Minggu, 23 Desember 2018






.. " Museum Musik Indonesia , 
Museum atau Warung Kopi ? " ..
siapa yang masih dan atau tidak pernah sama sekali mendengar
 nama nama Oslan Husein , Waljinah , Patty Bersaudara , Tety Kadi , 
Anna Mathovani , Lilis Suryani , Eddy Silitonga dll dll yang sejaman ?
 juga dari manca seperti Pat Bone , Louis Amstrong , Blue Diamonds , dll dll ?
 maka salut saya berikan pada para penggagas berdirinya
 Museum Musik Indonesia ini ,
yang berlokasi di Jalan Nusakambangan , Malang ,
 di gedung yang djaman doeloe dikenal dengan
 nama Gedung Tjendrawasih . 
dan untuk membuktikan perjuangan beliau2 ini ,
disebuah siang saya ingin mblusuk ke museum
 yang konon koleksinya lumayan apik ini . 
bayangan tentang museum ,
adalah sebuah tempat yang ( umumnya ) 
tenang , bersih , luas dan terawat apapun yang 
dipajang disitu . langkah saya ragu ketika sampai 
disebuah pintu kaca dilantai dua , karena dibalik
 kaca itu saya melihat banyaknya " kesibukan " mulai 
yang mengobrol atau diskusi ( ? ) , 
yang cekikikan , yang sedang ngopi , sliwar sliwer dll . 
apa saya salah masuk ? " mari bu , silahkan ... " 
sapa seorang petugas disitu . dengan membayar
tiket masuk 5000,- / lima ribu rupiah saja , saya
 sudah berada dalam " museum " . 
saya tolah toleh mencari disebelah mana museumnya dan saya pikir
 pasti museumnya masih diruangan lain yang terpisah
 dengan belasan orang yang sedang ngobrol2 , merokok dll disitu .
 " betul bu , ya ini museumnya ..." ... saya bingung , 
oaalaaa ... ternyata memang " museum " ini menempati ruang hanya
 sekitar 15 X 5 meteran termasuk ruangan yang untuk ngobrol2 itu
 plus ngopi dan ngerokok tadi .. ya sudah , wong sudah disitu ya saya
 lanjutkan menyisiri koleksi2nya yang terdiri dari
 PH , cassette , CD , majalah2 musik , dll  .
 juga musik musik dari seluruh penjuru dunia dapat ditemukan disini
 dalam bermacam bentuk nya mulai cassette , CD dll 
dari yang etnik hingga yang modern .
 beragam genre juga ada , 
kroncong , dangdut , pop , jazz , rock , klasik  dll . 
sangat disayangkan bahwa udara diruangan itu cukup lembab 
sehingga tanpa didukung pendingin ruangan saya khawatir koleksi2 
tersebut akan rusak termakan jamur apalagi disitu juga ada
 pengunjung yang merokok dll yang memperburuk sirkulasi udara .
 tentu harapannya kedepan agar dinas pariwisata Malang dapat
 memberi perhatiannya yang lebih baik , 
bukan hanya memberikan ruangan tetapi juga biaya untuk
 perawatannya seperti pendingin ruangan atau setidaknya
 kipas angin atau kipas gantung , almari pamer dari kaca yang
 bisa diatur temperaturnya , petugas kebersihan , CCTV dll sehingga
 betul betul satu saat nanti 3M ini dapat menjadi 
kebanggaan warga Malang Raya ! 
bagi yang ingin membuat kedai kopi untuk para pengunjung ,
 hendaknya dipisahkan dari ruang pamernya 
sehingga obrolan dan asap rokok mereka yang cangkruk 
sambil ngopi tidak mengganggu keasyikan pengunjung museum
 yang sedang menelusuri jejak jagad musik tanah air atau manca . 
diruang ngopi inilah pengunjung juga bisa bertatap muka
 dengan para penggagas museum , seniman2 musik dll 
sehingga benar benar museum ini menjadi sebuah
 Perpustakaan Hidup ... ! 
seringkali masalah terbesar kita adalah BUKAN Mendapatkannya
 tetapi Memeliharanya , sehingga kalaupun nantinya mendapat 
dukungan dana untuk membangun museum musik yang lebih memadai
 dan bahkan berstandar internasional , 
tugas utama adalah Maintenance karena dari situlah segala sesuatu 
yang sudah diperoleh dengan perjuangan besar itu akan lestari .. !
oya secara khusus saya ingin berterima kasih pada petugas museum
 yang siang itu sudah berbaik hati membawa saya berkeliling museum
 dan bercerita tentang berbagai hal dari museum , 
termasuk membagi informasi tentang  mas Bens Leo .
(  sedikit bernostalgi ,  di awal awal kemunculan Majalah GADIS , 
mas Bens dan saya sering menjadi " duo reporter " untuk GADIS
 baik di pagelaran2 jazz di TIM atau di " base camp " Swara Mahardhika
 dll hingga akhirnya menjadi koresponden Gadis untuk Eropa Barat 
yang sejak itu saya belum pernah lagi bertemu mas Bens yang
 saya tahu masih sangat aktif di berbagai music-events tanah air ! )
semoga MMI kedepan akan muncul dengan perwajahan baru yang lebih
 pas untuk sebuah museum , bukan segi kemewahannya tetapi lebih
disegi " kelayakan " sebuah museum yang tidak seharusnya
 berbaur dengan kebisingan dan asap rokok ...
atau saya mungkin yang kurang mampu memahaminya bahwaMMI
 ini memang berkonsep Museum Musik Gaya Cangkrukan ?
entahlah ...
( Writing & Photos : Titiek Hariati , December 2018 )
keterangan foto : 
01 . ruang depan , sekaligus tempat ngobrol ..
02 . koes plus dalam siluet
03 . artis dan musisi2 djadoel
04 . PH penyanyi2 manca dan lokal
05 . Iwan
06 . alat sungguhan , bukan foto






 

Tidak ada komentar: