Senin, 25 Februari 2013





 " Ndak pake tipe tipe an ... "


curhat atau konsultasi nama kerennya, bisa terjadi kapan dan dimana saja. didalam pasar, dipinggir sungai, di mall, di  di di di .... dan ketika saya tertahan beberapa jam disebuah tempat yang tak direncanakanpun, saya harus siap untuk memberikan ' bantuan ' karena masalah hati memang butuh penanganan cepat !  

kasus kali ini adalah rencana perceraian dua anak manusia yang ternyata sudah sulit dipertautkan lagi dalam sebuah atap perkawinan setelah 20 tahun lebih.tragis, namun demikian kenyataannya.saya lebih banyak mendengarkan, dan saat saya lihat emosi maupun ketegangannya mereda, saya baru mengambil giliran untuk berbicara :

" jadi, sudah lebih siap untuk berpisah lahir batin seperti yang diinginkan?"
@ ya mbak, Insya Allah ...
" anak anak juga?"
@ mereka sama ...
" tapi sudah pernah dicoba mediasi  atau disarankan untuk itu?"
@sudah, dua kali..
" dan ... ? "
@buntu .. sama sama bertahan pada pendapat masing masing...

" begini, saya tidak dalam kapasitas memberi saran untuk bercerai atau tidak, tetapi hanya sebatas memberikan pandangan pada apa yang merupakan inti dari yang ditanyakan tadi yaitu " kehidupan sesudah perceraian " , itu saja, semoga saya tidak salah menangkapnya"
@ngga kok, sudah bener ...

" perceraian itu merupakan sebuah perubahan dari suatu pernikahan. saya tidak bicara atas nama keyakinan, tetapi atas nama realita kehidupan. tidak saja secara fisik, juga emosi dan bahkan yang terakhir ini lebih berat karena perpisahan secara emosi itu butuh waktu lebih lama untuk membiasakannya. kita harus terbiasa dengan bangun tidur tanpa seseorang dibantal sebelah kita, makan pagi sendiri, jam jam keberangkatan dan kepulangan kerja tidak ada lagi yang harus diberi atau disambut senyuman , masakan dan hobi kesayangan eks patner hidup kita akan selalu mengiris kenangan kita, setiap dering telepon, sms atau apapun dari luar masih menyisakan harapan bahwa itu mungkin dari dia dst dst belum lagi kenangan bersama anak anak.... "
@ ( saya dipotong ) .. ya itulah yang saya takutkan meskipun kenyataannya dia sudah beberapa bulan ini tidak dirumah tapi saya merasa dia masih bagian dari rumah dan keluarga ini>
" berarti belum sepenuhnya siap ?"
@ lho.. siap kok, beberapa bulan ini kan seperti latihannya he he ... "

" ( saya ikut tersenyum ) .. baik, saya lanjutkan ya .. lalu perubahan dalam pergaulan, itu juga perlu dipersiapkan secara fisik mental .. kalau dulu disebutnya Ibu Bambang misalnya, tiba tiba akan menjadi nama kita sendiri. terus teman teman yang dulu akrab janganlah heran bila mereka agak mengambil jarak karena kekhawatiran suami suaminya akan ' kepincut janda ' , menyakitkan, tetapi bisa terjadi. 

urusan tetek bengek yang dulu masih mengandalkan suami, harus mulai mampu diselesaikan sendiri, mulai genteng bocor, listrik koslet, urusan rt rw dll pokoknya jadilah " super woman " meski harus memanggil tukang ledeng dll kalau terpaksa.

lalu penampilan kita diluar rumah, haruslah terjaga. dulu masih ada suami yang mengingatkan agar lipstick tidak kelewat menor, atau baju jangan kelewat tipis dst, maka ketika tidak ada lagi yang mengingatkan, kita harus mampu mengukur sendiri kepantasannya dan sebagai single parent hendaknya kita memiliki sense of kelayakan. berpenampilanlah yang wajar saja dengan makeup sewajarnya apalagi bila ber hiljab itu adalah sesuatu yang sangat melindungi wanita.

tapi jangan lalu berhijab dengan jeans ketat dan blus superketat yang berlekuk liku mengundang selera. sesuaikanlah tempat dan urgensinya, jangan misalnya ke mall dengan baju seperti di pantai he he .. supaya predikat janda itu tidak semakin minus dengan tampilan seronok"

@ aduhhh, ternyata banyak ya perubahannya ...

" itu belum semuanya. urusan anak anak dengan sekolah atau kampusnya juga masih ada, belum nanti kalau mereka mau menikah, misal lamaran, akad nikah dst, bersiaplah dengan berkomunikasi lagi dengan ayah kandungnya dst meski misalnya masing masing sudah menikah lagi "
" lalu ada yang paling penting lagi yaitu hilang atau berkurangnya income kita karena perceraian dan bila anak anak tidak mendapatkan uang saku bulanan dari ayahnya, bersiaplah untuk survive"

@ ini juga belum dibicarakan, mungkin pengadilan yang akan memutuskan, ndak tau ya ...
" gono gini, juga merupakan agenda perceraian mengingat kalian sudah 20 tahun lebih menikah pastilah banyak yang harus di share ... "
@ banyak sih ... enak istri barunya ya, ikut menikmati ..

" kalau saja perceraian itu mudah dan enak, pastilah didunia ini tiap detik terjadi perceraian, demikian Tuhan mengatur agar manusia memiliki kendali "
 @ aduhhh ... pusingggg .... mau pisah saja kok sulit dan banyak pr nya..

" begini, sekarang sisi sisi lain sebuah perceraian itu juga ada. bila perceraian itu disebabkan terlalu banyaknya ketidak sesuaian, maka setelah perceraian akan terasa adanya sebuah beban yang terangkat dari kita karena tidak ada lagi pertengkaran2 yang melelahkan. juga yang dulu ini itu tidak boleh  misalnya isteri tak boleh berkarir diluar rumah, mungkin menjadi  bisa berkarir. 

lalu kalau dulu ada kebiasaan2 patner kita yang menjengkelkan maka sekarang lenyap, misal kebiasaannya merokok didalam rumah dll. juga pengambilan2 keputusan yang kecil sampai besar sekarang tidak perlu lagi meminta pendapat yang bisa mengundang perdebatan atau pertengkaran, do dan decide what you want .. tapi ingat : jangan kebablas, supaya tidak terjadi bumerang alias perceraian melahirkan masalah baru karena kita over pd dll, itu juga jangan "

@ya sih ada enaknya, tapi sendirian memang ya ngga enak he he ... "
" siapa bilang enak? berdoa saja agar kelak diberikan Tuhan jodoh yang lebih baik dan menenteramkan hati hingga maut memisahkan , amiennnn ..... "
 @ amiennnnn ..... tapi pengalaman cerai ini memberi pelajaran juga kok mbak>
" ( surprise )  oya ... apa itu?"

@ yang nampak ideal itu ternyata belum tentu membahagiakan. duluuuu saya pikir saya beruntung mendapat suami seperti dia sebab sangat sesuai dengan tipe yang saya inginkan pokoknya 99,99% lah ... e ... ternyata ngga juga, saya keliru. jadi kalau nanti saya menginginkan menikah lagi, saya ndak mau pake  tipe tipean, kapok ....

" lho ?"
@ iya mbak, itu ngga penting lagi .. mau kurus, gendut, pendek, jangkung, keren, biasa ataupun
apalah, juga mau karyawan atau wiraswasta atau pengusaha atau militer, pokoknya yang penting dia bisa membuat saya bahagia dan tertawa he he ...

" o ... gitu, kok ada tertawa maksudnya?"
@ saya berpuluh tahun capek dengan pertengkaran dan saatnya saya lencari yang bisa membuat hari hari saya tertawa he he .... 

" ooo ... amienn ....., bagaimana dengan pelawak ?"
@ ngga papa, alhamdullilah asalkan pelawak yang menghasilkan duit seperti tukul hehe ...
( kami akhirnya tertawa bersama ... ) . 

dan sungguh, diluar dugaan saya, dalam perjalanan pulang, justru sayalah yang ' mendapat pelajaran berharga ' dari kerabat tadi. kalimatnya yang terkesan penuh gurauan yaitu " ndak pake tipe tipe an " ternyata menembus kesadaran saya. bahwa :
yang terpenting diatas segala yang tampak ideal adalah : keselarasan, harmoni dan bermuara pada sebuah ketenteraman batin yang membuat keduanya mampu survive menghadapi segala hal secara bersama sama dan sejiwa.

maka, diam diam saya ikut membenarkannya atau karena saya sudah lebih lelah dari kerabat tadi? Tuhan Maha Tahu ..... ( th )






Tidak ada komentar: