( The Lost Poems )
Sahabat di Penghujung Jalan
telah berbilang ratus mungkin ribu,
kau sentak aku dalam cengkeram malam,
dawai dawai itu,
mengepak sayap sayapku ke lazuardi biru,
dongeng dongeng peri,
akulah putri,
bermandi matahari pagi,
sementara,
engkau , bianglala penghias cakrawala ...
musim musim berucap salam,
saat alam kemayu berganti gincu dan gaun
engkau membawa dongeng baru :
" selamat datang cinta ... "
dan
peri peri beringsut pergi,
udara pengab oleh debu bedak dan gincu gincu memerah kan langit,
dongeng dongeng bilik berhias syahwat ...
wahai,
siapa sesungguhnya engkau bianglala?
adakah engkau pendongeng luka ?
................
antara bening tetes embun pertama disubuh menggigit,
dan
gincu gincu menyala dilantai dansa,
pun temaram temaram yang kau suka,
bahkan nafas nafas berbau tembakau dan vodka,
.................
di penghujung ini,
masih sama,
aku menyimpan resik dongeng itu,
meski kita belum sekalipun bertatap muka dan saling bicara,
mungkin
masa kelak mengirim kembali dongeng peri,
saat lantai dansa dan vodka mu berujung hampa,
...........
saat itulah,
saat itulah,
bacakan lagi dongeng peri padaku hingga huruf penghabisan.
meski tlah berjarak samodra dan benua ..
...................
( malang, imlek 2014, 31 januari, 01.05 lewat tengah malam )
( buat seorang sahabat :
" jangan ada yang terlewat sehurufpun dari buku tafsir penenteram hati itu, ialah pembasuh luka dan pemberi nyala dalam keredupan, terima kasih " )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar