Minggu, 20 April 2014






.. " 21 April,
 wanita pingitan itu telah bergabung di NASA , 
sebuah potret wanita Jawa " ..

usianya masih sangat belia saat wafat, 25 tahun, hanya berselang 4 hari setelah melahirkan putra I dan terakhirnya, dan putri bupati Rembang bernama Kartini itu tidak sempat menyaksikan putranya tumbuh dewasa pun tidak pernah menyaksikan wanita wanita Jawa yang dulu diperjuangkannya telah melesat bahkan mungkin melampui bayangannya.

sempat mendapat didikan Belanda karena status orangtuanya, yakni di Europese Lagere School/ ELS, Kartini ternyata hanya sampai usia 12 tahun boleh menikmatinya.
 diusia itulah ia harus masuk pingitan. lahir 21 April 1879, sudah tentu ini menyedihkannya karena sangat banyak yang masih ingin diraihnya dalam hidup. 



 penguasaan bahasa Belandanya, membuat Kartini banyak melahap majalah, koran, novel, buku buku sastra yang berat dll yang semakin membuatnya sedih membayangkan betapa bebasnya wanita wanita barat berpikir, berpendapat, bersekolah dan berkarir.  

 kesedihan ini tidak terbatas pada diri pribadinya, namun lebih pada kaumnya, wanita wanita Jawa masa itu yang seolah hidupnya terpasung adat, tradisi bahkan agama. 
bagaimana mereka ini dapat maju atau setara pria apabila begitu banyak " jerat jerat " dilingkungannya sebagaimana adat istiadat, tradisi dll yang umumnya 
" mengkerdilkan " peran wanita ?


kartini remaja tumbuh dalam pergolakan batin yang tak menemu jalan keluar kecuali curahan hatinya lewat surat surat panjangnya kepada beberapa temannya di Eropa antara lain kepada Rosa dan suaminya, Mr. JH Abendanon yang menjabat sebagai 
Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda .

 pemikiran2 besarnya melesat melampui jamannya dan  terkungkung tembok tebal di sekeliling pendopo ayahandanya, Kartini resah dan gelisah.

 penantian panjangnya untuk mendapat ijin menjadi guru di Batavia nyaris tercapai,
 namun pada Nopember 1903 Kartini membatalkan niatnya karena patuh pada kehendak ayahandanya untuk menikah dengan bupati Rembang. 
sebuah kontradiksi mengingat ketidaksetujuannya dengan tradisi pernikahan secara " paksa " dan bukan atas pilihan sendiri.

 beruntunglah Kartini karena ternyata suaminya mendukung cita citanya untuk mendirikan sekolah bagi wanita wanita, yang kelak bernama Sekolah Kartini . 
beberapa tahun setelah wafatnya, Yayasan Kartini yang didirikan oleh Van Deventer membuka cabang cabang Sekolah Kartini diberbagai kota antara lain
 Semarang, Yogya, Madiun, Cirebon, Malang dll.


surat suratnya yang berisikan pemikiran pemikiran seorang Kartini muda yang pada jamannya telah sedemikian maju dan visioner, mendorong beberapa penulis terkenal untuk merangkumnya dalam berbagai buku tentang Kartini. 

nama nama JH Abendanon, Armijn Pane, Pramoedya Ananta Toer, Joost Cote dll adalah mereka mereka yang berupaya keras agar pemikiran pemikiran besar Kartini 
dapat dibaca dan dipahami oleh bangsanya
 terutama kaum wanitanya.

disana kita dapat meraba dan merasakan " penderitaan " Kartini menghadapi kungkungan adat dan tradisi namun disaat yang sama ia juga bersikap patuh terhadapnya dan bahkan
 pernikahan nampaknya telah mengubah pendapatnya tentang adat dan tradisi .

 perubahan pemikiran ini oleh Armijn Pane ditangkap dan di terjemahkan dalam bukunya tentang Kartini yang di baginya dalam 5/ lima bagian " perjalanan pemikiran seorang Kartini " .

saat ini, kita tidak lagi heran melihat wanita wanita Jawa dan Indonesia umumnya, telah sedemikian leluasa memilih isi dari buku kehidupannya.
 sekolah? apapun bisa ! berkarir ? tinggal plih ! menikah atau tidak? terserah. 
pasangan hidup? kalau cocok, why not ? dst dst. 

betapa wanita wanita Indonesia sangat beruntung saat ini, karena pintu terbuka lebar lebar untuk menjadi apapun yang diinginkannya, sesuatu yang dijaman Kartini masih menjadi sebuah mimpi dan angan angan yang hampir mustahil meraihnya !

21 April tidaklah cukup hanya sekedar berkebaya dan bersanggul ala Kartini bila tidak disertai dengan sebuah pemahaman bahwa Menjadi Apapun Yang Dipilih Tidaklah Serta Merta Menjadi Super Woman Yang Kehilangan Kodratnya Sebagai Wanita ! 


 menjadi astronout seperti Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono ( yang karena meledaknya Challenger terpaksa batal meng angkasa ) atau presiden wanita   atau pembalap mobil wanita atau atau atau dst dst, silahkan ... !

namun setinggi apapun bintang dilangit, tetaplah Wanita Jangan Kehilangan Kodratnya sebagai Isteri, Ibu, Kekasih, Tempat Suami dan Anak Anaknya Mendapatkan Kasih Sayang , 
Kehangatan dan Kepedulian Tanpa Akhir, itulah sebenar wanita betapapun diluar rumah ia adalah seorang yang perkasa ataupun berkuasa. 

Kartini pastilah bangga dengan semua pencapaian wanita wanita bangsanya saat ini namun sekaligus akan sangat berduka bila kebebasan ini membuat wanita wanita  bangsanya kehilangan kodrat kewanitaannya dan bahkan " menjadi lebih pria dari prianya sendiri " .
semoga tidak terjadi, dan Selamat Memaknai Hari Kartini dengan lebih benar. 
( th ) 



( gambar gambar dari google )

01. Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja
02. Masa kecil Kartini
03. Siti Soemandari Soeroto, Biografi Kartini
04. Lompatan Gila, pemikiran RA Kartini
05. Cinderamata dari Museum Jepara
06. Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono, charming, genius
07. Habis Gelap Terbitlah Terang

Tidak ada komentar: