.. " Menilai Buku Dari Sampulnya ? " ..
di sosmed maupun lewat berbagai WAG sangat sering
kita temui kiriman ucapan ucapan kebaikan
seperti nasehat , petuah , dll .
juga himbauan untuk beribadah mulai yang
sholat wajib keseharian , sholat sunah , hingga tahajud
malam hari . pun juga untuk yang berkeyakinan
diluar Islam ditemui himbauan himbauan serupa
sesuai ketentuan yang ada dalam keyakinan mereka .
bukankah itu bagus ?
yang tidak bagus atau kurang bagus adalah munculnya
persepsi disebagian masyarakat atau diantara
anggota WAG itu sendiri bahwa :
01 ) pengirim petuah atau nasehat kebaikan
apalagi yang rutin , adalah mereka yang
level kwalitas ibadahnya diatas rata rata apalagi
jika munculnya rutin pada
tengah malam atau 1/3 malam .
02 ) yang tidak pernah terlihat atau terbaca kiriman
kiriman WA atau IG atau FB atau lain lainnya
yang berisikan nasehat atau himbauan kebaikan
atau religius , apalagi yang lebih cenderung
mengirim kelucuan2 , kekonyolan2 , hura hura dll
dipersepsikan sebagai mereka yang
kurang religius dengan level kwalitas ibadah
dibawah rata rata .
03 ) adapun yang kiriman atau postingannya nyaris
tidak pernah atau sangat jarang muncul di WAG dll ,
dipersepsikan sebagai
" pemilik level kwalitas ibadah yang tidak jelas " atau
bahkan bisa dimasukkan di kelompok
" tidak partisipatif / responsif dan tidak tertarik
pada isu isu religius " .
04 ) diluar WAG dan bentuk bentuk lain dari sosmed ,
dalam sebuah lingkungan kemasyarakatan
( RT , RW dll ) seringkali juga kita temukan
" stempel " tertentu untuk mereka yang menurut
lingkungannya " tidak pernah / jarang terlihat " ke
masjid atau pengajian dilingkungan mereka .
beberapa alasan misalnya :
a . adanya perbedaan " aliran " diantara warga ,
misal Muhammadiyah dan NU .
b . kecenderungan masjid / pengajian tertentu
yang lebih mengemukakan ceramah ceramah
berbau politis sementara ada jamaah yang merasa
tidak sesuai dengan itu .
c . atau : ada permasalahan pribadi antara
pengelola masjid dengan sebagian warganya .
tentu saya punya pendapat pribadi diatas semua yang
sudah saya kemukakan diatas . bagi saya ,
apapun yang terlihat , terbaca , tertera di berbagai
kiriman WA atau IG atau FB dll itu
Tidak Dapat Serta Merta Saya Simpulkan Sebagai
Ceeminan Tingkat Kwalitas Ibadah Pempostingnya !
benarkah bahwa mereka yang rutin mengingatkan
sholat tahajud dengan postingan setiap tengah malam
atau 1/3 malam itu dapat disimpulkan memiliki
Tingkat Kwalitas Ibadah Lebih Hebat dibanding yang
sama sekali tidak melakukan hal yang sama ?
benarkah bahwa para pemposting rutin tentang
nasehat religius itu serta merta bisa disimpulkan sebagai
mereka yang punya level kwalitas ibadah lebih baik
dari mereka yang tidak melakukannya
atau mereka yang lebih sering memposting kekonyolan2 ?
tentu pendapat pembaca akan terbelah .
tidak semata terukur dari rajin tidaknya
seseorang terlihat oleh orang lain ke masjid ,
melainkan lebih ditentukan bagaimana
Interaksi Seseorang Dengan Lingkungannya !
lingkungan terkecil adalah keluarga , kemudian tetangga ,
disusul oleh lingkungan kerja atu organisasi atau lembaga ,
lalu lingkungan bermasyarakatnya diluar itu semua dan
terakhir yang menjadi wilayah ter private adalah
interaksi nya dengan Sang Pencipta !
bagi saya ruang pribadi dengan Sang Khaliq adalah
sesuatu yang tidak perlu saya ekspose karena
saya tidak membutuhkan manusia sebagai Dewan Juri
dari Kwalitas Ibadah saya karena saya hanya
mengharapkan RidhaNYA dengan kesadaran bahwa
apa yang dilihat dan dinilai sesama manusia ,
bukanlah cerminan nilai Sang Khaliq
yang justru bisa saja kontras dan itu menakutkan !
" melek " untuk mengerjakan PR dari ustadz saya ,
itu adalah rahasia saya , karena tidak ada
manusia yang melihatnya dan sayapun
tidak perlu mempostingnya .
lebih mengerikan adalah ketika saya memposting
banyak kegiatan ibadah tetapi disisi lain saya
tidak memiliki interaksi positif dengan lingkungan saya .
adalah sebuah bencana ketika ibadah bagus
yang dilakukan & diposting , ternyata dimataNYA
adalah sebuah ke sia sia an karena IA tidak
menyukai perilaku riya .
terlihat kurang religius , padahal bisa jadi ketika
saya tertidur lelap tengah malam atau pada 1/3 malam
ternyata orang tersebut sedang ber tahajud ?
juga alangkah celakanya saya jika hanya
mengandalkan pandangan mata untuk menilai
orang lain secara dangkal , padahal sesungguhnya
orang lain tersebut dimataNYA justru jauh lebih
hebat kwalitas ibadahnya dibanding saya yang
hanya punya prasangka !
maka semoga Allah menjauhkan hati saya dari
prasangka kepada orang lain yang sering maupun
yang tidak pernah memposting isu isu religius ,
dan sebaiknya saya serahkan penilaian itu
kepadaNYA sebagai Sang Maha Tahu mana mana mereka
yang benar benar bertaqwa atau pun hanya
1/2 atau 1/4 atau 1/5 taqwa karena alat timbang
yang paling akurat berada ditanganNYA
dan bukan ditangan kita , manusia ..
sebaliknya , jika ada orang lain yang berprasangka buruk
pada saya karena saya hampir tidak pernah
memposting isu isu religius dan lebih sering isu
kulinari atau human interest sebagai blogger sejak
2008 dan saya ( mungkin ) terkena stempel
" manusia tak kenal urusan akherat " serta
" tak layak dibuat teman karena jauh dari urusan akherat "
maka saya hanya punya kesabaran membalasnya
sebab bagi saya tidak ada manusia yang bisa
menilai 100% akurat kecuali Allah dan hanya DIA lah
yang Maha Tahu & Maha Tepat Menilai
hamba hambaNYA .
pun ketika saya pernah sekitar 6/enam bulan penuh
rutin setiap hari mengirim tafsir ayat ayat suci Al Quran
kepada WAG RT dan RW saya hingga
tamat 6000 ayat lebih ( Mei sd Nopember 2021 )
tidak ada komentar apapun .
tetapi ketika setelahnya saya memposting suasana
cafe ini cafe itu di WAG mereka ( karena kebetulan
blog saya sejak 2008 memang memuat tulisan2 tentang
kulinari , traveling , human interest dll
tiba tiba saja ada yang menilai saya laksana
" pendosa yang tak kenal urusan akherat " !
sedemikian dangkalkah kesimpulannya ?
apakah mereka juga tidak pernah merasa hepi ketika
berada dicafe cafe bersama anak cucu atau teman
atau kerabat dan menilai bahwa berada di cafe
atupun piknik piknik kebersamaan itu adalah
sebuah penistaan pada urusan akherat ?
seperti ustadz sayapun yang bisa bercerita saat bersama
putraputrinya beliau , yang membuat beliau jadi
mengenal apa itu boba , matcha dll .
begitu juga saat saya memposting tentang traveling
di blog ini , semakin meruncing tuduhan bahwa
" saya hanya manusia yang kenal urusan duniawi "
wow .. apakah mereka juga tidak merasa hepi saat
bersama anak cucu atau teman atau kerabat
berpiknik kesuatu tempat yang menyenangkan ?
bukankah saya juga selalu menulis bahwa saat saat sholat ditempat piknik atau cafe manapun hendaknya
tidak lalai meski waktunya memang tidak selalu tepat
alias kadang masih diperjalanan atau masih
sedang makan dll .
saya takut menjadi orang yang munafik ,
yaitu ber pura pura sangat religius tetapi diam diam
saya ke cafe atau berpiknik .
maka jika kejujuran saya dalam blog ini disalah fahami
sebagai " manusia tak kenal akherat " itu biarlah
menjadi hak pembaca , dan saya serahkan
sepenuhnya penilaiannya kehadapanNYA sebagai
Yang Maha Akurat dalam menilai dan menghakimi .
saya juga tidak ingin riya bahwa saat saya
mengerjakan PR dari ustadz saya hungga tengah malam
rasanya saya tak perlu
mempostingnya karena sungguh tak ada gunanya
bahkan saya justru merasa sangat malu dengan
pengetahuan agama saya yang masih sangat dangkal
serta tak punya arti ini .
sementara saya akan tetap berjalan pada
pilihan saya yaitu : bersabar dan ikhlas karena
saya sungguh ingin lulus dalam uji SIM Nya menuju
perjalanan surga yang berat dan panjang serta
penuh dengan ujian kesabaran ini ..
amiin yaa Rabbal alamiin ...
( Titiek Hariati , 21.12.22 )
( Titiek Hariati , 21.12.22 )
keterangan foto :
01 . semula kami didalam masjid
***
02 . jika ada yang punya hajad tertentu ,
pengajian diadakan dirumah yang punya hajat
***
03 . dirumah yang punya hajat
***
04 . tengah malam adalah saat terbaik
mengerjakan PR
***
05 . mengerjakan PR berteman senyap malam
***
06 . cafe Paolo , oro oro ombo batu
07 . masih di cafe yang sama
***
08 . pengajian disambung hajatan tuan rumah
09 . - sda -
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar