Selasa, 10 Agustus 2010

CATATAN RAMADHAN 1431 H ( 1 )





Kemarin malam belum sempat TV menyiarkan pengumuman resmi tentang awal Ramadhan 1431H yang kali ini hilal menampakkan wajahnya tanpa dibantu peralatan alias dapat terlihat dengan mata telanjang, maka di masjid perumahan didekat rumah sudah penuh dengan para jamaah yang siap ber tarawih hari I. Melegakan, karena tahun tahun sebelumnya penampakkan hilal terkadang mengundang perbedaan pendapat dan paham.

Ceramah I shalat tarawih ini mengesankan meski sang ustadz masih belia dibanding 70% jemaahnya yang sudah manula. Inti ceramahnya adalah " Jangan Pernah Berspekulasi Dengan Usia Untuk Menunda Kebaikan " . Dicontohkan : seseorang yang sudah menyiapkan diri untuk mengikuti Ramadhan , ternyata " tidak nutut " ( tidak keburu waktunya ) sebab beberapa hari sebelum Ramadhan sudah meninggal dunia. Contoh ini persis dengan yang saya alami sendiri
pada hari yang sama dan kemarin. Dua kerabat saya ditempat yang berbeda telah wafat secara mendadak, padahal keduanya juga sudah ber siap siap menyambut Ramadhan 1431 H.

Allahu Akbar .... ! Demikian itulah rahasiaNYA. Maka sesungguhnya tidak ada alasan untuk menunda sesuatu kebaikan sekecil apapun sebab manusia tidak mampu mengetahui saat nya maut menjemput. Dan lanjut sang ustadz, bagi yang masih diberikan kesempatan mengikuti
puasa, hendaknya memanfaatkannya dengan maksimal agar sebulan ini betul betul dibanjiri dengan pahala dan ridhoNYA.

Sebagai yang lebih tua bahkan jauh lebih tua, beberapa hari terakhir sebelum puasa, saya tidak risih dengan meminta maaf melalui sms, email dan FB kepada segenap teman, kerabat dan handai-taulan yang jauh lebih muda disamping juga kepada yang sebaya atau lebih tua dari saya. Jawaban yang saya terima umumnya menggembirakan meskipun beberapa diantaranya " cuek " alias tidak merespon.

Saya tercenung. Dari yahoomail ataupun inbox di facebook atau sms bisa saya cek bahwa pesan maaf saya sudah mereka terima, jadi pastinya sudah terbaca ( semoga .. ) . Lalu mengapa ada yang cuek dan tidak peduli ? Saya tidak ingin ter buru buru " menghakimi " . Ada beberapa alasan mungkin :
* mereka sibuk dan belum sempat membuka email atau fb meski obrolan mereka dengan teman
temannya masih terus berlangsung dan dapat terlacak di fb.
* sudah dibaca, tapi sedang dipertimbangkan perlu tidaknya membalas pesan maaf saya.
* luka hati, tersinggung, marah, dendam kepada saya atas sesuatu yang saya tidak sadari?
* saya dianggap tidak selevel dengan mereka dalam berbagai aspek, sehingga mengundang rasa
malas untuk berkomunikasi ( mereka VVIP, jauh lebih muda/tua, dsb )
* dll alasan yang saya tidak tahu

Namun buru buru saya hilangkan berbagai prasangka ini dari lubuk hati, karena takut membatalkan puasa dan saya akan sia sia berhaus lapar. Saya sadar saya sedang dalam pertempuran besar melawan diri saya sendiri dan EGO saya, yang kadang tidak logis.
Saya ingin seperti kata pak ustadz saat tarawih tadi bahwa " jangan pernah menunda kebaikan meskipun engkau masih berusia belia, apalagi kalau sudah manula " tersebab manusia yang tidak berkemampuan mengetahui saat akhir hayatnya. Jauh lebih baik adalah mendoakan para
" pen cuek pesan " tadi agar mereka digolongkan kepada orang orang yang tidak menunda nunda laku kebajikan, amien .. Sesungguhnya mendoakan semacam itu jauh lebih baik daripada
berburuk sangka ..

Lalu pagi tadi setelah sahur, saya bergegas ( lagi ) mengejar sholat dan ceramah subuh di masjid yang sama. Ternyata masjid perumahan kami masih sama penuhnya dengan kemarin malam,
alhamdullilah. Sang ustadz berkisah tentang salah seorang siswa disekolahnya yang mengalami kecelakaan dan tewas, padahal sehari sebelumnya mereka masih bersendau gurau bersama.

 Sebuah renungan lain bahwa kesiapan untuk dipanggil menghadapNYA haruslah setiap saat dimiliki yang ber arti kita senantiasa dituntut untuk menebar kebajikan kepada sesama sebagaimana diperintahkanNYA. Disisi lain, kita juga di tuntut untuk mengupayakan sebuah kehidupan duniawi yang layak dan positip serta dijalanNYA agar bermanfaat bagi sesamanya melalui kerjakeras dan kesungguhan hati seolah olah kita akan hidup 1000 tahun lagi.

Ketika saya akan menulis ini, ada beberapa pesan masuk yang menjawab permintaan maaf saya kemarin, alhamdullilah, karena ALLAH SWT nampaknya telah menggerakkan hati mereka dan
sudah pasti bukan karena kemampuan saya yang menggerakkannya, Maha Besar Allah ....

Ramadhan sungguh menyimpan segudang misteri dan keajaiban2 spiritual bagi yang meyakini bahwa IA memang berkehendak atas segala sesuatu, termasuk menggugah nurani manusia ..
Amien .. ( Malang, Rabo 11 Agustus 2010 )

( Keterangan : foto masjid Kubah Emas, Depok, Jakarta, diambil dari google.co.id )

Tidak ada komentar: