sebentar lagi para pejabat publik bakal mengganti
mobil mobil dinasnya menjadi mobil listrik .
seorang teman berkomentar :
" lho .. kita kan sejak kecil dulu sudah duluan make ya ,
di Pasar Pasar Malam itu kan mobil listrik to ? " .
saya mengangguk setuju sebab dimasa kuecilll saya ,
salah satu favorit mainan di pasar Malam saya
adalah mobil mobilan listrik yang seringkali
berbenturan dan diatas lempengan besinya yang
bersentuhan dengan atapnya itu sering kali memercikkan
listrik dengan bunyi khasnya !
sekian dekade kemudian , setelah anak anak saya
mengenal mainan Tamia itu juga mengingatkan pada
konsep mobil listrik ini . naa .. itulah
kenangan kenangan pada mobil mobilan listrik
dan tentu saja saya juga setuju bahwa mobil listrik ini
memang akan mengurangi polusi udara
plus budget yang biasanya untuk bbm .
sebuah mobil listrik nantinya mengingat ditanah air
belum diproduksi secara masal ?
jika harga impornya saat ini masih 2 - 3 kali harga
mobil bensin , itu namanya " pak pok " alias
" sami mawon " alias tidak efisien .
tetapi lagi lagi teman saya berkomentar
" ojok kuatir , nanti kita bakal produksi
sendiri dalam negri , lebih murah dari mobil bensin " ,
dan saya tidak berkomentar sebab istilah
" nanti " itu bisa 1,2,3,4, tahun atau lebih dan
sementara itu ya sudah pasrah dulu hehehe ...
belum selesai ngobrol tentang mobil listrik ,
sudah disusul oleh isu tentang kompor listrik .
ide PLN ini memang bukan asal asalan karena
pastinya para pakarnya sudah njlimet
menghitung nya dengan segala konsekwensinya .
kalau kemudian ide ini disambut pro kontra
itu ya wajar wajar saja sebab pro kontra
adalah diperlukan untuk mempertimbangkan
plus minusnya sebuah kebijakan sebelum
dilempar ke publik sebagai sebuah ketetapan .
bahkan ada yang berkomentar
" bagaimana ini , belum tuntas prokontra kenaikan
bbm sudah disusul isu kompor listrik .
boro boro beli kompor listrik , yang sekarang ada saja ,
kompor gas , itu sudah reyot belum bisa beli lagi ...
juga bukan hanya mahalnya kompor listrik,
tapi tagihan listrik pasti ya ikut naik .
masih ditambah kalau PLN byar pet apa ngga pusing .. "
dst dst komentar yang berkembang .
saya yakin , semua reaksi seperti diatas pasti sudah
dihitung oleh PLN dan lembaga lembaga terkait .
dan saya juga yakin bahwa tidak akan ada
ketidak setujuan pada rencana kompor listrik jika
rakyat mendapatkan kompor listrik secara gratis
plus kenaikan pada jatah listriknya tidak
berdampak pada tagihannya karena itu subsidi .
waduh ... berapa triliunkah itu nanti ya ?
subsidi ini , subsidi itu , subsidi sana , subsini sini ,
pasti Ibu Sri Mulyani yang brilian ini bakal
lembur lembur dikantornya ..
( saya pengagum berat beliau yang hebat ini ,
bersyukur Indonesia memiliki beliau ) .
jujur saja , saya menyimpan kompor listrik saya
sudah hampir 10 tahun alias tak terpakai .
bukan soal apa apa , tetapi sudah terlanjur terbiasa
dengan gas dan dapur saya yang " outdoor " tidak
mungkin pakai kompor listrik mengingat
tampias hujan dll hehehe ..
dan kemarin seorang pakar dilayar TV berkata :
" paling paling akhirnya nanti akan banyak
masyarakat yang pakai kompor dobel ,
ya gas ya listrik untuk jaga jaga jika listrik mati
atau gas nya habis " , masuk akal juga ..
tapi waduh , kalau sampai ada wacana tentang
dobel kompor ini
dikemukakan , apa ngga bakal ada gelombang demo
para emak emak yang membawa pentung serta
mencari pejabat publik yang menyarankan
dobel kompor itu ?
beda dengan mobil listrik untuk pejabat publik,
yang bisa saja mereka men dobel nya lewat
mobil bertype hybrid yang bisa bensin bisa baterei
sebab itu mobil dinas .
lha kalau " kompor hybrid " ?
hehehe .. nanti dulu daripada nanti ada
gelombang emak emak ngamuk ke gedung parlemen !
maka untuk sementara ,
saya hanya bisa melihat dan menunggu
bagaimana kelanjutan drama mobil dan kompor listrik
ini sebab yang satu adalah menyangkut
kepentingan Pejabat Publik dan yang lain
adalah Kepentingan Rakyat .
sebagaimana dulu pergantian
Minyak Tanah Ke Gas , sesuatu perubahan
semudah sulapan , perlu waktu untuk penyesuaian
dan sosialisasi yang berkesinambungan agar
tidak ada rasa " tersakiti " oleh
perubahan perubahan yang dianggap membebani .
( Titiek Hariati , 27.09.22 )
gambar dari google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar