Dalam ceramah shalat tarawih semalam dan shalat subuh pagi tadi yang merupakan ramadhan hari ke II, tersurat dan tersirat satu benang merah yang senada meski penceramahnya berbeda, yakni : bagaimana cara kita " menghitung " dosa serta memahami tanda tanda menjelang " kunjungan malaikat Isroil " kepada kita. Wah .. siapa manusia yang mampu menghitung dosanya?
Maka sebagai perumpaan, kisah nabi Adam AS menjadi cermin yang luar biasa. Ustadz berkata:
" Lha kalau hanya karena satu dosa saja yakni memakan buah kuldi yang dilarangNYA, Nabi Adam menerima sanksi diusir dari sorga 40 tahun serta tercerai berai dari Siti Hawa, bagaimana dengan kita kita ini yang dosanya sudah sangat tidak terhitung lagi?" . Demikian " kuis " sang ustadz yang mengajak kita berpikir dan berhitung tentang dosa dosa kita serta sanksi sanksinya dihadapanNYA.
Lalu tentang tanda tanda akan semakin dekatnya perjumpaan dengan malaikat Isroil yang bertugas mencabut nyawa, ustadz yang lain pada ceramah subuh menyebutkan ada 3 :
Satu, tumbuhnya uban ( tentu yang alami dan bukan karena rusaknya pigmen akibat seringnya terkena berbagai zat kimiawi ) .
Dua, tanggalnya gigi yang dimulai dengan satu demi satu.
Tiga, bila bangkit dari duduk terlebih duduk dilantai/ dikarpet seperti saat shalat atau pengajian dll, muncul suara " kretek .. kretek " alias tulang tulang mulai kehilangan masanya, ini juga pertanda semakin dekatnya perjumpaan dengan Isroil .... he he .. terdengarnya lucu ya tapi ini sungguh tidak lucu melainkan serius ...
Meski para jemaah terdengar haha hihi dengan gurauan gurauan sang penceramah, namun gurauan gurauan ini sungguh bermakna amat dalam. Apalagi dikisahkan betapa pedihnya cara kematian yang penuh azab dari orang orang yang tidak beriman, sebagai kebalikan dari cara cara kematian golongan beriman yang sedemikian mudah dan penuh senyuman, khusnul khotmah. Yang terakhir ini adalah impian dari setiap kita, impian dari setiap umat muslim.
Dalam perjalanan pulang, seorang ibu yang rumahnya berjarak sekitar 100 meter dari saya, membisiki: " Jeng, nanti bisa tunggu sebentar ya dirumah saya, saya ada dompet kecil hasil sulaman sendiri yang saya ingin berikan untuk kenang2an.. " . Lho ? Dompet warna coklat dengan diberi aplikasi bunga kuning itu memang bukan sesuatu yang luar biasa, tetapi saya membayangkan ketika dia menyulam dan menghiasinya serta membungkusnya untuk akhirnya diberikan kepada saya, sangatlah luar biasa. Hadiah manis dipagi subuh. " Wah .. matur nuwun lho, boleh saya buka disini? ". Ibu tersebut tampak bersuka cita.
Alhamdullilah bahwa pertemanan antar tetangga itu adalah kebahagiaan tersendiri dijaman yang sudah saling cuek ini. Mensyukuri hal hal kecil adalah nikmat. Apalagi ketika sampai rumah, dompet saya hadiahkan kepada ibu, malah nikmat itu berganda sebab beliau ternyata suka dengan warnanya dan sedang " membutuhkan " dompet untuk menyimpan mata uang logam yang sering didapatnya dari tukang sayur .. klop sudah.
Hari ke II Ramadhan ini semoga terlewati dengan selamat, amien ...
( Foto : Masjid Cheng Hoo, diambil dari google.co.id )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar