Minggu, 21 April 2013




Pesan Dari Masa Lalu


Setelah harian Surya pada pagi 19 April 2013 memberitakan penemuan batu purbakala di Kecamatan Sukun Malang, saya telah berada ditempat yang sama pada siang harinya. Saya mencari Kelurahan Bakalan Krajan dan meskipun bertanya kesana sini ternyata banyak penduduk yang tidak tahu menahu soal batu purbakala itu.

Secara tidak sengaja, disebuah tempat penampungan barang bekas, saya bertemu pak Bajir yang ternyata dengan sangat antusias bahkan bersedia menunjukkan lokasi batu yang berjarak sekitar 1km dari rumahnya." Ooo .. inggih kula sumerep panggenganipun, monggo kula derekaken ... " waaa , sebuah keberuntungan .. 

Ternyata disebuah bangunan yang kurang terawat yang konon adalah balai rw setempat saya melihat sesuatu yang menyedihkan yakni bahwa batu batu purbakala yang baru ditemukan itu begitu saja " pating gletak " ( tergeletak begitu saja ) tanpa pengaman ! Padahal kalau saja ada yang memanfaatkan temuan ini untuk dijual maka dengan mudah mereka dapat mengangkutnya, ngeriii betapa " careless " nya kita ...

Ada 3/ tiga batu yang tergeletak disitu, satu berbentuk Lumpang yakni yang biasa untuk menumbuk beras atau apapun dengan lubang ditengahnya, dan batu lumpang ini dalam keadaan terbelah ditengah, entah mungkin terkena benda keras sewaktu seseorang menggali kolam ikan dan menemukannya tidak sengaja dikedalaman 1,1 m?

Dua batu lainnya menurut pakar purbakala Suwardono dari jurusan sejarah IKIP Budi Utomo Malang, adalah bekas altar tempat pemujaan.Disamping dari balai rw ini ada juga temuan batu batu purba yang sudah lebih dulu ada ditahun 1993, dan saat ini temuan temuan tersebut sudah terlihat diamankan didalam sebuah pagar. Didalamnya kita bisa melihat antara lain adanya batu Yoni yang masih utuh dan beberapa batu lain yang juga diyakini sebagai bekas altar pemujaan.

Maka bila dihubungkan dengan isi dari  prasasti Pramotoh tahun 1198  dijaman kerajaan Kediri dan juga prasasti Truyan tahun 929 M, serta dalam salah satu bagian dari isi buku Negara Kertagama, maka kesimpulan yang dapat diambil para pakar adalah bahwa desa Bakalan Krajan merupakan lokasi atau perkampungan pemujaan  kepada Wishnu dimasa lampau.

Tentu ini menarik, karena kita sangat yakin bahwa temuan ini hanyalah puncak kecil sebuah gunung es yang tidak nampak kedalamannya, dan saatnyalah pakar pakar kita mengeksplorasi tiap jengkal tanah yang ada disekitar kita agar temuan temuan yang berharga ini tidak lalu jatuh ketangan orang atau pakar asing yang seringkali lalu temuannya " lenyap " dari bumi Indonesia!

Juga tak tertutup kemungkinan bahwa diam diam halaman rumah kita ternyata menyimpan  peninggalan peninggalan bernilai tinggi dari jaman lampau yang merupakan rantai sejarah kita semua. Dan kalaupun itu terjadi, marilah kita selamatkan mereka dengan menyerahkannya kepada pemerintah sebagai warisan budaya dan nilai nilai luhur nenek moyang yang tidak terukur dengan uang!

Maka bersiaplah ketika menggali untuk kolam , sumur , menanam pohon atau apapun dirumah kita dan cangkul kita menyentuh sesuatu, tolong hentikan dan berhati hatilah agar apapun yang ditemukan itu tidak sampai merusakkan sejarah yang diusung benda temuan tersebut.

Mereka adalah pembawa pembawa pesan jaman lampau untuk kita semua dan yang pasti pesan pesan itu adalah sarat dengan nilai nilai  luhur yang dijaman ini sudah mulai terkikis bahkan punah ...( th ) 

Keterangan foto ( all taken by : th, April 2013 ) :
01. Lumpang dan batu altar.
02. Yoni dan batu lainnya.
03.  Lumpang.
04.  Temuan tahun 1993.
05.  Tergeletak diteras luar balai rw tanpa pengaman.





 sumber : Harian Surya 19 April dan pengamatan langsung dilapangan serta informasi bapak Bajir.

 


 



Tidak ada komentar: