Minggu, 18 Mei 2014











.. " nDableg atau berkebutuhan ribut ? " ..

untuk yang kesekian kali saya menulis tentang masalah " ndableg " ini yang terjemahannya kira kira adalah Bebal, Kurang Peka atau Pura Pura Tidak Paham atau Mati Rasa. 
saya memilih yang terakhir saja, yaitu Mati Rasa dalam artian 
Rasa nya yang mati, bukan orangnya.

ada teman yang memiliki level Mati Rasa atau Ndableg ini lumayan tinggi, semisal Mie Setan barangkali ber level 10 hehe .. lha namanya saja Mati Rasa atau MR, 
maka betapapun orang lain jengkel, sebel, marah bahkan murka dengan sikapnya yang Ndableg karena  mengulang ulang hal hal yang sudah jelas jelas  
Menyinggung Perasaan , Merendahkan Martabat Orang Lain atau Menyakiti
ybs ternyata tidak  sekalipun merasa bersalah apalagi meminta maaf .

contoh konkritnya begini misalnya : 
" saya ngga bermaksud mempermalukan dia diruang publik, saya kan cuma mengatakan yang sejujurnya atau apa adanya, dia aja yang sensi, lagian memang sudah 
sifat saya yang apa adanya, mau gimana lagi ? "  .... 

apapun dan siapapun yang dia permalukan diruang publik tidak kita bahas disini.
 sebab sudah pasti itu adalah sesuatu atau seseorang atau sekelompok orang yang merasa dirugikan secara moril dengan sikap dan perkataannya, apapun itu.



 yang dibahas disini adalah MENGAPA si Ndableg ini 
Tidak Memiliki Rasa Bersalah dan bahkan MEMBALIKKAN KESALAHAN justru pada orang yang dirugikannya seperti pada komentarnya diatas yaitu :
" dia aja yang sensi " !

bila diurut mundur kebelakang hingga sampai pada Masa Kecil yang berkaitan dengan PolaAsuh, barangkali akan bertemu dengar akar permasalahannya. 
atau bisa saja pemilik MR ini tumbuh dalam sebuah lingkungan tertentu
 yang menumbuh suburkan ketidak pekaannya karena 
tidak adanya Sensor dari lingkungan terdekatnya alias lingkungannya senantiasa 
Memberinya Peluang Untuk Merasa Selalu Benar, 
sehingga tumbuh dalam sebuah
 Ketidak Mampuan Membaca Rasa Orang Lain ( berempati )

apabila ketidak pekaannya ini menimbulkan konflik dengan seseorang atau sekelompokorang,anehnya  ia justru seperti 
Menikmati Atmosfer Konflik ini.
 dan dengan " kepiawaiannya " membolak balikkan fakta, 
dari conflict - maker seolah menjadi seorang peace - maker, ia justru terlihat 
Happy, Balance dan Menjadi Orang Bijak, 
dan banyak yang mempercayai sikap dan kata2nya 
karena keahliannya dalam olah wicara.



 bagaimana menghadapi orang orang MR ini ? 
ada beberapa pilihan yang tidak selalu berhasil namun lebih baik dicoba daripada tidak sama sekali sebab Mendiamkan nya justru seringkali dimanfaatkan oleh si MR ini untuk 
lebih " menekan ". Ini pilihannya :

01. ajaklah berbicara 4 mata secara baik baik, utarakan keberatan kita atas sikap/ kata2nya yang selalu menimbulkan ketidak nyamanan bahkan menyinggung.

02. menegur langsung agar tidak mengulang lagi sikap dan perkataannya yang melukai.

03. bila kurang berhasil, memakai orang ke 3 yang memiliki pengaruh besar pada si MR  yang pada umumnya ia " sungkani " misalnya atasannya, atau sahabatnya dll. 

04. bila masih diulang ulang, berikan " tekanan " yang seimbang yaitu respon yang cukup keras untuk " mengimbangi " ke ndableg annya !

05. dan sebagai " schock-therapy " kalau saja si MR ini tidak menghentikan aksinya dan 
" men teror " secara psikis kepada " korban " nya, 
maka lakukan pilihan terakhir yaitu
membawanya ke ranah hukum karena sudah sangat merugikan secara moril. 
tentu cara ini beresiko, karena bukan tidak mungkin si MR harus " menebus " ke ndableg annya dengan beberapa tahun dibelakang tirai besi sebagai akibat Pencemaran Nama Baik. 

berbagai kasus hukum banyak yang telah mencontohkan hal ini. 
seringkali kita baca di koran dimana antar tetangga saling ribut gara gara teguran berkali kali tetapi tidak diindahkan dan bahkan yang ditegur seolah menantang untuk ribut. 

misalnya tetangga A menegur tetangga B yang dianggapnya sering keterlaluan dalam becanda atau mengejek. sayangnya teguran tidak pernah digubris bahkan tanpa rasa bersalah ejekan masih saja sering dilontarkan dihadapan tetangga 2 lainnya yang baginya 
adalah  " cuma becanda " . 
 dan ketika akhirnya kesabaran tetangga A habis, maka yang muncul adalah 
Surat Panggilan Polisi. 


    alangkah sederhana sebenarnya masalahnya, yaitu Pengendalian Sikap/ Kata Kata, 
namun bagi sebagian orang, nampaknya ini cukup sulit sebab dalam 
mekanisme pertahanan mereka ini dianggapnya 
 " Hanya Sebuah Canda dan Tidak Bermaksud Merugikan Orang Lain "

becanda memang lucu, tetapi bisa menjadi tidak lucu sama sekali disaat canda itu 
Merendahkan Martabat Orang Lain. 
naa ... siapkah menikmati dinginnya jeruji besi lewat sebuah canda ?
( th ) 

( gambar gambar dari google )

Tidak ada komentar: