Sabtu, 08 November 2014










 .. " Mencontoh Pakdhe Lee ? " ..

warga kota Malang  sempat dipusingkan masalah penetapan jalur tertentu yaitu diseputar Gajayana dan sepanjang Betek Dinoyo yang tarik ulur dengan pemkot soal 
Satu Arah dan Dua Arah. 
bak simalakama, dibuat Satu Arah mati ibu, dibuat Dua Arah mati bapak. 
ada yang setuju Satu Arah karena mengatasi masalah kemacetan, tetapi ada yang protes karena bisnis merugi. ada yang setuju Dua Arah, tetapi ada yang cemberut karena jalanan kembali 
macet cet. maka siapakah yang harus lebih dipentingkan dan dirugikan?
sungguh tidak mudah.
contoh lain ' jatuhnya korban ' dari sebuah kemajuan pembangunan adalah digusurnya bangunan bangunan liar yang sudah berpuluh tahun berdiri diarea area tertentu dan bahkan 
pembongkarannya tanpa ganti rugi karena memang tidak berijin ataupun ijinnya selama ini adalah Abu Abu alias tidak jelas jluntrungnya. 
protes dimana mana, karena itu menyangkut masalah perut dan ' hak untuk mencari penghidupan ' pasti ada yang bersuara pada saya " lho kalau liar ya memang harus dibongkar ! " . 
atau contoh lain yaitu dibongkarnya kawasan kawasan resmi berijin dikarenakan kepentingan pembangunan demi kesejahteraan umum.


 dua contoh ini, Yang Berijin dan Yang Tidak Berijin dimata sebuah master-plan pembangunan , apapun itu dan dimanapun, adalah sama, yang membedakan cuma masalah Hak Ganti Rugi sesuai dasar hukum masing masing kawasan. 
mungkin kira kira begitu.
jadi, bagaimana sebenarnya atau seharusnya sebuah perubahan dapat dipahami dan diterima secara Win Win oleh semua pihak ? hal  pertama yang perlu diperhatikan adalah sosialisasi dan komunikasi, kedua komunikasi, ketiga komunikasi.
alot ?
wajar . karena hampir selalu ada pihak pihak yang merasa dirugikan baik moril maupun materiil. maka jalan keluarnya  masih terus diupayakan pada temu wicara yang ke II dst.
 buang buang waktu dan menghambat proses pembangunan ?
 maka tersedia cara ke II yaitu Bras Bres Brus alias langsung saja digerus, dibongkar, diratakan dan dibangun sesuai master plan, beres !
protes dan ribut ribut ?
 itu adalah harga sebuah perubahan.
dua model pilihan ini, sama sama memiliki sisi Tidak Enak. 
tetapi dimanakah sebuah perubahan yang bisa memuaskan semua pihak ? hampir mustahil. contoh lebih kecil, bila dalam sebuah perusahaan ada isu penggantian manajemen / pemegang saham, terjadilah keresahan antara Stay dengan resiko berganti posisi / rank atau  Leave dengan resiko kehilangan pekerjaan meski mendapat pesangon tertentu. 


mari semenit kita tengok contoh model perubahan paling ekstrem yaitu  saat Mr. Lee Kuan Yew menjadi PM Singapura 
( 59 - 90 ) yang berhasil menaikkan kelaskan Singapura dari kelas kambing kekelas sapi
 ditataran internasional. 
 Pak Lee ini dikenal otoriter dan memberlakukan 
UU penghukuman bagi pemfitnahan, sehingga lawan lawan politiknya saat itu tak berkutik.
 dengan tangan besinya ia bertekad membangun dan merubah Singapura menjadi ' berlian kecil ' yang mencorong dikawasan Asia Tenggara dan memisahkan diri dari Malaysia. 
didalam negeri, ia menjadi ' musuh ' rakyatnya karena merubah Singapura membutuhkan langkah langkah ekstrem seperti pembongkaran, pemerataan dan perluasan kawasan tertentu yang tentu saja menjatuhkan banyak korban diantara kepentingan perut warganya yang 
terusik dengan Grand Design dari pak Lee ini. 


tetapi tekadnya untuk ' siap dimusuhi demi kemajuan Singapura ' pada akhirnya memang berbuah manis, pak Lee berhasil meletakkan dasar dasar pembangunan Singapura kearah 
sebuah Negara Maju yang diakui oleh jagad internasional.
( pertama kali saya berkesempatan menginjak negeri pak Lee ditahun 1977 saya masih bisa makan di PKL Orchad Road, Carpark, dan kesekian kali setelah itu bahkan yang terakhir tahun 
lalu, kawasan itu sudah lama lenyap berganti dengan wajahnya yang 
rapih, bersih,canggih dan modern serta diberlakukannya sistim denda ketat bagi macam macam pelanggaran kecil sampai besar seperti buang sampah sembarangan, kentut di lift dll )
 bahkan saat pak Lee akhirnya mundur tahun 1990 dan digantikan anaknya, Lee Jr, warga Singapura justru lebih memberi penghormatan dan pengakuan pada bapaknya daripada anaknya yang dianggapnya hanya sebagai ' penerus ' dan bukan ' pelopor ' 
( demikian tinggi nilai sebuah kepeloporan ! )


kalau kemudian ada yang komplain mengapa sih saya seolah membandingkan Malang dengan Singapura ? tak lain karena luasnya ini lho. 
sebagai perbandingan, tahun 76 luas Singapura saat itu cuma sekitar 580 kilometer persegi. 
naa berkat kejelian pak Lee dan kebodohan kita yang mau maunya pulau dan pasir pasir kita dikeruk mereka , maka luas Singapura secara ajaib bertambah menjadi saat ini 
sekitar 700 km persegi ! adapun luas kota Malang itu hanya sekitar 145km persegi tapi kalau ditambah Batu dan kabupatennya ya sekitar 3800 km persegi. 
dengan perbandingan inilah menarik untuk dicermati betapa cerdiknya Singapura operasi bedah wajah, sedangkan kita disini dari duluuuu ya masih begini begini saja padahal dari sisi jumlah penduduk dan SDM/ SDA kita jauhhhh diatas mereka ! 
lha ini lo, dimana ' koslet ' nya ? sebuah kemajuan bisa dilihat kalau ada pembanding,
tanpa pembanding dikhawatirkan kita sudah merasa hebat atau PD padahal Singapura itu dulunya ada ' dibawah ' kita. naaa .... bagaimana ini ? 
dan sebagaimana saya pernah tulis dihalaman lain tentang " kalau pemimpin ingin ada perubahan, harus siap dibenci dan dimusuhi " ( Mr. Lee Kuan Yew ) itu 100% benar,
 karena perubahan pasti membawa dampak negatip positip dan umumnya negatipnya lebih banyak pada awalnya meskipun diakhiri dengan positip yang jauh lebih banyak diujungnya !
tapi siapakah pemimpin2 yang siap ' tidak disukai ' ? 
nyatanya hanya sangat sedikit, sebab mengambil hati rakyat dan dicintai rakyat adalah idaman setiap pemimpin sekecil apapun skalanya !
kalau yang siap dimusuhi rakyat biasanya baru dicintai rakyatnya seringkali SETELAH sang pemimpin wafat, ini ironisnya !
 mengapa ? karena hasil dari tangan besinya untuk kemajuan dan kemakmuran rakyatnya itu membutuhkan waktu luamaaa sampai akhirnya  manfaatnya disadari oleh rakyatnya !
memang ironis. 
jadi hanya ada dua jenis pemimpin didunia ini :
01. yang ingin dicintai rakyat, karena tidak membuat perubahan berarti dan tidak ingin mengusik ketenteraman hidup rakyatnya melalui berbagai Rencana Perubahan.
02. yang siap untuk tidak populer/ disukai/ dicintai karena menginginkan perubahan radikal demi kesejahteraan/ kemakmuran rakyatnya dalam jangka pendek/ panjang.
bagaimana yang di tengah2 alias Setengah Dicintai dan Setengah Dibenci ? ada juga,
 mereka ini jenis yang  " flexibel " karena melihat situasi, kalau sekiranya aman mereka adakan perubahan dan kalau tidak aman memilih mendiamkan. 
sejenis bunglon ? mungkin, karena batas flexibel dengan bunglon memang tipis.
maka bagi para calon calon pemimpin, apapun dan dimanapun Anda akan ' barkarir ', semoga Anda Anda memiliki ' baterei lebih ' dalam menghadapi gejolak atau krisis yang diakibatkan oleh perubahan yang Anda ingin lakukan demi kesejahteraan rakyat, karyawan atau bawahan Anda, siapapun mereka asalkan apa apa yang Anda perjuangkan itu memang benar benar untuk kesejahteraan dan kepentingan mereka 
( bukan kepentingan pribadi/ keluarga/ kelompok Anda ! )
maka bersiaplah untuk Tidak Populer, Tidak Disukai, Tidak Dicintai bahkan Tidak Dipilih Lagi atau lebih parah Tidak Dikenang Lagi Sebagai Pahlawan, karena harga sebuah perubahan kearah yang lebih baik, maju dan positip itu memang mahal dan memerlukan sebuah
 style dari leadership yang yang Mumpuni, Berjiwa Besar serta Siap Digeruduk !
naa ... dimana pilihan Anda ? 
( th )
( gambar dari google ) 
 01. singapura saat ini, marina-bay
02. ' tangan besi ' lee kuan yew
03. singapura tempo - doeloe, semrawut
04. pelabuhan singapura tempo - doeloe
05. singapura saat ini, mencorong ..
06. kehijauan ditengah kota Singapura

Tidak ada komentar: