Senin, 26 Maret 2018








.. " Himalaya Yang Bikin Deg Deg .. " ..
" ma , aku mau ke Nepal .. " , singkat pendek jelas isi WA yang
 saya terima dari sulung saya . saya tidak berpikir macam macam ,
 sebab ini sudah " rutin " saya terima kalau 
sewaktu waktu perusahaannya mengirimnya ke
 Timteng , Eropa , Australia dll .
 jadi saya justru mendoakan saja . tapi ternyata kali ini saya keliru .
 " bukan kerjaan ma , ekspedisi ... " .. what ?! 
saya kaget sebab saya menduga sulung saya sudah keluar dari
 pekerjaannya dan bergabung dengan sebuah ekspedisi .
 " lha kamu itu sudah nggak ngantor ta ? " tanya saya dengan cemas .
 " sante ma , aku ambil cuti 3 minggu " . 
ini makin membuat cemas sebab cuti 3 minggu tidak biasanya .
 " terus ini ekspedisi apa dan kamu itu cuti kok lama banget ,
 apa sebetulnya sudah resign ? " ... 
maklum , dijaman yang sulit cari kerjaan ini pasti ibu yang 
manapun sulit paham bahwa anaknya bisa 
" seenaknya cuti panjang seperti perusahaan mbah-e dewe "
 kata orang kuno !
 maka saya mendapat " kuliah singkat " dari anak saya tentang 
" pentingnya ekspedisi ini bagi dirinya " dan 
ketidakperluan kecemasan saya tentang keikut sertaannya
 dalam ekspedisi ini " dst dst . 
" kok Nepal ?" ... makin jelas bagi saya bahwa tujuannya
 adalah pegunungan Himalaya ! glegg .. ! 
saya sejak dulu selalu mendukungnya untuk meng eksplor puncak
Semeru dll  , saya pikir dia perlu itu untuk menghilangkan 
kejenuhan dari tekanan pekerjaannya . 
tapi sekarang makin nyata bagi saya bahwa Himalaya itu bukan
 sekedar untuk menghilangkan kejenuhan melainkan lebih
 pada Tantangan Kemampuan Diri dan Keingintahuan
yang saya yakin bin pasti 
bahwa ini akan semakin meningkat dari waktu ke waktu ... 
jadi , apa yang harus saya jawab ? 
saya berbicara panjang lebar kepadanya seperti menghibur 
diri sendiri bahwa " kamu harus teliti kontraknya dst dst " yang 
sebenarnya itu lebih untuk menutupi kecemasan saya hehehe ..
tidak ada jalan mundur hingga Hari H tiba pada minggu pertama
Maret yl dimana ia sudah berada dalam perjalanan menuju 
Nepal dengan timnya secara penuh .
 dua kameramen dan beberapa pakar pendaki Indonesia yang 
sudah menaklukkan puncak2 terkenal dunia dan beberapa 
anggota tim pemula termasuk anak saya .
 " aku sudah boarding ma , doanya saja ya .. " , saya menelan ludah .
 foto2 yang dikirimkan via WA menunjukkan peralatan yang
 saya perkirakan lumayan berat , dan saya pernah tanyakan
 bagaimana dengan persiapan aklimatisasinya yang konon harus 
cukup lama padahal setahu saya dia 
masih ngantor biasa sehari (!)  sebelum ke Nepal . 
pertanyaan berlalu percuma sebab 
saya tahu pasti diapun hanya akan berbasa basi sekedar hanya 
untuk menghibur saya . tetapi bagi saya Himalaya bukan Bromo
 yang tidak memerlukan penyesuaian klima ,
 tetapi apa boleh buat kalau jawabannya " mengambang " .. !
 dari Nepal ia lanjut ke Kathmandu untuk selanjutnya
 disambung ke lokasi terdekat dari titik awal kegiatan manjatnya . 
beberapa hari setelahnya ketika di WAnya masih terlihat foto2
 dari Khatmandu rasanya 
masih ayem , malah sampai2 saya tidak sabar bertanya :
 " kapan mulai manjatnya kok masih muter2 di beberapa kota dan 
desa dan melihat macam2 ritual penduduk disana yang itu adalah 
bukan proses aklimatisasi ? " . jawabannya hanya " sante ... " .
 lalu setelah beberapa hari foto2nya masih menunjukkan 
suasana pedesaan atau kegiatan ritual penduduk lokal , 
tiba tiba berganti dengan foto foto yang
 " agak serius " yaitu 
pesawat kecil dan gunung2 bersalju dikejauhan .
 disitu rupanya sudah dimulai proses aklimatisasi dan 
beberapa hari kedepan
 dihabiskan dengan penyesuaian fisiologis terhadap lingkungan
 baru yang akan dijelajahi ! 
inipun membuat saya agak resah sebab konon biasanya 
butuh minimal sebulan untuk penyesuaian ke puncak pincak ekstrem .
 tapi saya hibur2 sendiri bahwa tim mereka bukan ke Everest ,
 tapi ke puncak yang lebih pas untuk pemula yang tidak
 se ekstrem Everest . sedikit dia juga berkisah tentang
 tempat dan orang2 yang 
ditemui diperjalanan yang intinya adalah kekaguman pada
 " betapa kuatnya penduduk lokal ini ditengah cuaca yang
 kadang kurang bersahabat " . dia sebut mereka sebagai 
" superhuman " dengan latar belakang 
foto para pengangkut barang yang punya beban ekstrem berat 
dipunggungnya dengan medan sulit dan tidak mulus . 
beberapa hari lewat selama proses aklimatisasi itu , 
dan saya membayangkan
 saatnya akan tiba bahwa dia pasti sudah akan mulai memanjat . 
ternyata tidak ada lagi WA dan saya maklum 
mungkin sinyal mulai sulit , 
yo wes , " selamat memanjat dan ojo lali berdoa " ,
begitu pesan  WA saya .
beberapa jam setelahnya , 
saya lihat pesan saya tersebut  " mendhal " 
alias gagal terkirim , bahkan hingga malam hari tidak berubah .....

sehari lewat , dua hari lewat , tiga hari lewat , empat hari lewat , 
lima hari lewat tanpa secuil kabar ... 
sibungsu saya hubungi di Jakarta menanyakan kalau2
 dia dapat WA , lho malah dengan sante dijawab 
" tenang ma , medannya mungkin sulit untuk kirim2 kabar , 
dia kan bersama tim yang sudah berpengalaman ... " , 
( sayangnya itu sungguh gagal menghibur keresahan saya .. )
 maka menantu saya ( istri si sulung ) saya kontak dan 
bertanya apakah
 ada yang bisa dimintai informasi di Jakarta tentang ini ? 
dijawab " iya ma , menurut mereka memang kalau
 sedang manjat ke puncak itu 
tidak ada kontak kecuali keadaan darurat baru 
memakai telepon satelit , 
kalau normal2 ya nggak dipakai . 
memang sih saya juga kepikiran ,
 tapi ya sudah kita tunggu saja ya ... " begitu jawabnya .
 hmmm ... , mau apa kalau sudah begitu ?
 hari ke 6 saya hanya menghabiskan waktu dengan buka2 WA 
dan Insta untuk mencari secuil " harapan " hehehe ... 

 dan akhirnya itu tiba :
" ma , kami sudah otw menuruni puncak " ! plongggg ....
 maka ketika beberapa hari kemudian ia masih tertunda
di LUKLA karena cuaca
 jelek untuk ke Kathmandu dll , saya sudah tenang tenang saja 
sebab sinyal sudah normal meskipun kabar
 yang masuk hanya secuil secuil ! 
tentu saya tidak pernah menyangka bahwa hadiah ultah dari
 bungsu saya pada 
tahun 2012  yang berupa buku berjudul 
" Pucuk Es Diujung Dunia " yang berkisah tentang petualangan 
pendaki pendaki Indonesia di puncak2 ekstrem dunia
 ( Editor : Rudy Badil ) ternyata malah menginspirasi kakaknya
 untuk mengawali petualangan yang serupa ! 
seorang kerabat berkomentar 
" yo gak heran mbak , DNA ayahnya ! " , saya hanya 
mesam mesem dengan membenarkannya dalam hati bahwa
 Buah Memang Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya " 
( semoga Hr . Dipl . Ing . AAP membaca ini meski harus
 minta tolong mbah Google menterjemahkannya 
kedalam bahasa Indonesia hehehe ... ) .
 kalaupun saat ini si sulung sudah kembali ke ritme lamanya
 yaitu ngantor rutin yang kontras dengan 
alam yang dijelajahinya di Himalaya , 
saya tahu gemuruh dadanya ada di alam liar nun disana .
sementara itu seorang ibu tetaplah ibu meski diluarnya 
beraksi tegar , tetapi ternyata 6 hari " putus kontak " cukup 
meresahkannya dan ternyata saya tidaklah
 setabah ibunda alamarhumah ..
saya malu untuk mengingat bahwa dijaman lampau ,
 ketika teknologi internet belum ada , 
orang tua saya pun bahkan
 berbulan bulan bisa tidak menerima kabar dari saya karena 
saya sedang dalam perjalanan menyusuri pulau pulau di 
Eropa Selatan dan satu satunya kartupos yang saya kirim yang
 itupun datangnya sudah sangat terlambat pada bapak dan ibu ,
 namun mereka tidak mempermasalahkan kecuali dibalas
 dengan kartupos yang isinya :
" alhamdulillah , 
hati2 diperjalanan ya dan semoga kembali dengan lancar " . 
dan saat ini , ketika teknologi menjembatani jarak dan waktu
 serta mewakili perjumpaan fisik lewat Video Call dll ,
 ternyata saya malah sangat bergantung pada teknologi 
sehingga beberapa hari tanpa ada kabar lewat WA 
sudah membuat kelimpungan ... 
mungkin ini bukan kemajuan , tapi sebuah kemunduran mental
 yang diakibatkan oleh teknologi ?
 entahlah . 
oya , maaf bahwa saya tidak dapat mengurutkan kronologis
 dari petualangannya disini , 
karena tempat tempat persinggahannya tersebut cukup banyak ,
 kecuali bahwa foto fotonya disini semoga bisa mewakili 
kisahnya yang saya tidak pahami urutannya  
dan tidak berusaha menanyakannya 
karena sudah pasti kesibukan kantornya tidak mengijinkan .
tempat tempat persinggahan dalam petualangannya antara lain 
Namche Bazar , Lukla , Thamel , Sagarmatha National Park , 
Tengboche Monastry , Phakding , Tribhuvan International Airport ,
 Lobuche , Fleurderose dll adalah sebagian daripadanya .
satu hal kecil yang bisa saya tarik sebagai " pelajaran " dari
sini adalah bahwa :
" Biarkan Sayap Sayap Anak Kita Mengepak Jauh dan Tinggi , 
Agar Mereka Belajar Tentang Kehidupan Dibelahan Lain Yang
 Akan Lebih Membuat Mereka Menyadari 
Kebesaran dan KeMahakayaanNYA dan Untuk 
Lebih Mensyukuri AnugerahNYA " . 
kecemasan , kegelisahan ataupun ketakutan orangtua akan
 keselamatan mereka sangatlah tidak berarti dibanding dengan 
perlindunganNYA yang tanpa jeda , 
yang sering kita lupa bahwa segala hal terjadi hanya
 dengan dan karena kehendakNYA ,
 Kun Fayakun ...
( Titiek Hariati , March 2018 ) 
 ( Photos by : Allan & Expedition Team )
01 . salah satu puncak pegunungan Himalaya
02 . adrenalin terpompa
03 . rame2 makan siang bersama tim ekspedisi
04 . secuil panorama
05 . jembatan gantung yang menantang
06 . suasana kota yang lengang & tenang
07 . balita sehat diudara minus
08 . " super human " pengangkut barang ( 01 )
09 . " super human " pengangkut barang ( 02 )
10 . " superhuman atau superwoman " pengangkut barang ( 03 )
11. mandi salju diudara minus 20 ..
12 . pagar kawat bandara ,
menunggu cuaca bagus ke Kathmandu
13 . paspor , harta termahal
14 . di Tugu ....
15 . buku inspiratif yang luar biasa ,
dari bungsu saya , Oliver , pada ultah saya 2012  
( terima kasih Oliver ! )
( foto buku oleh : TH )




















 

Tidak ada komentar: