siang terik itu, mungkin lebih terik dari Surabaya disisi rel KA disamping Bakso President Malang, ada suara musik yang cukup " berisik " karena mono, yang mengiringi tarian Jatilan atau Jaran Kepang atau Kuda Lumping dari sebuah tape.
seorang yang saya perkirakan berusia 70an tahun dengan makeup mencolok serta dandanan penari Jatilan, nampak bersemangat menggerakkan kudanya yang terbuat dari gedhek/ anyaman bambu. tidak ada penontonnya, kecuali beberapa
tamu di kedai bakso itu
tetapi tidak mengendorkan semangatnya untuk beraksi.
tamu di kedai bakso itu
tetapi tidak mengendorkan semangatnya untuk beraksi.
gerakan gerakannya cukup dinamis untuk usianya yang sudah senja, tetapi spirit yang dimilikinya tampaknya mengalahkan usianya dan saya meninggalkan
mangkok bakso dimeja, mencari angle yang pas untuk menjepretnya.
mangkok bakso dimeja, mencari angle yang pas untuk menjepretnya.
regenerasi dari pengamen Jatilan jalanan ini nampaknya tidak banyak bahkan nyaris punah, berbeda dengan jaman saya kecilllll dulu yang hampir
mudah ditemukan dimana mana.
mudah ditemukan dimana mana.
generasi baru kelihatannya lebih suka mengamen membawa alat musik,
selain praktis juga lebih " menjual " karena perkembangan lagu lagu baru itu menjadi
selling-pointnya, sementara Jatilan
" ya itu itu saja musik dan gerakannya ", kira kira begitu mungkin ?
padahal sebenarnya Jatilan ini adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang bahkan banyak menarik bangsa asing untuk mempelajari dan menelitinya.
sejarah Jatilan sendiri konon jauh surut kejaman raja raja Jawa kuno yang dalam lawatan LN nya ( cieee, seperti diplomat saja ya ... ) kesebuah negeri , terpesona dengan pasukan berkuda dari negeri tsb. hal inilah yang menginspirasinya
untuk memiliki pasukan berkuda yang sama, tetapi dimodifikasi dalam bentuk
kuda2an dari bambu.
untuk memiliki pasukan berkuda yang sama, tetapi dimodifikasi dalam bentuk
kuda2an dari bambu.
Jatilan menuju kepunahan? entahlah. mungkin seperti juga gamelan, wayang dll, satu saat nanti kita akan belajar Jatilan ini dari orang Jerman atau Australia.
seperti yang tampak di tv pagi tadi di Adelaide, Australia, seorang guru gamelan Jawa itu asli tulen bule Australia, dengan salah satu siswanya orang Indonesia yang ada disana.
naaa loo, jangan pernah berkata " Tak Mungkin " ... !
( th )
( photos by : th, Jatilan Dipinggir Resl KA, Ciliwung, Malang )
( th )
( photos by : th, Jatilan Dipinggir Resl KA, Ciliwung, Malang )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar