Sabtu, 22 Juni 2019




.. " Apa Harus Ikut
 Acara Married At 1st Sight  ? " ..
( 01 )
beberapa kerabat dan teman dekat , 
memiliki " masalah " dengan putra putrinya yang
 dianggap sudah " cukup tua " untuk menikah
 tetapi belum sampai ditahap itu .
 alasannya beragam . 
pertama dan yang paling umum yaitu 
belum menemukan pasangan yang pas atau sreg .
 kedua , sudah menemukan tetapi " ada ada saja "
faktor yang menghalangi kearah pernikahan .
 ketiga , karena trauma trauma tertentu , 
sengaja menutup diri dalam pergaulan dengan lawan jenis . keempat , saking flamboyannya dalam bergaul
 sampai sampai bingung menentukan pasangan yang
 sreg karena merangkap 2-4 pacar ternyata 
tidak membantu untuk memutuskan pilihan . 
kelima , percaya bahwa jodoh ditanganNYA jadi
 tidak perlu " ngoyo " mencari . 
keenam , merasa Belum Siap Mental dan Material .
 naa , saya tidak perlu menjabarkan satu persatu nya
 tetapi saya coba rangkum kelimanya dalam
 satu kalimat umum yaitu : 
" kesulitan memasuki tahap pernikahan " !
 maka beberapa diantara mereka ini pernah bertanya
 pada saya kira kira ringkasannya adalah
 " Apakah Saya Perlu Mencoba Program 
Married At First Sight ? " .. 
bagi yang pernah atau sering nonton program
 MAFS ini , mungkin pernah menyaksikan berbagai
 problematik yang muncul dalam program ini .
 inti dari prgram ini adalah
" Program Yang Mengusahakan Para Lajang 
Yang Kesulitan Menemukan Pasangan tetapi 
Punya Keberanian Mental Fisik Moril Materiil 
Untuk Langsung Menikah Dengan Orang 
Yang Sama Sekali Tidak Pernah Dikenalnya 
dan Pertemuan Pertamanya Sekaligus Akan 
Merupakan Momen Pernikahannya ! "
 . nekad ? mungkin . 
sudah lelah mencari sendiri ? mungkin . 
tidak bisa menemukan belahan hati dengan 
upaya sendiri ? mungkin. 
percaya takdir ? mungkin . 
siap beresiko ? mungkin . 
gila ? juga bisa saja mungkin .
 lepas dari alasan mereka mengikuti program 
Nikah Kilat ini , yang pasti ini bukan sembarangan 
dipasangkan begitu saja . program yang diawaki
 oleh para ahli ini memiliki tabungan data 
para pendaftar jodoh dan mereka menelitinya 
secara detil untuk memasangkan para lajang ini
 sesuai dengan permintaan atau harapan
 kliennya tetapi juga akan dibantu pertimbangan2 dari
 para ahli ini . ada Psikologist , ada Sosiologist , 
ada Konsultan Perkawinan , dll yang menjodohkan 
mereka diatas kertas untuk kemudian 
dipertemukan didunia nyata secara langsung
 pada saat pernikahan ! mengamati program ini ,
 yang pertama menayangkannya adalah Danish 
TV 2013 yang kemudian disusul oleh US TV 
pada 2014 dengan eksperimen pada 3
 pasangan lajang . 
selanjutnya TVAustralia juga membuat program ini . 
mudah dibayangkan bagaimana cemas dan 
berdebarnya ketika keduanya dipertemukan pertama
kali dan langsung didepan petugas yang akan
 menikahkannya , pasti 1001 rasa berkecamuk . 
" cantikkah ia ? " .. " tampankah calon suamiku ? " .. " 
 bagaimana andai ia tak sesuai dengan harapanku ? " 
.. " apakah keluargaku juga dapat
 menerima ia sebagai pasanganku ? " dst dst .
 segala keberanian yang sudah dikumpulkan saat
 mendaftar sebagai peserta MAFS , mendadak 
buyar dan hancur saat saat akan bertemu 
dan dinikahkan . ketakutan pada kwalitas calonnya 
lebih menghantui daripada nyali saat mendaftar .
 minggu2 pertama sebagai suami isteri , 
dipenuhi kecanggungan sebagai dua orang asing 
yang tiba2 seranjang dan seatap . 
berbagai konflik muncul dan mereka masih diberikan
 pilihan antara Melanjutkan Pernikahan 
atau Menghentikan alias bercerai !
 tetapi memang tidak serta merta bercerai bila ternyata
timbul ketidak sesuaian , sebab para ahli ini akan
 turun tangan untuk memberikan dukungan , 
nasehat , saran , dll agar pasangan ini terus
 mencoba untuk saling bersesuaian dalam banyak hal . 
sekedar gambaran , di Amerika ketika program ini 
memasuki sesinya yang ke 5 , 
dari 15 pasangan yang ikut didalamnya , 
tercatat ada 3/ tiga pasangan yang bertahan hingga
saat ini . kerentanan umumnya timbul ketika
 pasangan2 tersebut sudah diluar kontrak 
dari acara MAFS dimana para ahli sudah tidak lagi 
campur tangan alias para peserta sudah betul2 
hidup didunia nyata . 
maka ketika saya ditanya oleh dua orang yang 
saya sebutkan diatas tentang keinginan untuk 
mencoba program MAFS karena percaya
 bahwa jodoh bisa datang dari arah dan cara apapun ,
 saya tidak buru2 menjawab .
 tentu si penanya adalah mereka yang sudah 
berpandangan " terbuka " mengenai hakekat sebuah
 pernikahan sehingga saya tidak mau menghakimi 
siapapun sebagai yang 
" merasa modern atau bahkan kebablas " ! 
saya hanya sedikit memberi gambaran tentang
 hakekat pernikahan berdasar pengalaman pribadi 
sehingga saya tidak asal asalan " menasehati " .
 dan maaf , saya suka dalam bentuk dialog sbb :
( C / curhat ) : daripada repot ini itu , 
gimana kalau ikut saja program MAFS ? 
tokh sama sama resikonya , 
meski pacaran lama
 ya belum tentu langgeng nikahnya dan 
sebaliknya ,
tanpa pacaranpun banyak yang bisa langgeng .
( S / saya ) : tidak salah . 
hanya ada sedikit perbedaan kita dengan mereka ,
 masalah budaya . di kita , pernikahan itu
 adalah pernikahan keluarga, 
bukan hanyadua orang  yang menikah .
 maka , tidak bisa serta merta hanya melibatkan
 mereka berdua . biasanya keluarga turut 
memberikan pertimbangan meskipun
 keputusan tidak selalu ditangan keluarga sepenuhnya .
 kedua , pernikahan diawali dengan sebuah Niat
 bersama untuk membangun sebuah keluarga 
dengan dasar keimanan yang baik agar
kelak memiliki generasi penerus yang juga baik . 
( C ) : waa, kalau keluarga ngga setuju , batal donk ?
( S ) : tidak serta merta , tetapi keluarga juga 
berhak beropini sebab mereka pasti
 tidak ingin anak2nya gagal dalam rumah tangganya
 yang disebabkan oleh ketidak selarasan kedua pihak .
 misal :
 calon besan ternyata seorang pelaku kejahatan ,
 tentu akan disarankan agar dipertimbangkan .
( C ) : tapi yang akan menjalani kehidupan kan
yang kawin dan bukan ortunya ? 
 ( S ) : tidak salah ! yang namanya pertimbangan
 itu adalah bisa diteruskan atau dihentikan 
atau ditunda . apalagi bila masih ada pilihan , 
mengapa harus dipaksakan sesuatu 
yang berpotensi masalah ? 

( C ) : tapi ada juga kok peserta MAFS yang hepi ? 
( S ) : itu pasti ! diantara pasangan2 yang gagal , ya pasti ada juga yang ternyata cucok dan bertahan ! 
ini kan masalah hati , bukan masalah materi meski
 materi juga menjadi salah satu pertimbangan
 sebagai salah satu faktor pendukung 
sebuah kesejahteraan keluarga . 
( C ) : dicoba kan ngga ada salahnya ? 
( S ) : lho , mendaftar program MAFS itu jangan
 untuk coba coba . bukan masalah mahalnya
 pendaftaran dll , tapi tujuan ikut program itu 
harus diluruskan yaitu :
Mencari Pasangan Sejati atau 
Permanen dalam hidup , 
bukan Mencari Pasangan Coba Coba. 
kalau untuk coba2 ya ngga perlu ikut MAFS ,
 cukup kamu berteman saja untuk menjajagi
 dan menemukan pilihan yang paling tepat .
 program itu serius lo nikahnya ,
 artinya berlandas hukum , 
jadi bukan main main seperti bayanganmu ! 
( C ) : waduh , repot juga ya .. sebetulnya 
gimana sih langkah yang musti ditempuh hingga
seseorang sampai di tahap 
Saya Siap Menikah Dengannya ? 
( S ) : saya bukan konsultan MAFS lo ,
jadi akan sangat beda steppingnya .
( C ) : .. ( ngakak ! ) .. iyalah ! 
tapi jangan ruwet2 lo , 
pusing !
( S ) : pertama ya tentunya PDKT pada siapa
 yang kamu inginkan tapi belum pastikan .
 disitu sangat perlu untuk tahu seberapa banyak
 persamaan dan perbedaan kalian , 
sebab masa PDKT seringkali dipakai untuk 
menyembunyikan kekurangan diri , padahal kita 
perlu tahu dan sebaliknya .
 jujurlah dalam masa masa ini , 
sebab kejujuran itu melegakan , 
sebab kamu tidak perlu harus selalu bersembunyi 
dibalik kebohongan2 yang melelahkan ! 
be yourself  kata orang Madura !
( C ) : kalau ternyata banyak beda daripada
 persamaannya ?
( S ) : ya itu tergantung kamu , kamu siap untuk
menerimanya sebagaimana adanya , 
atau membimbingnya , atau melepasnya !
( C ) : .. sepakat ! trus ?
( S ) : kalau merasa nyaman ,
 lanjut dengan pengenalan keluarga , teman atau 
kerabat dekat . ini penting sebab kamu bisa lihat 
chemistry yang terjalin bagaimana? 
kamu dan dia masing2 punya lingkungan
 pergaulan , kamu bisa melihat apakah kalian 
bisa berbaur dengan yang lain atau bagaimana ? 
( C ) : nggak harus bercampur kan ?
( S ) : ya enggak , tapi minimal kamu bisa melihat
 seberapa jauh dia bisa menerima kerabat/ teman2mu 
meski tidak bercampur . 
ini ya penting sebab sebuah perkawinan tidak lepas 
dari pergaulan kedua belah kelompok .
 yang lain2 seperti hobi , cara pandang atau 
pikir terhadap sesuatu hal , itu juga bisa kamu 
observasi untuk menjajagi level harmonisasi
 yang akan kalian jalani sepanjang hidup kalian . 
kalau dalam segala hal ,
yang satu ngalor yang lain ngidul , 
ya bisa kamu pertimbangkan lagi kelanjutannya ..
( C ) : fisik bagaimana ?
( S ) : fisik itu ya penting tapi bukan yang dominan .
 ketika secara mental , spiritual maupun intelektual 
kalian sudah merasa cucok , 
fisik menjadi nomor sekian , karena daya tarik
 diluar fisik lebih merupakan magnet . 
semenarik apapun fisik , kalau nggak klop 
dalam cara pikir, pandang ataupun 
mental spiritual intelektual ,
 rasanya njomplang !!
( C ) : hmm .. menarik ! jadi gimana sekarang ?
( S ) : ya temukan dulu orangnya ( kami ngakak bersama )
 .. trus ikuti stepping tadi , tidak perlu kamu 
butuh ber tahun2 untuk itu ,
 dalam bilangan haripun kamu sudah akan bisa 
melihat seberapa jauh kalian bakal sesuai
 dalam sebuah ikatan pernikahan .. 
( C ) : jadi , pacaran perlu ? 
( S ) : pacaran jangan langsung diartikan kalian 
bebas bergaul sampai ranjang , 
itu bukan pacaran , tapi maksiat ! ( dia ngakak lagi ! ) .
 ini resep pacaran :
 komunikasi , komunikasi , komunikasi !
 sederhana saja . bagaimana kamu bisa memutuskan 
untuk menikahi seseorang tanpa ada komunikasi ? 
kegagalan peserta2 MAFS adalah karena 
sebelum menikah mereka 
Tidak Memiliki Akses Berkomunikasi !!
lha wong yang sudah beberapa tahun saja 
punya akses penuh untuk saling
 berkomunikasi  inipun masih menunda nunda 
pernikahan , lha mosok yang tidak pernah 
berkomunikasi ujug ujug menikah ? 
( C ) : ya karena saling cinta !
( S ) : betul , setuju ! tapi cinta saja tidak cukup . 
kamu harus punya ruang dan waktu untuk 
bertukar wawasan agar kamu mantap dalam
 keputusan untuk menghabiskan usiamu didunia
 bersamanya hingga akhir hayat ! 
tidak perlu 10 tahun untuk menjajagi ,
 seminggu pun kamu sudah akan bisa melihat ,
 menilai , merasakan , seberapa kesiapan masing2 
untuk saling menerima , mentolerir
 dan mendukung pasangannya ! 
tidak mungkin tanpa saling berkomunikasi 
dua manusia ujug ujug menikah ..
( ini akan bersambung ) ..
( Titiek Hariati , 23.06.19 )
( gambar2 diambil dari google )








 

Tidak ada komentar: