Terima Kasih, buku itu ..
( " LELAKI HARIMAU " sudah terlalap habis, buat PS )
Kemarin , perjumpaan tidak sengaja disebuah toko dipojok jalan Arjuna, sudah tentu menyenangkan. " Lho ... waa ... mborong? Pakabar ? " ... Surprise, sebab sudah cukup lama kerabat yang satu ini tidak ketemu, juga telepon, sms ataupun email atau say hello di fb dll.
" Waaa ... malah ketemunya disini yaa he he ... gimana mbak, maaf lo saya lama tidak muncul, baru balik dari Bali " ... wow ... rupanya masih bolak balik Jawa Bali. Maka dengan agak " mojok " didekat rak keripik keripik, kami berbincang " gayeng " tentang macam macam hal, keluarga, kesehatan, kesibukan masing masing.
" Waaa ... malah ketemunya disini yaa he he ... gimana mbak, maaf lo saya lama tidak muncul, baru balik dari Bali " ... wow ... rupanya masih bolak balik Jawa Bali. Maka dengan agak " mojok " didekat rak keripik keripik, kami berbincang " gayeng " tentang macam macam hal, keluarga, kesehatan, kesibukan masing masing.
Sampai akhirnya sebuah pertanyaan tak terduga muncul :
" Gimana mbak, Lelaki Harimau nya bagus? Pendapat mbak tentang itu? "
Kaget , sebab tidak ternyana nyana bahwa pembicaraan akan menyentuh masalah buku. Saya menerimanya sekian bulan lalu dari si penanya ini, sebuah buku saku setebal 192 halaman, penulisnya masih belia, Eka Kurniawan.
Terus terang, menghadiahi buku itu bukan masalah sederhana. Karena pemahaman terhadap kegemaran, pandangan atau pikiran atau way of thinking seseorang juga ikut menentukan jenis buku yang akan kita hadiahkan. Sungguh mustahil kalau kita memberi buku yang sama sekali tidak sesuai dengan personality atau kesukaan seseorang, dijamin buku akan tergeletak sia sia dan tidak bermanfaat apa apa.
Misal : dengan kegemaran pada buku buku ilmiah populer seseorang akan tidak tertarik untuk membaca kumpulan cerpen atau komik fiksi. Tetapi yang saya terima dari kerabat ini memang sebuah " kejutan " bahwa ada " penyeberangan selera " yang dia tahu betul, tetapi itu " tdak dipedulikannya " dan " kenekadannya " untuk " memaksa " saya membacanya pastilah ada sesuatu yang tersirat dalam benaknya.
Tentu saya sudah melahapnya habis, dalam sebuah perjalanan panjang sekian bulan lalu dan bahkan akhirnya saya mengulang ulangnya dalam perjalanan tersebut. Luar biasa. Dari sebuah keengganan membacanya menjadi sebuah " kesukaan " ... Bahasa dan ungkapan dalam buku ini sangat lugas, unik dan penuh idiom idiom ganjil namun menukik langsung kepada sasaran. Contoh :
Misal : dengan kegemaran pada buku buku ilmiah populer seseorang akan tidak tertarik untuk membaca kumpulan cerpen atau komik fiksi. Tetapi yang saya terima dari kerabat ini memang sebuah " kejutan " bahwa ada " penyeberangan selera " yang dia tahu betul, tetapi itu " tdak dipedulikannya " dan " kenekadannya " untuk " memaksa " saya membacanya pastilah ada sesuatu yang tersirat dalam benaknya.
Tentu saya sudah melahapnya habis, dalam sebuah perjalanan panjang sekian bulan lalu dan bahkan akhirnya saya mengulang ulangnya dalam perjalanan tersebut. Luar biasa. Dari sebuah keengganan membacanya menjadi sebuah " kesukaan " ... Bahasa dan ungkapan dalam buku ini sangat lugas, unik dan penuh idiom idiom ganjil namun menukik langsung kepada sasaran. Contoh :
" Pada lanskap yang sureal, Margio adalah bocah yang menggiring babi kedalam perangkap. Namun disore itu ketika seharusnya rehat menanti musim petburuan, ia terperosok dalam tragedi pembunuhan paling brutal ... " ( dikutip dari Lelaki Harimau, Gramedia 2004, Eka Kurniawan )
Sebetulnya, saat buku ini dihadiahkan kepada saya, tidak ada alasan sama sekali kala memberinya, sebab kelahiran saya ada di angka genap, 02.02, dan buku itu diberikan pada awal Oktober yang lalu. Juga tidak ada peristiwa penting lainnya yang bisa dijadikan alasan menghadiahi sesuatu pada seseorang.
Saya ingat ketika buku itu dibawa kerumah, katanya dengan enteng : " Mbak, ini ada buku bagus, saya beli buat mbak, kalau santai santai dibaca ya .." . Dari judulnya saya sudah merasa
" seram " tetapi saya tidak banyak bertanya melainkan berterima kasih dan berjanji akan melahapnya.
Saya tidak yakin bahwa saya akan menyukai isinya, tetapi sebuah perjalanan panjang telah memberi peluang untuk membacanya bahkan ber ulang ulang. Sebuah tragedi kehidupan, buku itu diluar dugaan saya, sarat dengan pesan.
" Oya .. bagus... saya suka gaya penulisannya .. sebuah sisi gelap anak manusia .. "
" Menurut mbak, setiap kita punya to sisi itu?"
" O ya pasti .. mau dinamakan apa, itu silahkan saja. Sisi malaikat dan sisi setan. Sisi domba dan sisi serigala. Sisi kebenaran dan keculasan dst dst ... terserah namanya apa ... "
" Lalu, kalau seperti dalam buku ini, kenapa akhirnya sisi gelap yang dipilih?"
" Sebetulnya manusia itu punya sensor Ego kok. Jadi tidak sekonyong konyong. Banyak alasan yang mendasari pilihan sikapnya menghadapi sesuatu masalah atau hal. Antara lain seberapa ketahanan kita menghadapi pressure , terkadang masalahnya sama tetapi tiap orang akan mereaksi berbeda, lha itu setelah melewati sensor tadi, sebab sebuah kemarahanpun melewati sensor kok, jadi kita akan dihadapkan pada pilihan pilihan :
* kalau pun marah, aku akan mengamuk membabi buta atau berbicara keras keras agar dunia tahu siapa aku dan takut kepadaku
* kalau setengah marah, aku akan membicarakannya baik baik atau mencari jalan keluar
* kalau aku tidak marah, aku akan diamkan dan biarkan semuanya mengalir begitu saja
* kalau aku tidak marah, aku akan diamkan dan biarkan semuanya mengalir begitu saja
" Mbak belum menjawab saya, kenapa orang memilih yang tergelap atau terjelek?"
" Ukuran jelek tidak jelek itupun relatip, disini masalahnya. Bagi yang memilih pilihan paling gelap atau paling jelek dalam istilahmu, mungkin sensor ego nya membenarkan pilihannya agar
tidak lagi tertekan dan pilihan itu akan membebaskannya dari tekanan tekanan itu . Ingat, ukuran itu berbeda dari orang ke orang, dipengaruhi banyak faktor antara lain oleh pola asuh masa kecil, lingkungan , pendidikan, budaya dan lain lain .. kompleks pokoknya "
" Bener juga ya mbak, makanya sering kita baca kejadian kejadian tragis yang dilakukan justru oleh orang orang terdekat kita seperti ayah ibu atau anak kandung dan lain lain .. "
" Yaa .. sebab justru orang orang terdekat itu merupakan " kantong kantong pressure " bagi sebagian orang, karena kehidupan itu berputar hampir tiap saat didekat kantong kantong tadi dan ketika sudah melebihi pertahanan yang dimilikinya, meletus menjadi tindak tindak diluar nalar dan berakhir biasanya dibalik jeruji .... "
" Hmmm ... serem .. tapi saya seneng bahwa mbak ternyata suka buku itu ... ", saya tertawa karena saya sangat yakin bahwa kerabat ini bukan tanpa alasan memberikannya kepada saya. Tersirat namun tak tertulis, ini salah satu sikapnya yang saya sukai. Less talk, think and act more. Apakah karena attitude ini pula yang membuat kerabat ini sukses sebagai pengusaha muda, mungkin ..
Kami berpisah diparkiran toko, dengan sebuah janjinya bahwa kalau nanti menemukan buku lain yang bagus akan dikirimkan kepada saya ... Semoga itu bukan Lelaki Harimau part II, tetapi kalaupun iya, sungguh saya tidak akan menolaknya.
Kepada penulisnya, Eka Kurniawan, bila Anda membaca ini, saya menunggu saga itu berlanjut, mungkin bagaimana Margio melaju hidup bersama " harimau " nya ...
( TH )
Keterangan foto : ( photos by : TH )
Sampul buku " Lelaki Harimau "
2 komentar:
boleh pinjam bukunya? atau kalau boleh saya beli. karena saya cari di toko buku-toko buku online, semuanya out of stock.
terima kasih
dear Ginza, saya akan copy kan ya dan kirimkan, dimana alamatnya? saya juga kesulitan menemukan novel2nya EK dan LH ini cuma satu2nya. tolong kirim alamatnya, ok?salam :th
Posting Komentar