untuk yang kesekian kali saya menulis tentang masalah " ndableg " ini yang terjemahannya kira kira adalah Bebal, Kurang Peka atau Pura Pura Tidak Paham atau Mati Rasa.
saya memilih yang terakhir saja, yaitu Mati Rasa dalam artian
Rasa nya yang mati, bukan orangnya.
ada teman yang memiliki level Mati Rasa atau Ndableg ini lumayan tinggi, semisal Mie Setan barangkali ber level 10 hehe .. lha namanya saja Mati Rasa atau MR,
maka betapapun orang lain jengkel, sebel, marah bahkan murka dengan sikapnya yang Ndableg karena mengulang ulang hal hal yang sudah jelas jelas
Menyinggung Perasaan , Merendahkan Martabat Orang Lain atau Menyakiti
ybs ternyata tidak sekalipun merasa bersalah apalagi meminta maaf .
contoh konkritnya begini misalnya :
" saya ngga bermaksud mempermalukan dia diruang publik, saya kan cuma mengatakan yang sejujurnya atau apa adanya, dia aja yang sensi, lagian memang sudah
sifat saya yang apa adanya, mau gimana lagi ? " ....
sifat saya yang apa adanya, mau gimana lagi ? " ....
apapun dan siapapun yang dia permalukan diruang publik tidak kita bahas disini.
sebab sudah pasti itu adalah sesuatu atau seseorang atau sekelompok orang yang merasa dirugikan secara moril dengan sikap dan perkataannya, apapun itu.
Tidak Memiliki Rasa Bersalah dan bahkan MEMBALIKKAN KESALAHAN justru pada orang yang dirugikannya seperti pada komentarnya diatas yaitu :
" dia aja yang sensi " !
bila diurut mundur kebelakang hingga sampai pada Masa Kecil yang berkaitan dengan PolaAsuh, barangkali akan bertemu dengar akar permasalahannya.
atau bisa saja pemilik MR ini tumbuh dalam sebuah lingkungan tertentu
yang menumbuh suburkan ketidak pekaannya karena
tidak adanya Sensor dari lingkungan terdekatnya alias lingkungannya senantiasa
Memberinya Peluang Untuk Merasa Selalu Benar,
sehingga tumbuh dalam sebuah
Ketidak Mampuan Membaca Rasa Orang Lain ( berempati )
apabila ketidak pekaannya ini menimbulkan konflik dengan seseorang atau sekelompokorang,anehnya ia justru seperti
Menikmati Atmosfer Konflik ini.
Menikmati Atmosfer Konflik ini.
dan dengan " kepiawaiannya " membolak balikkan fakta,
dari conflict - maker seolah menjadi seorang peace - maker, ia justru terlihat
Happy, Balance dan Menjadi Orang Bijak,
dari conflict - maker seolah menjadi seorang peace - maker, ia justru terlihat
Happy, Balance dan Menjadi Orang Bijak,
dan banyak yang mempercayai sikap dan kata2nya
karena keahliannya dalam olah wicara.
ada beberapa pilihan yang tidak selalu berhasil namun lebih baik dicoba daripada tidak sama sekali sebab Mendiamkan nya justru seringkali dimanfaatkan oleh si MR ini untuk
lebih " menekan ". Ini pilihannya :
01. ajaklah berbicara 4 mata secara baik baik, utarakan keberatan kita atas sikap/ kata2nya yang selalu menimbulkan ketidak nyamanan bahkan menyinggung.
02. menegur langsung agar tidak mengulang lagi sikap dan perkataannya yang melukai.
03. bila kurang berhasil, memakai orang ke 3 yang memiliki pengaruh besar pada si MR yang pada umumnya ia " sungkani " misalnya atasannya, atau sahabatnya dll.
04. bila masih diulang ulang, berikan " tekanan " yang seimbang yaitu respon yang cukup keras untuk " mengimbangi " ke ndableg annya !
05. dan sebagai " schock-therapy " kalau saja si MR ini tidak menghentikan aksinya dan
" men teror " secara psikis kepada " korban " nya,
maka lakukan pilihan terakhir yaitu
membawanya ke ranah hukum karena sudah sangat merugikan secara moril.
tentu cara ini beresiko, karena bukan tidak mungkin si MR harus " menebus " ke ndableg annya dengan beberapa tahun dibelakang tirai besi sebagai akibat Pencemaran Nama Baik.
berbagai kasus hukum banyak yang telah mencontohkan hal ini.
seringkali kita baca di koran dimana antar tetangga saling ribut gara gara teguran berkali kali tetapi tidak diindahkan dan bahkan yang ditegur seolah menantang untuk ribut.
misalnya tetangga A menegur tetangga B yang dianggapnya sering keterlaluan dalam becanda atau mengejek. sayangnya teguran tidak pernah digubris bahkan tanpa rasa bersalah ejekan masih saja sering dilontarkan dihadapan tetangga 2 lainnya yang baginya
adalah " cuma becanda " .
adalah " cuma becanda " .
dan ketika akhirnya kesabaran tetangga A habis, maka yang muncul adalah
Surat Panggilan Polisi.
namun bagi sebagian orang, nampaknya ini cukup sulit sebab dalam
mekanisme pertahanan mereka ini dianggapnya
" Hanya Sebuah Canda dan Tidak Bermaksud Merugikan Orang Lain "
becanda memang lucu, tetapi bisa menjadi tidak lucu sama sekali disaat canda itu
Merendahkan Martabat Orang Lain.
naa ... siapkah menikmati dinginnya jeruji besi lewat sebuah canda ?
( th )
( gambar gambar dari google )
( gambar gambar dari google )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar