aduhhh eyang, punapa demo2 kados rumiyin2? korban katah?"

" ora cukup mung koyo ngono. bakal perang agung, gonjang ganjing, wes nggerr ora usah dipikir, kuwi wes dadi kehendak alam, kowe wae sing waskito, ngati ati, tansah eling lan waspodo, wes yo ngger , eyang arep chatting lan mbukak2 inbox ... "
( lhooo ... kok eyang mendadak canggih? )

 .... blukkkk ... saya jatuh dari kasur, mengusap usap mata, jam 24.07 ... Bharatayudha, Bharatayudha .... jadi teringat nasehat Kresna yang berwujud Wisnu pada Arjuna yang tengah bimbang di Kurusetra :

" janganlah engkau melihat siapa, karena mereka bisa saja ayah/ibu/kakek/anak/paman/saudara/sahabat dll yang engkau kasihi, tetapi lihatlah pada amal perbuatannya dan sesungguhnya
 yang engkau harus hadapi adalah Kebathilan nya, 
karena engkau adalah penegak Kebenaran"
......... andai saja tadi bukan sekedar mimpi. ( th ) 

( photos by : th, Coban Jahe, Pebruary 2014 )
 01. Coban Jahe
02. cantik ..
03. ayem ..
04. batu batu sungai sak " gedubug2 " ..
05. rolling-stones ..
06. para seniman kontemporer 
07. karya tak berjudul, kerennn ...
08. ups .. ! 4km terakhir, 4WD paling pas !
09. salah satu sudut jalan arah coban
10. dinding batu di coban
11. Makam Pahlawan Kali Jahe
12. ketua IPPASA
13. sebagian anggota IPPASA 
14. wana wisata
15. salah 1 produk lokal : batu fondasi
16. Begawan Abiyasa versi wayang Surakarta ( google )
17. petunjuk arah
18. gerbang desa Sukopuro, Tumpang, Malang
19. karya lain, gajah
20. Begawan Abiyasa Versi Komik Bergambar ( google )

Tidak ada komentar: