Kamis, 06 November 2014







.. " Ting Tang Ting Tong .... " ..

kalau yang Ting Tang Ting Tong adalah seorang manula, sudah sering saya saksikan.
 mereka adalah penjual gambang atau gamelan mini yang terbuat dari kayu gabus dan bilah bilah logam tipis. biasanya cara menjajakannya dengan dibunyikan,
 sehingga menarik perhatian yang mendengar dan harapannya tentu saja membelinya.
 dengan harga sekitar 20 - 25 rupiah perbiji, 
kita sudah dapat menikmati dan memainkan sendiri gending gending dolanan anak anak yang dijaman dulu sering dimainkan para ortu di jawa untuk anak anaknya. ada gending misalnya Gambang Suling,Ilir Ilir, Gundhul Pacul dll. 
tetapi disuatu siang diluar pagar rumah, saya melihat seorang remaja ber Ting Tang Ting Tong menjajakan gambangnya kepada yang lewat disitu. saya surprise sebab seusianya koq 
" mau maunya " berjualan alat musik tradisionil yang sudah jadul ini,
 apakah tidak khawatir ditertawakan teman temannya ? 
rasanya lebih pantas kalau ia berjualan kaos atau sticker atau apapun yang masih berbau bau remaja seusianya. maka saya pun penasaran dan menemuinya sambil menenteng kamera .
 " mas, dijual ya ? " 


( ini sungguh sebuah pertanyaan bodoh, tetapi saya memang sempat ragu ragu sebab siapa tahu dia cuma iseng menjaga kerdus berisi gambang sambil Ting Tang Ting Tong ) .
 " oya bu, per bijinya 25 ribu " jawabnya.
maka sayapun mengambil satu buah dan meminta ijin memotretnya. terjadi sedikit dialog :
" buatan sendiri ? " , dijawab " endak bu, saya hanya menjualkan " .. " ooo, " banyak yang beli juga ya mas ? " ... " lumayan bu, terutama di dekat sekolah2 atau kampung kampung " ... oooo ... 
dengan tanpa canggung remaja ini berkisah tentang ' profesi' nya sebagai
 ' sales ' nya gambang dan saya tidak mendapat kesan adanya rasa jengah atau malu, salut ! apapun itu, adalah jauh lebih baik daripada tidak beraktivitas
 dan menghasilkan sesuatu meski kecil.
 apalagi yang dipilihnya adalah sebuah  produk yang Tingkat Kesulitan Menjualnya Cukup Tinggi. siapakah remaja atau anak anak  yang tertarik membelinya kecuali mereka yang 
kebetulan besar dan tumbuh dilingkungan adat Jawa yang kental?
apalagi anak anak remaja saat ini sudah jauh lebih mengagumi segala permainan maupun peralatan yang berteknologi tinggi dan memiliki ketergantungan besar padanya.


 saat saya jeprat jepret tiba tiba ada seorang bapak yang motornya berhenti didekat kami dan membeli sebuah . saya cukup surprise sebab saya mengenal beliau ( bukan saja sebagai tetangga ) plus putra/inya yang masih balita hingga usia remaja yang setahu saya semuanya memiliki lingkungan pendidikan dan pergaulan yang bagus dan modern. 
sehingga pembelian gambang ini bagi saya adalah sebuah Kejutan Manis bahwa ternyata beliau masih sangat ingin melestarikan nilai nilai tradisionil untuk putra/inya. 
gambang hanyalah sebuah alat musik dolanan yang sepintas tampak sangat sederhana dan tak terlampau punya makna kecuali sekedar sebagai alat musik mainan anak balita.
 tetapi sesungguhnya ia adalah sebuah Penanda Jaman bahwa ditengah arus modernisasi dan globalisasi yang tanpa batas ini, kita seolah  diingatkan untuk senantiasa Back to Basic sebagai sebuah bangsa yang memiliki nilai nilai budaya luhur dan tinggi yang 
dari abad ke abad banyak dikagumi oleh bangsa asing tetapi mengapa kita yang memilikinya justru mulai mengabaikan dan melupakannya?
suara Ting Tang Ting Tong terdengar makin samar nyaris tak terdengar, namun meski sayup ia masih akan selalu ada dan menjaga kita agar tidak larut dan luntur dalam putaran jaman yang
semakin maju, canggih dan modern ini.
adakah diantara pembaca yang memang masih peduli ? 
( th )
( photos by : th, Oktober 2014 )






Tidak ada komentar: