Minggu, 08 September 2013



 .. " wahai, dimana para orang tua ?" ..

gambar mengerikan terpampang dilayar kaca, mobil mobil yang ringsek dan belasan orang terluka berat bahkan beberapa tewas. 
tangis pilu keluarga yang ditinggalkan dan penyesalan bahwa kejadian tragis ini tersebab kelalaian orang tua yang memfasilitasi anak anaknya dengan tidak memperhatikan keselamatan  si anak dan orang lain. 

saya tergerak untuk menulis ini sebab  saya khawatir pihak polisi " memperkecil atau memperkerdil " masalahnya .

kita semua tahu, putra siapa yang mengemudikan mobil maut tersebut dan karena usianya yang masih dibawah umur dan belum layak mendapatkan SIM, maka kekhawatiran bahwa dalih 
" masih dibawah umur " akan menjadi " rutinitas " dinegeri ini dan 
sanksi kepada si " penanggung jawab perbuatan anak " dalam hal ini adalah orangtua si anak yang masih dibawah umur, juga " diperlunak " dengan 
kesanggupannya bertanggung jawab secara materiil, titik selesai. benarkah?

permasalahan yang terjadi antara suami isteri yang berdampak secara psikologis pada anak anak nya yang menjadi saksi mata perselisihan bahkan perceraian keduanya, adalah luka luka menganga di dalam memori anak anak. 

untuk " menambal " luka luka tadi, ada kecenderungan orang tua melimpahi anak anak korban perceraian ini dengan materi berlebihan , namun tidak diimbangi dengan perhatian dan 
kwalitas hubungan yang memadai dengan alasan kesibukan dll. 

maka si anak mencari " pengisi lubang di hatinya " dengan berbagai cara sesuai yang menurutnya paling nyaman. mungkin pacar, teman, rokok, geng, bahkan narkoba ataupun sex bebas dan banyak lagi yang umumnya tidak atau kurang positip.

pada kasus kecelakaan diatas, pilihan " kebetulan " dijatuhkan pada tantangan adrenalin yang berupa kecepatan mengendarai mobil yang diterima sebagai hadiah ultah ke 13 ! 
usia 13 dengan  fasilitas mobil Mitsubishi Lancer tentulah tidak dinikmati oleh setiap remaja kita, dan alangkah beruntungnya si remaja kita ini. 
ortu bangga, anakpun bahagia, what's so problem with it?

namun siapa mengira ini menjadi awal bencana? usia 13 belumlah dapat disamakan dengan seorang pemegang SIM diusia 20 keatas, karena baginya faktor " fun " dalam mengemudi lebih dikedepankan dibanding faktor savety bagi dirinya dan orang lain.

 masa masa " bermain " nya diusia 13 adalah masih demikian dominan, pun dalam mengemudi dijalan umum! bak menyetir stick video-game, 
demikian kira kira gambaran rasa exitingnya... !

brukkkkk, blarrrrrr ..... 
semuanya tak terkendali dan tiba tiba saja segalanya berubah dalam sekejap. 
sebuah kejadian traumatis yang bakal tidak terhapus sepanjang hayatnya menambah koleksi 
" lubang " dalam hati remaja 13 tahun ini .. 

kesadaran macam apakah kira kira yang akan dimilikinya nanti setelah semua nya kelak berlalu termasuk proses panjang penyidikan polisi, pertemuan dengan keluarga para korban, perjumpaan dengan ibunda kandungnya, sikap ayah kandungnya kepada dirinya pasca kecelakaan, reaksi teman temannya, dll dll?

JANGAN hendaknya semua palu diketukkan hanya pada dirinya yang masih 13 tahun ini, 
tetapi mari arahkan sanksi itu lebih pada Orang Tua si remaja terutama yang mendapatkan hak asuh pasca perceraian yl. 

sebab bagaimana mungkin :
01. hadiah mobil bagi remaja 13 tahun itu tidak disertai dengan pertimbangan keselamatan si anak dan orang lain?
02. memilihkan  mobil sebagai hadiah dengan kesadaran bahwa usia 13 belum layak mengemudi
dijalanan umum?
03. mobil sebagai simbol status atau prestige siapa, ortu atau si anak atau keduanya, 
dan tidak mampu menemukan pilihan status simbol yang lain yang lebih sesuai 
baik untuk usia maupun keamanan?

bagaimana misalnya dengan : mengirimnya ke sekolah paling mahal dan prestisius se Eropa atau Amerika hingga lulus SMP bahkan SMA ?

seorang anggota keluarga korban yang tewas berkata : 
" seberapapun uang yang dimilikinya, tak akan pernah mampu mengembalikan suami saya ... ", miris .. maka sependapat dengan opini para pakar maupun masyarakat umum mengenai bencana dari kesalahan Pola Asuh Anak ini, yaitu :

" sanksi hendaknya lebih dijatuhkan kepada orang tua yang mengasuh si remaja, karena 
anak hanyalah korban daripadanya. pemberian hadiah mobil itu otomatis sudah sebuah lampu hijau kepada si anak untuk mengemudikannya ,
dan bila terjadi musibah apalagi sampai menewaskan orang lain, maka 
si pemberi hadiah dan ijin mengemudi inilah yang 
sebenarnya paling bertanggung jawab . 

tidaklah karena seseorang itu selebriti, maka akan selalu ada excuses, 
karena sebagai public- figure justru ia adalah panutan yang harusnya dapat dijadikan teladan. bila hukum berhenti hanya sampai di pelaku yang masih dibawah umur serta hanya mendapatkan hukuman ringan yang berupa pembinaan, padahal 
yang lebih bertanggung jawab yakni orangtua yang mengasuhnya tidak dikenakan sanksi apapun, maka dikhawatirkan akan banyak kasus kasus sejenis yang akan terjadi dan semuanya berakhir dengan penggantian uang tunai kepada para korban dengan mengatas namakan sebuah tanggung jawab. inikah wajah kita ? "

wahai, tiadalah ringan tugas sebagai ortu. 
tidaklah cukup kita hanya memberikan materi dan menganggap itulah yang paling dibutuhkan anak anak.memang dengan materi mereka bisa membeli yang diinginkan, 
namun ada yang tak terbeli dengan uang : 
perhatian dan kwalitas hubungan antara anak dan ortu. 

ortu sibuk, bekerja demi anak anak? tak masalah. 
tetapi di sisa sisa waktu yang masih ada dan sempit, berguraulah, berkomunikasilah, bercakap cakaplah, sharing lah, saling curhat tentang teman sekolah/ kuliah dll, ber jalan jalan bersama, berlibur bersama disela kesibukan masing masing .

bahkan  teknologi telah banyak menolong untuk saling berkomunikasi dimana sesuatunya jadi jauh lebih mudah dan cepat dibanding sekian dekade yl. 

mari wahai para ortu tercinta, 
bukan uang semata yang anak anak butuhkan dari kita, namun sederhana saja dan 
" murah serta gratis " : perhatian .. !

jangan salahkan mereka terperosok narkoba atau pergaulan bebas, karena rambu rambu tidak pernah didapatkan dari orang orang terdekatnya .
baju, uang saku, makanan dll hanyalah kebutuhan fisik tetapi tanpa disertai oleh perhatian dan kwalitas hubungan, akan sia sia sebab fisik semata tidaklah cukup. 

tidak ditemukannya tempat sharing dirumah, akan dicarinya diluar rumah. dan bila mereka jatuh dalam lingkungan yang salah, maka ortu harus " hand in hand " dengan mereka untuk mengentaskannya dari keterpurukan. 

sesungguhnya, dalam setiap masalah atau keterpurukan yang dialami seorang remaja, disitu ada kontribusi kelalaian orang tua ..
maka, mari kita dekap dan bicara pada mereka dan jangan 
biarkan anak anak kita menghadapi masalahnya seorang diri ... ! 

namanya juga " anak anak " , maka kita wajib mandampinginya dalam  situasi apapun, terutama yang kurang menguntungkan ..masihkah kita berani mengatakan bahwa kita adalah ortu yang baik lahir batin,sementara anak anak kita bermasalah?
( th )

( gambar dari detiknews. )









Tidak ada komentar: