Minggu, 19 Juli 2020




 .. " Meneer Dinger Yang Sudah Pulang " ..
disatu siang yang sedikit mendung , 
saya berdiri didepan pintu yang tergembok dari 
sebuah makam yang menjadi cagar budaya Malang .
 makam yang sudah berusia lebih dari 100 tahun ini 
nampaknya punya sejarah masa lalu yang
 sarat emosi dengan lingkungan disekitar makam .
 Makam keluarga J . Dinger atau seperti tertera
 didindingnya yaitu
 " Familie Graf J . Dinger " .
 mengapa makam ini menarik ?
 pertama sudah tentu karena usia makam yang 
sudah seabad lebih dengan arsitektur makam yang
 menarik serta terlihat masih kokoh meski
 sangat tidak terawat .
 dengan bentuk yang seolah bukan makam melainkan
 lebih seperti sebuah monumen 
dengan jembatan kecil didepannya serta dikelilingi
 lahan perkebunan dengan latar belakang
 panorama yang cantik .
 sumber dari situs " imexbo.ni " menjelaskan 
latar belakang makam dengan menyebutkan bahwa
 meneer J . Dinger  atau Jan Dinger ini dahulunya
 adalah seorang adminstrator , dan direktur bank
 Excompto sekaligus tuan tanah dari berbagai 
perkebunan ( kopi , teh , tebu serta kina ) dimana
 salah satu perkebunannya adalah yang
mengelilingi makamnya saat ini ,
 yakni di desa Tulungrejo , Bumiaji , Batu .
 lahir di Amsterdam 16 Agustus 1853 dan meninggal 
di Tulungrejo pada 2 Maret 1917 dengan
 berwasiat ingin dimakamkan di Tulungrejo berdekatan
 dengan perkebunannya . 
21/ dua puluh satu tahun setelah wafatnya , isterinya
 yaitu Elisabeth Malvine Ernestine van
 Polanen Petel wafat ditempat yang sama 
pada 7 Maret 1938 . 
keduanya dimakamkan ditempat yang sama . 
putra mereka , Jan Rutger Dinger disebut sebagai 
orang yang juga cukup dihormati dikalangan 
masyarakat Hindia Belanda pada masa itu . 
tetapi menurut informasi penduduk lokal ,
 makam ini sudah kosong karena cucu dari 
meneer J . Dinger beberapa tahun berselang sudah 
 memindahkan peti2 keduanya ke Belanda .
 dan saat ini didalam makam tersebut dijadikan
 semacam " gudang " tempat menyimpan
 berbagai barang .
 konon , pada masa itu , makam ini adalah merupakan
 komplek bangunan yang ikonik karena 
dikelilingi oleh semacam danau dengan taman
 yang cantik dan panorama perkebunan serta
 pegunungan yang indah .
 tentu jauh berbeda dengan yang kita saksikan 
hari ini dimana selain tidak terawat , makam terlihat 
kumuh berlumut dan beberapa bagian rusak
 serta penuh coretan dan tidak ada lagi danau
 yang konon mengelilinginya . 
 saya melihat beberapa petani sibuk disitu serta
 sampah sampah berserakan disekitar makam . 
sebuah cagar budaya yang memprihatinkan karena
 sebuah penggalan sejarah masa lampau yang 
seolah tidak lagi dipedulikan . 
betapapun kelam masa lampau yang ditinggalkan 
meneer J . Dinger dalam kekuasaannya saat itu ,
 sejarah perjalanan sebuah bangsa tidak harus 
dihapuskan lewat ketidak pedulian pada
peninggalan2 puing sejarahnya , 
karena generasi demi generasi dari bangsa ini perlu 
mengetahui dan memahaminya sebagai sebuah
 bagian dari perjalanan sejarah Indonesia 
sebelum dan sesudah kemerdekaan .
  apakah memang kelemahan terparah kita terletak
 pada ketidak mampuan merawat sesuatu 
barang , bangunan , dokumen , situs dll yang
 bernilai sejarah ? entahlah ..
 makam kosong ini hanyalah 1 dari sekian banyak
 lainnya makam makam bersejarah di 
kota Malang . 
disaat pandemi ini , saya sengaja menghindari
 kerumunan dan mencari bahan bahan blog dengan
 menyusuri tempat tempat yang senyap
 tetapi menarik untuk ditulis .
 sayangnya saya tidak dapat menggali informasi
 lebih dalam tentang meneer J. Dinger ini , 
semoga akan saya temukan pada tulisan berikutnya . 
( Writing & Photos : Titiek Hariati ,
 Malang , 18 . 07 . 20 ) 
keterangan foto :
01 . panorama disekeliling makam
02 . papan Cagar Budaya
03 . pintu makam yang selalu digembok
04 . saya didepan makam
05 . sebelah belakang makam
06 . jembatan depan makam yang konon dulu
 dibawahnya adalah danau atau sungai
07 . belakang makam

Tidak ada komentar: