Jumat, 13 September 2013




  Museum Gajah, 
" sumber rejeki pencuri " ?

hanya dengan berjalan kaki, Museum Gajah ini dapat dicapai dari Monas. museum yang satu ini adalah sebuah gedung dengan arsitektur Eropa yang masih sangat kokoh dan anggun 
yang dibangun sekian abad lewat  dan
nyatanya tidak tergerus jaman dan cuaca.

alangkah bedanya dengan kwalitas gedung gedung saat ini yang tak sampai berbilang sepuluh tahun sudah ambrug saking pinternya yang meng korupsi bahan bahan bangunannya. 
menjadi salah satu ikon tujuan wisata budaya Indonesia khususnya Jakarta, 
museum ini menyimpan sedemikian banyak dan pentingnya informasi berharga yang merupakan 
" biografi " sebuah bangsa yang besar, Indonesia.

 hari ini untuk yang kesekian kali, Museum yang sangat kita banggakan ini kebobolan lagi! beberapa peninggalan berharga dari abad abad lampau amblas dari tempatnya dikoleksi.
dan lucunya, 
amblasnya empat keping benda bersejarah ini tak segera dilaporkan karena lebih dulu dilakukan pemeriksaan internal yang memakan waktu. hal ini jusru lebih memberikan peluang bagi si pencuri untuk lebih leluasa menghilangkan jejak.

dan ini bukan yang I kali, bahkan hampir setiap tahun terjadi kebobolan benda benda prasejarah dan bersejarah yang tak ternilai dengan uang ini. 

pertanyaannya adalah :
" sebenarnya, seberapa keras upaya  pihak pengelola museum untuk mengatasi pencurian yang sudah hampir rutin ini dan mengapa masih juga terulang tiap tahunnya? 
 tidak dapatkah  belajar dari museum dinegara lain yang sudah memiliki
 sistim pengaman yang lebih canggih? " . 

disisi lain berita berita bobolnya museum seringkali kurang menarik perhatian publik dibanding bobolnya toko emas misalnya atau rumah pejabat. 
museum dimata masyarakat kita yang umumnya memang belum " museum-minded " , sering digambarkan sebagai sebuah tempat dimana :
" segala benda atau dokumen kuno terhimpun dan tidak terlampau berpengaruh 
pada kekinian kita "  ( ? ). 

kultur akan pentingnya sebuah sistim pendokumentasian sesuatu rentang kehidupan ( pribadi, orang lain, kelompok,bangsa dll ) belum menjadi sebuah kebutuhan dalam masyarakat kita, sehingga lebih banyak  ditemukan nama nama 
orang asing dalam sistim pendokumentasian di tanah air yang menyangkut  lahirnya sebuah bangsa  dimulai sejak jaman prasejarah, hingga kemerdekaan.

 ironisnya, sekolah sekolahpun kurang memberikan dorongan muridnya agar lebih mencintai museum sebagai salah satu sumber informasi penting dari Siapa Kita, 
sebagai sebuah mata rantai penting dalam perkembangan peradaban dunia. 

bila seorang anak atau remaja diberikan pilihan kunjungan antara mall dan museum, dapat dipastikan 99% akan memilih mall. salah siapa? 

orang orang dewasa disekeliling mereka adalah sumber sumber informasi yang dapat memberikan motivasi pentingnya keberadaan sebuah museum agar 
bisa lebih mampu menghargai sejarah dari bangsa, tanah air dan nenek moyangnya yang dimasa lampau bahkan dikenal sebagai sebuah dinasti yang dihormati hingga diluar benua. 

 saya sendiri baru mengenal sejarah kota Malang secara lebih lengkap adalah saat mengunjungi
Museum Tempo Doeloe di Jalan GajahMada, Malang. 

dan saat melihat Cetak Biru kota Malang dimasa lampau yang sudah sedemikian canggih perencanaannya,  diam diam saya miris bahwa apa yang terjadi dengan kota Malang saat ini seolah sebuah pembalikan jaman, 
yaitu Malang menuju sebuah " kehancuran " , 
sebuah kota tanpa masa depan yang jelas, mau menjadi apa Malang kedepan? 

polusi, ruko ruko, bangunan bangunan diatas sungai, sampah sampah yang membuat mampet sungai dan selokan, belantara iklan, baliho, spanduk dll, 
penebangan pohon diganti dengan beton beton, 
meluasnya perumahan perumahan yang memakan area persawahan dan hutan, 
semrawutnya tatanan kabel listrik dan telepon, 
penggalian penutupan lubang lubang untuk PLN, TELKOM, PDAM yang silih berganti tambal menambal sesukanya, semrawutnya lalin karena tak adanya pemisahan motor dan mobil, kawasan kawasan steril bisnis sudah menjadi lahan bisnis utama dst dst dst ,
 sangat menyedihkan mengingat semrawutnya kota yang dijaman kolonial dulu 
tertata begitu indah, nyaman, hijau dan bersih.

 


adakah Malang " perlu dijajah kembali oleh meneer meneer agar kembali rapih?", 
sebuah pertanyaan yang tidak mustahil akan terjawab kelak bila para pakar tata kota Malang sudah tidak mampu mengatasinya. 
mereka mungkin akan memintakan bantuan kepada tenaga tenaga asing yang sanggup melakukan Grand ReDesign pada kota tercinta ini ..! 
( terutama pakar tatakota Belanda yang lebih memahami Malang
dari pada orang Malang nya sendiri ! )

pengalaman pribadi saya ke Museum Tempo Doeloe di Malang itu tadi hanyalah contoh kecil dari salah satu fungsi Museum dalam " mendidik " pengunjungnya untuk lebih cerdas memahami latar belakang dan sejarah segala sesuatu.

naaa .. kembali pada soal Museum Gajah yang kebobolan, marilah " harta-karun " bangsa ini kita selamatkan dengan cara membantu memberikan informasi sekecil apapun yang mungkin 
bisa berguna bagi si penyidik apabila 
kita menemukan " jejak langkah " dari 4/empat lempengan dan cepuk yang hilang itu plus 
benda benda prasejarah lainnya yang lenyap  sebelum itu.

keterlibatan orang dalam museum pada setiap pencurian adalah sebuah prasangka wajar mengingat tidak banyaknya pengunjung dan besarnya peluang untuk itu. 
namun marilah hingga semuanya nyata terbukti, 
kita tepis dulu segala prasangka

sebuah benda yang sekilas nampak tidak mengesankan dan tidak berharga karena " hanya " berupa 1/2 keping logam perak, sesungguhnya ia dapat menjadi sebuah petunjuk jaman karena ia mewakili sebuah peradaban pada masanya, 
demikian pentingnya peran benda benda yang " sepele " itu dalam sebuah mata rantai perkembangan peradaban.

mari kita mulai cintai museum, siapa tahu apa yang kita lakukan saat ini dan nampak tidak istimewa, pada satu masa nanti dapat menjadi petunjuk berharga bagi 
kelangsungan peradaban anak cucu dan generasi mendatang, 
sungguh kita tidak pernah tahu .. ( th )

keterangan foto/ gambar :
01. halaman sebelah dalam Museum Gajah, Jakarta ( google )
02. salah satu benda bersejarah di Museum Tempo Doeloe, Malang ( taken by : th )





  


Tidak ada komentar: