Senin, 07 September 2020

 
 
  .. " Pandemi dan Angka Perceraian " ..
pandemi yang berkepanjangan juga berdampak
 pada tingginya angka perceraian dibanding sebelum
 ada pandemi . menurut Dirjen Badilag MARI ,
 Aco Nur ( dikutip dari Detik.news ) 
di Jawa angkanya cukup signifikan , 
Jabar , Semarang , Surabaya misalnya .
 kalau April - Mei masih dibawah 20 ribu , maka angka
 perceraian Juni - Juli melonjak keangka 57 ribu .
sebab lain angka ini mungkin timbul karena
 adanya penutupan pangadilan sehingga pendaftar
 tertumpuk ke Juni - Juli meski masih
 tetap menunjukkan kenaikan .
 faktor ekonomi agaknya dominan sebab banyaknya
 PHK selama pendemi menjadi salah satu 
pemincu konflik rumah tangga yang berujung perceraian .
 beda lagi dengan keadaan di DIY khususnya
 di Kaliprogo yang menurut Kepala BKKBN RI ,
 Dr . Hasto , ( sebagaimana dikutip dari KR Yogya ) 
selama pandemi ada kenaikan
 angka perceraian hingga 20% .
 Uniknya , disamping faktor ekonomi ,
 ternyata didaerah ini penyebab utama perceraian
 adalah " minggatnya salah satu " dari pasangan 
suami isteri itu ke manca untuk bekerja ! 
mungkin didorong rasa jenuh dalam kesulitan yang
 seolah tidak berujung maka keputusan bekerja
 diluar negeri menjadi sebuah " solusi " yang
 meski harus dibayar mahal dengan perceraian ! 
bagaimana dengan perselingkuhan ? 
apakah juga berperan ?
 ternyata angka angka perselingkuhan tidak 
menempati angka yang signifikan meskipun tetap ada .
 ataukah ini sudah masuk kedalam angka 
" percecokan alias tidak adanya kesesuaian lagi " ,
 entahlah ..
 seorang teman mengirim WA guyonan begini : 
" yang punya WIL / PIL selama pandemi dan PSBB
 sudah jelas ngga bebas keluar2 rumah
 seperti biasanya dia lakukan pada jam2 bekerja . 
apalagi kalau dia kena WFH/ work from home 
terlebih PHK , 
pasti pasangannya akan curiga
 kemana kok kluyuran ? 
 akhirnya  timbul jengkel dan hal2 kecil sepele jadi
 keributan besar akibat  ... hehehe  .. "   
saya tidak membantah guyonannya , sebab terkena 
" lockdown " dari pasangan yang dikhianatinya
 mungkin membuatnya uring2an yang akhirnya 
mendorong keputusan bercerai ..
oalaa ..  
ditengah saya mengetik tulisan yang belum selesai , 
tiba tiba saya malah dikejutkan oleh berita 
seorang teman yang sudah hampir 
25 tahun menikah , akan bercerai . 
lho apa pasal? 
 tentu saja saya tidak mengirim ucapan 
" semoga perceraiannya berjalan lancar "
 atau " semoga bahagia setelah kamu bercerai " dll , 
tetapi saya hanya mengirim WA pendek
 " Bersabar saja ya .. " .
 diluar dugaan saya mendapat jawaban panjang lebar 
yang intinya adalah 
" Sudah lebih dari sabar  mbak ,
 sudah ngempet berbelas tahun , 
sekarang anak2 sudah pada menikah jadi saya pikir
 saatnya saya juga ingin bahagia seperti
 anak anak saya supaya saya tidak merecoki 
anak anak saya dengan cerita2 konflik 
antara saya dengan suami " ...
 saya melongo dan tidak tahu harus menjawab apa .
 yang jelas menurut saya ,
 alasan ini sama sekali tidak tersebab pandemi ,
 sebab ada atau tidak ada pandemi ,
 dengan alasan seperti itu sudah pasti dan siapapun
 akan berfikir ulang tentang pernikahannya ..
 soal bagaimana akhirnya , cerai atau tidak , 
tergantung masing masing pasangan sebab
sesungguhnya :
 " Tidak Ada Nasehat Yang Mempan Buat Pasangan 
Yang Sudah Tidak Menemukan Kecocokan , 
kecuali ( mungkin ) nasehat mediator di
 Pengadilan sebelum vonis dijatuhkan hakim ..
 naa ... , semoga diantara pembaca tulisan ini 
tidak ada satupun yang sedang mengantrikan berkasnya 
di pengadilan yaa , 
 aamiin ..
( Titiek Hariati , Malang , 07.09.20 )
gambar2 diambil dari google

 
 
 
 
 
 


 



Tidak ada komentar: