Jumat, 19 April 2013










Malang Bertabur Bintang ...

Dalam lima tahun terakhir, kota Malang bak " naga bangkit dari tidur " . Yang dimaksud disini adalah menjamurnya hotel hotel baru dan berbintang pula. Chain - hotel sudah merambah disini dan menariknya setiap ada pembangunan baru di sudut sudut kota , selalu saja : hotel dan hotel. 

Sudah sedemikian tingginyakah kebutuhan akan akomodasi di Malang saat ini dan kedepannya? Tampaknya iya, sebab selain Malang menjadi tujuan wisata ataupun persinggahan sebelum atau sesudah Bali, Malang juga semakin berkembang disegi bisnis. 


Disisi lain, dilingkungan akademis, nampaknya Malang juga makin banyak menjadi tuan rumah dari berbagai seminar atau konvensi internasional. Ini berarti Malang juga mendukung perkembangan M.I.C.E yang dikalangan hotelier sangatlah menggembirakan. Namun masalahnya, hotel saja tidak cukup untuk suksesnya sebuah gawe internasional berskala besar.

Bandara misalnya, mungkin Abdurahman Saleh masih perlu berbenah banyak terutama bila ingin mengundang lebih banyak wisman. Aksesibilitas ( maaf kalau tulisan ini keliru saya agak bingung meng Indonesia kannya hehe ... ) adalah salah satu faktor penting dalam M.I.C.E, sebab semenarik apapun tujuan wisatanya apabila faktor ini tidak ditemukan maka akan gagal mencapai target yang diharapkan. Transpotasi utamanya, dimana berbagai tujuan wisata memiliki kebutuhan transpotasi yang berbeda. 

Faktor penunjang lainnya untuk M.I.C.E adalah tersedianya infrastruktur IT yang memadai sehingga dimanapun berada, dihotel, ditempat konvensi, ditempat tempat wisata mereka tetap dapat berhubungan dengan siapapun, meskipun saat ini telah muncul berbagai gadget pribadi yang canggih.

Selanjutnya, ruangan atau hall yang mampu menampung hingga minimal 4000 tamu adalah juga penting. Maka bila berbagai hotel baru yang bermunculan di Malang saat ini saling bersaing mengunggulkan fasilitasnya, ini sesuatu yang wajar dan harus terjadi kalau tidak ingin tertinggal dari yang lain. Sebuah konvensi internasional adalah hasil dari sebuah " pertarungan  tender " dimana negara negara melalui semacam EO nya,  berebut menjadi tuan rumah dengan menjual dan memamerkan/ mempresentasikan fasilitas yang dimilikinya agar terpilih. 

Bahkan event selevel konferensi Asia Afrika misalnya, itu diperlukan setoran awal dari pihak tuan rumah kepada si penyelenggara sebagai jaminan bahwa si calon tuan rumah itu memang credible.Ini guna berjaga jaga apabila mendadak ada situasi darurat atau perubahan karena sesuatu hal dari pihak tuan rumah, misal isu teroris dimana terpaksa konvensi harus dipindahkan ketempat atau bahkan negara lain.


Bali misalnya, dapatlah disebut sebagai tuan rumah yang siap " lahir batin " melayani konvensi konvensi besar selevel itu, mengingat infra strukturnya yang sudah sangat siap, dimulai dari bandaranya, layanan bandara, transpotasi, hotel dengan kapasitas memadai serta kompleks hotel yang menyatu sehingga bila diperlukan puluhan hotel sekaligus diarea yang sama, merekapun siap, contoh Nusa Dua. 

Apalagi di Bali masyarakatnya sudah sangat tourism-minded, sehingga bertemu siapapun di Bali seorang wisman terutama, akan merasa " dirumah sendiri " . Ini mungkin yang belum kita miliki di Malang, sebab sering saya temui wisman yang " tolah toleh " mencari informasi tentang sesuatu dan nampaknya masyarakat masih belum aware akan perlunya sebuah uluran tangan yang " helpful " .. 

Segi bahasa asing juga masih menjadi kendala, sebab berbicara tentang pengemudi angkot, taxi, bus, travel dll juga banyak yang belum siap berbahasa asing.Di Bali para mbok mbok bakul atau tukang pijet pantai yang manula manula ataupun anak anak kecil yang berjualan souvenir dll itu bahasa asingnya cas cus meski kadang grammar kurang tepat tetapi mereka lancar berkomunikasi. Hal ini juga belum kita temukan di Malang ..Bahkan tidak hanya bahasa Inggris, mereka juga bicara beberapa bahasa meski terbatas masalah tawar menawar barang/ jasa saja, yakni termasuk Jepang, Cina, Spanyol, Perancis, Jerman weeeee ....

Saya berkeliling ke beberapa calon hotel berbintang yang bermunculan di kota Malang, salah satunya yang ada diarea River Side, Harris Hotel and Conventions Malang. Terletak didalam komplek perumahan cantik River Side, hotel ini memiliki beberapa kelebihan yang sulit dicari duanya. 

Pertama, areanya dikelilingi hutan mini yang kehijauan dan sejuk. Kedua, karena letaknya yang jauh menjorok kedalam perumahan, maka atmosfernya sangat tenang dan hanya terdengar suara burung. Ketiga, arsitekturnya yang unik, paduan antara klasik dan sporty, lho?Seperti kita tahu, konsep mereka adalah sporty yang terlihat antara lain dari seragam karyawannya yang sangat sporty, putih orange celana pendek,T Shirt dan sepatu cats. Tetapi saat di lobby, suasana lobinya kontras, lebih kearah klasik, ini berbeda dengan Harris yang pernah saya kunjungi di Jakarta ( Tebet ) dan Bali ( Kuta ) .

Saat saya jeprat jepret di Harris Malang, pembangunan memang belum 100% rampung namun sudah terasa bahwa hotel ini memiliki daya tarik berbeda. Full, full, full, hampir selalu mewarnai occupancy nya meski dari jalan raya arah Surabaya hampir aktivitas hotel ini tidak terlihat oleh awam, kecuali spanduk nama hotelnya.

Naaa ... bila kota Malang sudah sedemikian dibanjiri hotel hotel berbintang, maka saatnyalah masyarakat juga lebih meningkatkan tourism-minded nya agar Malang menjadi " rumah kita " bagi para turis utamanya wisman. Semoga ! ( th )

( Foto foto diberbagai sudut Hotel Harris oleh TH , Maret 2013 ) 









Tidak ada komentar: