Sabtu, 25 Juli 2020





.. " Mengapa ( Harus ) Sekarang
 Mas Gibran ? " 
saya memang bukan pengamat politik . 
tetapi direkomendasikannya
Gibran Rakabuming Raka
 sebagai bakal calon wali kota Solo 2020 
menggeser Achmad Purnomo oleh DPP PDIP
plus mantan pasangan Achmad Purnomo yaitu
Teguh Prakosa sebagai bakal calon wawali ,
 menarik untuk saya utak atik sedikit . 
di awal awal Gibran " rasan rasan " untuk maju 
sebagai bakal calon walikota Solo dulu , 
saya sudah mbathin 
" lha laopo se kok ate melok melok berpolitik ?
 mbok engkok ae lek bapak-e wes pensiun " ... 

ternyata " rasan rasan " malah menjadi kenyataan
 dan dengan sudah pastinya Gibran maju sebagai
 bakal calon walikota Solo ini ,
 saya merasa kecewa .
 lho apa pasal padahal kenalpun tidak dan saya
 juga bukan dari partai manapun !
 alasannya sederhana , saya itu berharap bahwa
 Jokowilah satu satunya presiden RI yang
 Tidak Ikutan Tradisi Dinasti 
alias tidak ada anak cucu Jokowi yang ikutan
 berpolitik apalagi mengajukan diri sebagai
 calon pejabat ini itu termasuk juga
 menantu menantunya . mengapa ?
 karena saya sudah terlanjur percaya bahwa
 Jokowi adalah presiden Pembaharu Wajah Indonesia
 setelah sekian presiden sebelumnya 
kita kenyang dengan tontonan tradisi dinasti
 alias dipersiapkannya Putra/Putri Mahkota
 dari presiden2 RI yang sebelumnya .
 mungkin ada yang protes 
" lha itu kan hak dari siapapun termasuk 
putra/i presiden yang memang punya ketertarikan 
berpolitik seperti orangtuanya ? " .
 pendapat itu tidak salah , tetapi secara khusus
 saya ini punya harapan besar pada Jokowi 
untuk Tidak Mengikuti Tradisi ini ! 
bahkan saya sempat terkagum kagum betapa 
putra/i Jokowi ini pinter pinter ber bisnis dan
seolah tidak peduli walaupun ayahandanya 
seorang presiden bahkan 
berjualan martabak atau pisangpun okay ! 
juga saya kagum bahwa Jokowi mendukung 
sepenuhnya usaha2 yang dijalankan putra/inya ini 
dan tidak ada upaya untuk " membelokkan " 
mereka kearah politik seperti dirinya .
 maka betapa patah hati saya ketika akhirnya Gibran 
tiba tiba serius ingin maju pilkada 
sebagai walikota Solo ! 
 bahkan saya sempat berharap mungkin Jokowi 
akan memanggil Gibran secara khusus untuk 
mencegah rencana Gibran agar tidak ada 
sangkaan bahwa tradisi dinasti ternyata 
juga ada dikeluarganya .
 harapan saya pupus ketika benar benar rekomendasi 
keluar dan secara pasti Gibran yang terpilih 
maju dari PDIP . ini bukan karena saya meragukan
 kemampuan Gibran yang lulusan 
Universitas Teknologi Insearch , Sydney , Australia
 itu untuk memimpin Solo , tetapi saya 
" getun " ( sejenis kecewa ) bahwa 
Gibran " kurang sabar " menunggu hingga
 ayahandanya menyelesaikan 
masa baktinya pada 2024 yad !
tentu ada juga yang mungkin bertanya 
" mengapa harus menunggu kalau sekarang saja
 sudah bisa atau merasa mampu memimpin Solo ? " 
 sekali lagi , ini bukan masalah mampu/tidak
memimpin Solo , tapi itu lho , 
" mbokyao .. mas Gibran sabarrrr hingga ayahanda
 selesai bertugas sebagai Presiden " 
supaya tidak ada sangkaan macam macam seperti 
misal " yo mesti ae lha wong anak presiden " .. 
aduhhh, saya yakin Jokowi tidak mendorong Gibran
 seperti yang mungkin disangkakan publik ,
 saya juga yakin bahwa itu sepenuhnya keinginan
 murni seorang Gibran sendiri tanpa
 di embel embeli " aji mumpung " !
 apalagi sebelum Gibran ini , sudah ada " jago " PDIP 
yang lain yaitu Achmad Purnomo yang saat ini 
harus ikhlas dengan keputusan partainya yang 
lebih mengusung Gibran .. 
 saya juga bukan apa apanya Achmad Purnomo 
bahkan kenalpun tidak , tetapi sebagai rakyat biasa
 yang awam politik , saya hanya ingin mengeluarkan 
uneg uneg saja bahwa 
suka tidak suka pada akhirnya yang saya hormati 
bapak Jokowi akan terkena stempel yang sama
 yaitu Politik Dinasti , aduh .. kok yo eman ..
 padahal sungguh saya yakin bahwa beliau 
Tidak Pernah Mendorong putra putrinya untuk
 ikutan pilkada disaat dirinya masih 
menjabat sebagai presiden !
 maka Gibran rasanya juga harus iklhas menerima 
stempel " aji mumpung " sebagai harga yang
 harus dibayar ketika ia memilih momentum yang
 menurut saya yang awam ini adalah
kurang tepat !
 saat ini ,  saya hanya bisa berharap semoga
 mas Gibran memakai momentum ini untuk
ajang pembuktian bahwa
Gibran adalah Gibran yang memiliki 
gaya , warna serta misi visi yang berbeda dengan
 Jokowi karena Gibran lahir dan besar dalam
 tantangan jaman yang berbeda !

menjadi walikota bukanlah sama dengan musisi 
yang berada dipanggung dan mengharapkan pujian 
serta tepuk tangan penonton ,
melainkan panggung yang penuh pengabdian dan
 bahkan kesiapan untuk sorak sorai penonton yang
 justru mungkin memintanya turun panggung
 disaat ada kebijakannya yang 
dianggap kurang populer !
dalam hal ini sepertinya Gibran harus belajar
 banyak dari ayahandanya bagaimana menghadapi 
badai badai dari lawan politik dll .
 Jokowi dengan gaya Priyayi Solo nya yang
 kalem , tetapi mengagetkan disaat situasi 
menuntutnya untuk bersikap tegas! 
tentang " tuduhan " dinasti - politik itu sendiri ,
 saya sebetulnya juga mencari cari 
definisi yang tepat , apakah itu
sebuah keniscayaan tanpa melalui ajang pemilihan
 alias  " ditunjuk begitu saja " hanya karena
 masih masuk dalam garis keturunan
 atau masih harus tetap melalui sebuah
 ajang pemilihan sehingga masih 
dimungkinkan untuk tidak dipilih ? 
kalau demikian adanya ,
 apakah nantinya " nasib " Gibran masih akan
 ditentukan oleh para pemilih yang bisa saja
 tidak terpilih meski ia putra presiden ?
 maka jika " keberuntungan " Gibran saat ini
 adalah karena PDIP memilihnya menjadi 
bakal calon walikota Solo , nampaknya keberuntungan
 ini masih harus diuji lagi dalam pilkada nanti 
apakah memang masyarakat Solo melihatnya
 semata sebagai putra Jokowi atau 
sebagai anak muda yang punya potensi besar 
menata Solo kearah yang lebih maju dan
mampu menjawab tantangan jaman ? 
 " naa .. mas Gibran ,
 panggung sudah tersedia , 
isilah dengan pengabdian yang tulus dan
 bukan karena Jokowi atau 
karena putra presiden ,
 jadilah diri sendiri dan mungkin
 ilmu sebagai pengusaha catering dapat
 diberlakukan yaitu :
Melayani dan Bukan Dilayani " .
Selamat Berjalan ke Panggung .. !
( Titiek Hariati , Malang , 25 .07 .20 )

Tidak ada komentar: