.. " Mlungsungi " ,
Warung Rakyat ke Lakon Rakyat " ..
perjalanan meninggalkan Sungai Musi menuju
Kali Brantas bukanlah sebuah wisata,
melainkan sebuah keputusan yang pastinya adalah
sebuah keyakinan pada sesuatu yang besar .
adalah pasangan sehobi ,
Hans yang berkebangsaan Belanda dan istri cantiknya
yang berasal dari Palembang , Yupi ,
yang Jumat siang berksempatan mengobrol
panjang lebar bersama saya di " warung " mereka
" Lakon Rakyat " di Jl. Guntur 23 , Malang .
tentu ( hampir ) semua warga Malang tahu bahwa
sebelumnya lokasi ini dikenal dengan
" The Library Cafe " nya yang menjadi salah satu
tempat favorit untuk cangkruk .
dan pandemi adalah laksana Tsunami yang menghantam
banyak sendi kehidupan , tak terkecuali ratus
bahkan mungkin ribuan usaha terhempas
gelombangnya yang mematikan .
sebuah lompatan imej ketika tiba tiba saja sebuah
cafe berubah wajah menjadi sebuah " warung "
yang mengusung lebih banyak warna
tradisional dan lokal dalam daftar menunya .
tentu saya dipadati rasa penasaran untuk menggali
lebih dalam alasan dibaliknya . dijalan masuknya ,
terpampang tulisan neon didinding :
***** " We Are Not Just Telling Stories ,
We Are Changing Lives " *****
( LR )
wow .. sebuah kalimat pembuka yang mempertebal rasa
penasaran saya tentang lakon yang satu ini .
dipintu masuk ada sambutan hangat dari dua crew LR dan saya beruntung siang itu bisa bertemu langsung dengan pasangan ownernya serta berbincang panjang lebar
seputar " riwayat " LR .
" kami dulu di Palembang memulai usaha dari sangat
sederhana yaitu di tenda sehingga setiap kali jam tutup ,
kami harus mengusung sisa sisa makanan maupun
peralatannya kerumah .
satu kali kami sudah akan menutup tenda ,
mendadak ada dua tamu datang .
saya diingatkan oleh salah satu staf saya bahwa
tidak seharusnya saya menolak rizki .
dan warung kami buka kembali " , ujar mbak Yupi
yang ramah ini .
kesulitan demi kesulitan akhirnya
berbuah manis dimana " Warung Rakyat "
mbak Yupi menjadi Salah Satu jujugan favorit
para cangkrukers di Palembang !
lain lagi kisah suaminya , Hans , yang konon sangat
gandrung dengan lingkungan alami seperti
halnya Hutan Kota Malabar yang ada diseberang
" Lakon Rakyat " ini
( ada kisah lucu saat saya pertama kali menyapa
" pak " Hans yang saya pikir adalah berkebangsaan
Jerman dan saya sapa dalam bahasa Jerman
yang ternyata adalah Belanda ,
maka akhirnya kami lebih banyak ingris ingrisan saja
sebab bahasa Indonesia nya belum berbunyi ,
maaf ya pak Hans .. ) .
sama ramahnya dengan mbak Yupi , kami sempat
mengobrolkan soal Wiener Schnitzel yang saya
kenal berbelas tahun saat di Vienna ,
tetapi di " Lakon Rakyat " menurut pak Hans yang ada
Chicken Schnitzel dan tidaklah segede aslinya
( kebetulan saya tidak memesan Chicken Schnitzel nya ) .
dengan seijin pasangan harmonis ini,
saya jeprat jepret agak banyak karena saya melihat
perubahan interior yang cukup mencolok dibanding
saat masih The Library Cafe dulu .
" sama dengan saat di Palembang , kami disini juga
sangat menyukai Indomie sebagai salah satu menu
andalan kami dan kami tidak memodifikasinya ,
jadi sesuai dengan resep aslinya ! " ,
tambahnya .
maka jika di cafe cafe umumnya mendekor ruangannya
dengan bermacam gambar , lukisan , tulisan atau
barang barang yang unik , di " Lakon Rakyat " ini
kita bisa temukan sudut super unik yang menyajikan
koleksi dari ragam rasa Indomie !
obrolan lain yang menarik dengan mbak Yupi yang
pernah bekerja lama di Dubai ini adalah
cara pandangnya terhadap
usaha kulinernya dan para karyawannya .
" saya mengetrapkan keterbukaan dan kekeluargaan disini .
saya berikan kebebasan penuh pada mereka untuk
mengekspresikan ideidenya yang jika memang positif
dan bermanfaat bagi perkembangan Lakon Rakyat .
juga setiap karyawan harus mendapat manfaat
selama bekerja disini dengan cara kesediaan
untuk belajar apapun yang mereka sukai .
bahkan mulai belajar cuci piring hingga
menjadi Barista bahkan Chef ! saya ingin satu saat mereka akan
juga mampu mandiri sebagai usahawan usahawan muda ! "
( oo .. mungkin ini ya salah satu makna yang tersirat
dari Kalimat Penyambut Tamu di jalan masuk ruang sebelah dalam yang saya sebutkan diatas ? )
selanjutnya , mbak Yupi meneruskan :
" saya juga tidak terlampau ketat mengawasi karyawan
karena saya percaya pada seleksi alam yaitu
yang tidak jujur pada akhirnya akan tersingkir " .
obrolan kami memang terhenti sejenak ketika
pesanan mamin datang dimeja .
ada Nasi Goreng Kampung , ada Nasi Ayam Asam Manis ,
ada Kopi Susu Lakon Rakyat , ada
( maaf kalau salah karena saya lupa ) Susu Jahe ( ? )
yang ditutup dengan Teh Panas .
manurut saya , untuk LHAR
( Layanan , Harga , Atmosfer dan Rasa )
dari skala 1 - 10 , saya berikan 6,5 dan saya sangat
yakin dengan perjalanan waktu Lakon Rakyat akan
dengan mudah mendapat 4-5 bintang di
ulasan Google !
oya .. saya juga ingin sisipkan
secara khusus untuk Chef LR yang kemarin
sedemikian ramah dan terbuka untuk saran dan kritikan
dan saya menandainya sebagai sebuah
plus plus bagi LR !
akhirnya , saya tinggalkan Lakon Rakyat dengan
kesan positif terutama gaya leadership mbak Yupi
yang sangat menekankan pada aspek
Sense of Belonging dibanding profit orientednya dimana
Lakon Rakyat lebih merupakan sebuah Keluarga Besar
dengan segala dinamikanya menuju sebuah
Impian Besar Keluarga
secara kompak dan penuh semangat !
semoga !
( Writing & Photos : Titiek Hariati , 12 .03.22 )
keterangan foto :
01 . dapur
02 . jl. Baluran no2 Malang
03 . nasi ayam asam manis
*********
04 . Hans & Yupi
05 . " Sugeng Rawuh ... " , warm greetings !
*********
06 . salah satu sudut Lakon Rakyat
07 . cendela yang bicara ..
********
08 . sudut lain ( 01 )
09 . sudut lain ( 02 )
********
10 . koleksi Indomie
11 . cantik ..
********
12 . tuliskan hatimu ..
*********
13 . " tanamkan Sense of Belonging ! " ( Yupi )
*********
14 . Nasi Goreng Kampung
15 . Kopi Susu Lakon Rakyat
*********
16 . Susu Jahe
17 .Teh Panas
18 . kisah panjang Dubai , Belanda , Vienna
bertemu di Lakon Rakyat ...
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar