( 03 )
dibagian ke 3 ini , secara khusus saya tulis buat
seorang ibu yang luar biasa , namanya singkat bu Temi
( semoga saya tidak salah menuliskan namanya ) .
saya bertemu dengan ibu ini disuatu pagi saat saya
jalan pagi mengambil rute rutin yaitu
Bukit Hijau - Raya Tlogomas - masuk ke gang 8 -
berjalan lurus hingga tiba disebuah jembatan eks
jembatan jaman Belanda yang masih kokoh ,
selanjutnya naik ke atas menuju Jalan ( raya )
Saxophone , kearah kiri , lurus hingga gerbang UMM ,
masuk kampus UMM , menuju lapangan bolanya dan
terus berjalan mengitari lapangan ,
berlanjut naik lagi kearah jembatan diatas sungai
yang cukup deras disitu , lalu terus kearah
jalan keluar kampus UMM menuju Jalan
Raya Tlogomas , mengambil arah kiri lurus hingga
Apartemen Begawan dan disitu biasanya saya sejenak
istirahat sambil ngopi .
berada di jalan yang menurun kearah jembatan
eks Belanda , disitulah saya bertemu bu Temi yang
sedang berjalan sambil " nyuwun "
( mengangkat diatas kepalanya ) sekeranjang
jamu jamu tradisionil dalam botol botol seukuran
air mineral 1 literan .
bu Temi berhenti meletakkan keranjangnya
disebuah bangku bambu dan mengatur ulang
botol botol jamunya sambil sesekali mengocok
beberapa jamunya . kesempatan ini saya pakai untuk
sedikit mengobrol dalam bahasa Jawa ( tetapi saya
terjemahkan bahasa Indonesia yaaa ...) :
( ibu berangkatnya dari mana ? )
T/Temi ) : dari Lowokdoro
( s ) : wah .. jauh ya , naik apa ?
( T ) : angkot
( s ) : sudah lama kerja bikin jamu ini ?
( T ) : wah .. sejak masih gadis ..
( T ) : wah .. sejak masih gadis ..
( s ) : waduh .. hebat ! apa saja bu jamunya ?
( T ) : beras kencur , kunir asem , temulawak ,
paitan , sinom .
( s ) : keliling kemana saja bu ?
( T ) : di tlogomas ada langganan2 saya ,
juga di kampung kampungnya .
( s ) : ibu bangun jam berapa buat jamunya ?
( T ) : sekitar jam 1 malam , nanti tidur sebentar
dan subuh sudah berangkat .
( s ) : anak anak dimana ? sudah pada menikah ?
( T ) : sudah , ada di Malang . saya masih kuat kerja ,
jadi tak masalah .
( s ) : kira kira berapa bu per hari dapetnya ?
( T ) : ( tersenyum ) ngga tentu bu .. ya cukuplah
untuk keperluan harian ..
( s ) : ngga pusing bu mengangkat begini berat ?
( T ) : ( tertawa ) sudah terbiasa bu ..
malah kalau lama ngga angkat angkat pusing
hehehe ..
( kami tertawa bersama )
( kami mengobrol sekitar 7 menit setelahnya ,
dan saya akhiri obrolan kami karena saya tak ingin
mengganggu jadwal kerjanya . saya ijin untuk
memfotonya terutama saat bu Temi menaiki tangga
yang cukup tinggi dan curam diekat kami .
sangat licin
saat hujan dan berlumut , sulit dibayangkan
akibatnya dengan sungai yang mengalir deras
disebelah bawahnya .
kaki dan kepalanya yang sudah
berpuluh tahun begitu perkasa menahan beban
keranjangnya , saya lihat menaiki tangga yang curam
bahkan buat saya yang tidak membawa beban
apa apapun cukup mengkhawatirkan kecuramannya .
bu Temi adalah perwakilan dari wajah
wanita wanita tangguh yang berjuang keras untuk
kehidupannya . ia tak mengenal teknologi untuk
mendukung usahanya , tetapi ia memiliki
" teknologi " lain yaitu " pelestarian kekayaan
budaya jamu tradisionil " yang mulai banyak tergilas
jamu jamu pabrikan maupun tren tren baru
berbagai jenis minuman modern .
percaya bahwa sesuatu yang asli , tanpa
campuran kimiawi dan rempah rempah asli
yang diolah menjadi jamu jamu tradisonil
adalah yang lebih sehat !
ternyata penggemarnya bukan hanya
angkatan saya yang terhitung " 16++ " ini ,
tetapi juga ada sebagian milenial yang menyukainya
karena mereka sempat tumbuh dilingkungan yang
membudayakan warisan warisan leluhur .
tak banyak lagi yang tersisa dari angkatan bu Temi
maupun penerus penerusnya , tetapi saya masih
penuh harap bahwa ada sebagian milenial kita
yang mencoba mewarisi ilmunya dan membangkitkannya
dengan dukungan teknologi !
misalnya jamu rempah asli yang bisa dipesan
secara online dan atau diminum ditempat dengan
" dandanan ala cafe modern " , agar milenial kita
juga mau mengenal dan menyukai jamu jamu
atau minuman minuman tradisionil yang diolah
didepan kastamer plus camilan
yang juga tradisionil seperti
pisgor ori , ubi godog , sawut , ketan dll !
juta wanita tangguh yang berkutat di
usaha jamu tradisionil tanpa dukungan teknologi .
semoga masih cukup banyak pecinta pecinta
jamu tradisionil diantara kita agar salah satu
warisan kekayaan bangsa ini
tidak lenyap .. !
( Writing & Photos : Titiek Hariati,
19.12.22 )
19.12.22 )
keterangan foto :
01 . bu Temi dipuncak tangga
02 . bu Temi ditengah tangga
03 . bu Temi mengawali naik tangga
***
04 . bi Temi sejenak istirahat
***
05 . menata ulang jamunya
***
06 . tangga curam arah sungai yang deras
***
07 . bu Temi sibuk
***
08 . kaki dan kepala serta tubuh dan
jiwa yang perkasa !
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar