Minggu, 16 Februari 2014





 

.. " From Kuala Lumpur With Love " ..
( 10/ 12 )

10. Pesan Masa Lalu di Red City, Malaka

Red City, bak menemu harta karun saat saya menginjakkan kaki yang I kali di sana, di bumi Malaka yang berjarak sekitar 150 dari Kuala Lumpur. 
pada sekuel ke 10  dari 12 sekuel tentang KL ini, saya merasa bersemangat menulisnya karena Red City/ RC ini buat saya adalah salah satu tujuan wisata budaya yang sangat menarik dan inspiratif.

 ditanah air kita belum memiliki yang seperti ini kecuali 
( sedikit ) wilayah di Jakarta yang mulai menyadari akan arti penting pelestarian sejarah dari gedung gedung atau bangunan masa lalu dan tak bisa dilepaskan dari perkembangan kekinian. 

 

melenyapkan dan menghancurkan mereka adalah sama dengan menghapuskan sejarah itu sendiri. maka ketika ada sebuah kota yang mencoba " merawat dan menghidupkan kembali spirit dari peninggalan fisik masa lalu " , ini adalah sebuah hal yang luar biasa karena tali sejarah menjadi tidak terputuskan. 

 

 menuju RC yang berjarak sekitar 150km dari KL ini diawalnya saya mengambil rute monorail yang kemudian bersambung dengan 
bus TransNasional menuju Malaka. di Terminal Pusat di Malaka saya masih harus sambung lagi dengan taxi menuju RC . lama perjalanan seluruhnya adalah
 4/ empat jam, pp menjadi 8/ delapan jam. 

 

maka saya sarankan untuk berangkat seawal mungkin bila tidak berencana menginap di Malaka dari KL, sebab waktu untuk mengelilingi Red City sendiri minimal  2 - 3 jam, jadi praktis  total semuanya sekitar 11 -12 jam. 
   
naa .. kalau berangkat dari KL jam 7 pagi, kembali tiba di KL bisa sekitar pukul 7 malam. tetapi tolong dicatat jam jam terakhir dari layanan bus/taxi/ka dari Malaka Ke Kuala Lumpur, sebab bila tertinggal ini akan cukup sulit .

 pilihan terakhir kalau tertinggal bis terakhir adalah  memakai taxi selama 4 jam ke KL yang akan sangat mahal sekali atau terpaksa menginap di Malaka 
( meskipun saya yakin menginap di Malaka akan membawa sensasi tersendiri karena kota tua ini pasti membawa kita ke jejak masa lalu termasuk penginapannya )




Red City dikota Malaka ini adalah sebuah wilayah khusus yang oleh pemerintah Malaysia cq Kementerian Pariwisata nya ditetapkan sebagai wilayah yang dilindungi dan dipelihara perwajahannya sebagaimana aslinya. 

seluruh kota didominasi oleh warna merah pada dinding dinding luarnya sehingga nama Red City memang sesuai. gedung gedung yang ada, masih nampak seperti aslinya sekian dekade bahkan abad yang lewat. 

tranpotasi yang tersedia untuk mengelilinginya adalah " becak " yang juga beroda 3 meskipun modelnya berbeda. pengayuh becak ada di sebelah kanan depan dari tempat duduk penumpang yang ada disebelah kiri belakang . 

hari itu saya mendapat kehormatan dikawal berkeliling Red City dengan becak dari pak Omar Jantan yang berkebangsaan India. secara bergurau saya bertanya
nama marga " Jantan " ini artinya sama dengan yang kita kenal di Indonesia? 

pak Omar tertawa sambil menjawab " ya, memang seperti itu, sebab anak saya 12/ dua belas !" ... saya hampir tersedak saat minum ketika mendengar angka " 12 " ....
 " oya, sebanyak itu pak ?" .... masih sambil tertawa pak Omar berkata 
"yes, 14 with me and my wife " katanya sambil masih tertawa .. 

saya dengan masih terheran heran bertanya lebih hati hati saking penasarannya 
" maaf boleh tahu apakah isteri Anda bekerja?" ... " no, she spend all the time taking care her big family ... " .... saya kehabisan kata kata ... 

dan sepanjang sisa perjalanan kami berkeliling keberbagai tempat di Red City, 
pak Omar Jantan banyak berkisah tentang keluarganya dan nampak sangat bersemangat. diam diam saya kagum bahwa dijaman seperti ini masih ada yang 
" bersedia " memiliki keluarga sangat besar dan dia adalah satu2nya 
penopang nafkah, luar biasa ... !

pak Omar membawa saya antara lain ke Museum Rakyat, Museum Pemuda, Museum Peranko, Museum Maritim, Kuburan Belanda, bekas benteng Inggris, sisa sisa bangunan bersejarah jaman penjajahan Inggris, bekas pesawat tempur dan gerbong ka, gereja tua dan sejenis " jam gadang " dll. 


 disini juga ada kampung pecinan atau China Town dan nuansa modern yang saya temukan satu satunya di RC adalah Hard Rock Cafe. 

untuk berkeliling Red City dengan becak ini saya membayar 30RM atau sekitar 100 ribu rupiah dengan durasi waktu sekitar 2/dua jam. 
tetapi saya mendapat bonus waktu 1/2 jam dari pak Omar yang mengijinkan saya untuk berkeliling mencari oleh oleh di pasar souvenir di Red City ini .
 saya manfaatkan 30 menit itu dengan mencari oleh oleh kecil yang sangat khas RC yang agak sulit diperoleh di KL.

di Museum Maritim, saya terpesona oleh keanggunan bentuk museumnya yang mengambil model kapal Portugis yang dimasa lampau pernah singgah di Malaka saat Malaka menjadi pusat perdagangan Asia. 

kapal kayu yang anggun ini memiliki tinggi 34 meter dan panjang 36 meter serta lebar 8 meter. didalamnya berisikan sejarah plus koleksi budaya Malaka dan Malaysia serta diorama tentang masa kejayaan Malaka terutama dilautan. 

museum ini dibangun selama 4 tahun dan diresmikan oleh PM Malaysia M.Mohammad pada tahun 1994. tiket masuk dewasa 3 RM dan anak anak 0.5 RM. sebuah museum yang sangat membantu siswa sekolah sekolah untuk mengenal secara lebih baik akan sejarah kebesaran bangsanya dimasa lampau, sangat inspiratif ! 
   
sekedar melepas penat setelah berkeliling dan jeprat jepret, saya istirahat di sebuah kedai sederhana yang mirip pkl ditanah air, yang menjual bermacam makanan minuman ringan. 


 wisatawan nampak membanjiri kedai kecil ini yang hampir merupakan satu satunya dan siang itu terlihat aktif melayani pembeli
 ( dimana ya kedai kedai lainnya yang berdekatan dengan pangkalan becak dan wisatawan banyak berkumpul.  koq saya tidak melihat yang lainnya? ) .

  disitu saya ikutan antri membeli nasi bungkus mini berisi Nasi Lemak yang setelah saya buka isinya cukup " efisien " yaitu segumpal nasi, sepotong dadar telur berdiameter 3cm, plus sambal dan sepotong kecil mentimun. 

dimana " lemak" nya? entah hehe ... tapi berhubung perut sedang lapar dan badan lumayan capai berkeliling RC, maka nasi mini ini seolah mampu menyegarkan kembali tubuh saya ditambah pisang goreng dan donat ! 
apalagi kedai ini terletak ditepi sungai dan berseberangan dengan Hard Rock Cafe, suasananya sangat nyaman untuk pelepas penat ! 

disebuah kotak surat kuno yang masih terawat dengan baik dan juga bercat merah, saya memasukkan 3 postcard bergambar Red City ini ketanah air dan 2 postcard menyeberangi benua, setelah saya lengkapi dengan peranko.

 saya rindu dengan tradisi postcard seperti ini meski era email sudah menggantikannya, tetapi saya masih suka melakukannya (  dari 3 teman berbeda benua , belakangan saya tahu bahwa postcard tersebut mereka terima pada bulan Januari yl. lho, padahal saya mengeposkannya Nopember 2013 hehe ... )

dengan bus dan ka terakhir yang meninggalkan Malaka kembali ke Kuala Lumpur, saya tinggalkan RC dengan bungkah kenangan yang indah bahwa
 saya sempat berkelana ke Malaka Tempo Doeloe, 
sebuah persinggahan yang tidak akan pernah saya lupakan, kota cantik Red City ! 

sepanjang perjalanan pulang saya dipenuhi lamunan betapa ditanah air sedemikian banyak bangunan bangunan kuno bersejarah yang dihancurkan dan
 diganti dengan mall mall atau ruko ruko, alangkah 
rendahnya kepedulian kita pada kelestarian sejarah dan lebih mengutamakan
 aspek bisnis nya ..

di kota Malang saja, bila kita amati foto foto Tempo Doeloe, betapa banyak gedung gedung cantik yang dirobohkan seperti : 
Sarinah yang dulunya adalah gedung pertemuan atau ball room, eks gedung bioskop Grand yang saat ini sudah menjadi Mitra I, lalu gedung bioskop Rex yang sudah menjadi bank , juga gedung biliar jaman Belanda yang kemudian dipakai sebagai teater rakyat alias gedung ketoprak, ludruk dan wayang orang 
didaerah kudusan itu. 



sebenarnya sisa sisa gedung jadul yang masih ada di Malang saat ini masih bisa dilestarikan sebelum terlambat. juga didaerah Batu, jauh lebih banyak daripada Malang dan mereka masih dibiarkan dengan wajah lamanya meski 
sama sekali tidak terawat.

 jadi kota Batu sebenarnya lebih berpotensi dijadikan daerah suaka khusus semacam Red City. kalau kita amati betapa kokoh dan cantiknya gedung Bank Indonesia di alun alun Malang itu pastilah kita semua sepakat bahwa menghancurkan kecantikan semacam itu adalah sebuah kebrutalan yang tidak bertanggung jawab terhadap perjalanan sejarah sebuah wilayah bahkan bangsa !

sekuel ini saya akhiri disini untuk nanti dilanjutkan pada sekuel 11/ 12 yang berdongeng tentang dunia kuliner di KL !
sampai jumpa .... ! ( th )

 



 ( photos by : th, Red City, Malaka, Malaysia,november 2013 )

01. menara jam
02. dinding dinding merah
03. museum pemuda
04. pak Omar Jantan
05. red, red, red
06. salah satu sudut kota
07. museum maritim
08. becak pak Omar Jantan
09. hard rock cafe
10. kuburan belanda jaman kolonial
11. gorengan
12. ibu pemilik toko souvenir di pasar RC
13. eks benteng Inggris
14. renovasi benteng
15. pangkalan becak
16. china town nya RC
17. museum bea cukai
18. museum maritim ( sekali lagi ! )

Tidak ada komentar: