.. " Susmedi Menggapai DewaRuci " ..
disaat kota Malang menggalakkan usaha usaha kecil dan menengahnya agar bisa lebih tampil dipermukaan, dikenal, disukai dan akhirnya di beli, bermunculanlah puluh bahkan ratusan produk maupun jasa yang sebelumnya tidak ada bahkan tidak diperlukan.
diantara sekian banyak kreatifitas, ide ide dan temuan temuan baru maupun daur ulang dari ide ide lama yang dikemas lebih gres dan fresh, tercatat misalnya :
batik Malangan modern, sepatu dan kaca mata lukis, lilin ukir, hiasan pasir, lampion, gitar akustik dst dst yang kesemuanya meramaikan jagad dunia handycraft dan jasa di kota Malang.
yang secara resmi tercatat di Dinas Koperasi Pemkot Malang saja ada sekitar 150 home-industry, belum lagi yang tidak tercatat. maka berbanggalah kota Malang memiliki potensi luar biasa dibidang kreatifitas warganya !
tentu tidak semuanya langsung dapat mendulang rupiah bahkan dolar,
karena lazimnya sebuah ide atau kreatifitas dan usaha itu akan diuji dilapangan oleh pasar . tetapi ketika ada pelaku pelaku jagad kreatifitas yang memang " tidak terlalu peduli duit namun lebih pada idealisme " maka kitapun akan berdecak kagum saat menyaksikan betapa
mereka tetap tekun dan setia pada idealismenya dijaman yang
sudah serba diukur dengan rupiah atau dolar ini.
kali ini saya ajak pembaca menjenguk salah seorang seniman idealis yang langka ,
yakni bapak Susmedi yang beralamat di Jl. Perusahaan, Malang.
mencari rumah beliau sebenarnya tidak sulit tapi karena tetangga tetangga terdekatnya juga tidak menyadari adanya seniman dikalangan mereka,
maka seolah olah sulit menemukannya.
menatah dan mengukir wayang kulit adalah keahliannya,
dibantu oleh istri tercintanya yang menangani pengecatan plus finishingnya,
jadilah pasangan ini klop dalam idealismenya.
tokoh tokoh pewayangan " berserakan " di mejanya, ada yang sudah siap dipasarkan ada yang masih berbentuk kulit mentah meski sudah diukir.
siang itu saya menjepret Bhima, Arjuna dan Gunungan serta 1 set perangkat gamelan mini dalam sebuah bingkai cantik.
ketekunannya menatah, mengukir, memberi warna secara detil serta menampilkan karakter karakter tokoh pewayangan sesuai pakemnya adalah keahliannya meskipun usaha ini terbilang kurang populer karena dijaman serba instan ini agaknya masyarakat lebih tertarik pada pergantian mode dibidang apapun yang serba cepat ini.
maka penggemar wayang kulit, dapat dibilang semakin menipis, meski tidak lenyap.
dan bila akhirnya pemesan pemesannya lebih banyak orang manca dibanding lokal, ini adalah sebuah lampu kuning bahwa satu saat nanti bangsa kita akan mengenal jagad pewayangan dari orang asing.
siapa tahu anak cucu kita kelak ada yang berpamitan begini :
" mohon restu ya saya mau ke Belanda untuk penelitian tentang budaya Jawa khususnya gamelan dan wayang " ( jangan tertawa dulu, sebab di Belanda memang banyak pakar pakarnya dan kita yang mewarisi budaya tersebut ditanah air, malah alergi dengan keduanya )
pak Susmedi dengan kacamata tebalnya terus saja menatah dan mengukir kulit sapi untuk dijadikan wayang kulit, meski tidak tahu siapa atau kapan atau dimana akan terjualnya.
adakah yang mewarisi keahliannya ini minimal satu orang saja di Malang?
entahlah.
agaknya, Susmedi telah menemukan DewaRuci nya meski harus melampui perjalanan panjang, sulit dan berat. sebuah dedikasi budaya yang luar biasa.
( th )
( photos by : th, di bengkel wayang kulit Susmedi, Malang, April 2014 )
01. menatah kulit menjadi Dewaruci
02. gamelan mini lengkap
03. rampung
04. gunungan
05. menggarap kulit mentah
06. ada yang masih " setengah matang "
07. mengukir kulit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar