Pesta Rakyat Sarat Pesan Budaya "
membaca judul diatas jangan salah .
saya buatkan tulisan khusus mengenai mantennya
Kaesang & Reina ini bukan karena alasan tunggal
yaitu karena Kaesang adalah putra presiden
dan Erina adalah finalis Putri Indonesia 2022
dengan seabreg prestasi akademisnya dan putri dari
keluarga yang juga sangat berpendidikan .
menurut saya itu sudah wajar karena berbesan dengan
presiden sudah tentu menjadi sorotan publik .
jadi mengapa saya harus repot membuat tulisan ini ?
menurut saya ( bukan menurut pembaca lho .. )
alasan pertama saya adalah :
pasangan ini sudah membekaskan
" pesan pesan budaya " dengan munculnya foto foto
keduanya dalam berbagai baju adat pernikahan
dari daerah daerah yang ada ditanah air .
ada baju adat pernikahan Bali ,
kemudian dari Nusa Tenggara Timur ,
disusul selanjutnya dari Lampung , lalu
Kalimantan Timur ( Dayak ) , juga dari Gorontalo
dan terakhir Papua !
foto foto baju adat dari enam provinsi di tanah air ini
tersebar di dunia maya bak sebuah pesan indah :
" Inilah kekayaan budaya Indonesia , tak ada
yang lebih indah satu dari yang lain karena
Indonesia adalah sebuah Taman Bunga dengan
Aneka Warna Bunga nya yang mempesona " !
luar biasa .
prosesi pernikahan itu sendiri yang menampilkan
dua budaya yakni Solo dan Yogya tetapi kedua budaya
ini mampu menyatu dalam sebuah tampilan yang apik !
tidak ada perdebatan karena kedua budaya ini
secara umum mewakili kearifan lokal masyarakat
kedua daerah yang notabene sesama " wong Jowo "
dengan segala tradisi dan unggah ungguhnya .
dimulai dengan acara pengajian ditempat
masing masing , kemudian esoknya adalah pemasangan
bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa
sebagai simbol dimulainya rangkaian
hajatan pernikahan , baik di Solo maupunYogya oleh
masing masing keluarga .
masing masing calon mempelai dikedua kota yang
terpisah dan acara sungkeman yang menyedot emosi
hingga sayapun ikut " mbrebes mili " saking harunya
sekaligus teringat kepada upacara yang sama
ditahun 1979 ketika ayah kandung anak anak saya
yang kebetulan berasal dari benua yang jauh ,
melakukan sungkeman pada bapak ibu hehehehe ....
( maaf ya jadi sentimental ) .
untuk Reina , kemudian dilanjutkan dengan malam
midodareni dan pingitan .
dan sebagaimana kita bisa
saksikan dilayar TV adalah kunjungan keluarga
presiden ke Yogyakarta dengan segenap tradisi yang
mengikutinya seperti perkenalan , seserahan dll .
ah ya , saya sangat bersyukur dan bangga bahwa
hajatan presiden ini laksana sebuah
Pesan Nasional pada bangsanya terutama pada
para milenial agar
" kembali mencintai tradisi dan budaya asli
kita sendiri , yang diwariskan oleh para leluhur
lewat beragam simbol simbol yang begitu indah dan
sarat dengan nilai filosofi serta
kebajikan yang luar biasa " !
sebagai salah satu camilan atau hidangannya
atau dalam seserahannya karena melambangkan
" raket tenan " atau " ngraketke ikatan " atau
pemerat ikatan antara kedua keluarga !
ada puluh hingga ratusan simbol simbol lainnya
yang dipakai selama hajatan ,
mulai dari makanan , hiasan / dekor ,
sarung atau baju , asesori dll .
tahun lalu , saya pernah diundang dalam suatu
pernikahan di Malang yang sebetulnya ortunya
terhitung masih segenerasi dengan saya .
tetapi saya dibuat ter kaget kaget dengan jalannya
prosesi pernikahan yang menurut saya di
baratpun tidaklah demikian .
nampaknya sebagian dari masyarakat kita mulai
menampilkan versi pernikahannya sendiri yang bebas ,
dan sama sekali terlepas dari akar budaya bangsa kita .
saya saksikan dan rasakan saat itu ,
tetapi lebih mirip pesta pesta anak muda yang
semata euphoria dan bahkan
tidak ada momen untuk berdoa .
jangankan sungkeman pada ortu , ortu kedua
belah pihakpun seakan larut dalam " gaya bebas " ini
dan tidak secuilpun ada sentuhan tradisi .
saya miris .
tetapi tentu saja hajatan digedung megah dengan
sekitar 1000 tamu saat itu
dimana yang terpenting bagi mereka adalah hepi ,
siapa yang berhak menyalahkan ?
Doa dan Pesan Pesan bagi Mempelai yang
biasanya dikumandangkan dihadapan mempelai
dan undangan dan malam itu juga sama sekali
tidak ada , semoga saja pengantinnya langgeng
dan SaMaWa .
apakah jaman memang sudah berubah ?
apakah tradisi dianggap merumitkan dan pesta
euphoria lebih praktis ?
tidak sedikit dananya , tetapi jika masyarakat
kita ingin tetap memelihara dan melestarikan
budaya dalam pernikahan yang tidak harus mahal ,
sesungguhnya masih ada cara cara
menyederhanakannya baik yang menyangkut
dipersingkatnya hari dengan menyatukan
2-3 tradisi dalam sehari .
sungguh banyak cara untuk mensiasati nya
tanpa harus meninggalkan tradisi dan hanya
mengadopsi sebagiannya .
tetapi semuanya
kembali pada Niat apakah memang sudah ingin
melepas tradisi sama sekali yang dianggap ribet
dan masuk kedalam sebuah pilihan budaya
yang lebih bebas , tidak mengikat dan tidak
memerlukan simbol simbol kebajikan ?
mungkin kelak tak akan ada lagi tampilan
busana adat atau upacara upacara adat ,
karena dimana mana kita hanya akan
saksikan pesta pesta pernikahan yang penuh
euphoria semata .
apalagi harubiru sungkeman yang sakral , karena para
ortu , pengantin dan tamunya lebih siap untuk
nge dance ber ramai ramai ..
selamat datang budaya kebebasan ,
dan dibelakang hiruk pikuknya ,
ijinkan saya dengan segala kejadulan dan
kekunoannya tetap berdiri tegak menjaga adat dan
tradisi warisan leluhur yang luar biasa ini .
mungkin saya dan orang orang yang seperti saya ,
akan terlindas jaman dan tak lagi
bisa bersuara bahkan akan terpinggirkan
dengan gelak tawa mereka yang memandang
kami adalah biang ribet dan kuno .
tetapi semoga saja , cucu saya masih bersedia
mengulang menggenangnya airmata saat
sungkeman dan juga disaat kumandangnya doa doa
yang sakral di pernikahan mereka kelak ....
melimpah ruahnya perhatian masyarakat umum
disekitar tempat perhelatan dan sepanjang
rute kirab plus disediakannya tenda tenda dan
mamin gratis bagi masyarakat yang umum ,
adalah juga sebuah cerminan betapa hajatan ini
tidak dikhususkan bagi tamu undangan saja
tetapi juga menghormati masyarakat awam untuk
ikut serta merayakannya !
Jokowi yang seringkali mengatakan
" saya berasal dari rakyat kecil " dan saat ini ia
membuktikannya bahwa
" Jokowi adalah presidennya rakyat ,
terutama rakyat kecil dan bukan milik segolongan saja ,
maka segenap jiwa raga dan pengabdiannya
hanya untuk rakyat " .
laksana pulang kampung , Jokowi terlihat begitu hepi
saat kirab dan menyapa masyarakat yang
disepanjang jalan sudah ber jam jam menantinya ..
hajatan terakhir Jokowi ini sekaligus adalah
sebuah hajatan rakyat yang mengangkat dan
mengingatkan kembali kekayaan budaya bangsa ...
selamat pada mas Kaesang dan mbak Erina sebagai
duta duta budaya ...
( Titiek Hariati , 10.12.22 )
gambar diambil langsung dari layar TV & google
keterangan gambar :
01 . sungkeman mempelai pada bpk ibu Jokowi
yang menyentuh hati
02 . saat tiba di Loji Gandrung
****
03 . para menteri yang hadir dan penuh guyonan
****
04 . salah satu adegan saat siraman
****
05 . sungkeman yang penuh haru biru ..
****
06 . Jokowi menyapa hangat rakyatnya
****
07 . Kaesang dan Ibu Mertua
****
08 . Pasrah Nampi
****
09 . seserahan ..
****
10 . antusias warga ( 01 )
11 . antusias warga ( 02 )
****
12 . prewed , ala Papua
13 . prewed, ala bali
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar