Rabu, 15 Mei 2013





Perjumpaan dengan Soekarno di Sarinah


Pusing dengan segala kemacetan dan tetek bengek keramaian yang ditimbulkan oleh para calon walikota dan wakilnya di Malang beberapa waktu terakhir, maka sebuah kerinduan tiba tiba menyelinap kuat bahwa di negeri ini rasanya hanya seorang Soekarno yang terpilih dan dipilih oleh rakyatnya tanpa Soekarno harus membagi bagikan uang, panci, motor, tontonan tontonan gratis, kaos dan angkutan gratis dst dst yang serba gratis namun penuh wanti wanti " Pilihlah Aku !" ... sedih.

Sengaja saya naik ke lantai II Sarinah Malang, jalan Basuki Rahmat untuk khusus menjepret sebuah repro dari gambar dan coretan Soekarno tentang Sarinah yang pernah mengasuhnya dimasa kecil. Kalimat kalimat itu saya ketik ulang :

" Sarinah Inilah Yang Mendidik Aku,
Membantu Ibuku,
Membantu Bapakku
Untuk Mendidik Aku,
Mendidik Cinta
Kepada Rakyat Jelata,
Mendidik Mengerti,
Bahwa Segala Sesuatu
Di Negeri Ini
Tergantung Daripada
Rakyat Jelata "
                                                                            ~ Bung Karno ~


Saya bukan penganut parpol manapun meski saya mengagumi Soekarno, karena buat saya Soekarno itu tokoh yang mampu berdiri diatas semua golongan dan benar benar berpihak pada rakyat jelata atau dalam istilahnya adalah seorang " penyambung lidah rakyat " dan bukan sekedar slogan kosong supaya mendapatkan simpati rakyat. Miris dan pilu menyaksikan betapa dijaman ini, ketokohan seseorang lebih banyak diukur dari seberapa banyak ia mampu memberikan janji dan hadiah.

Senin yang lalu saat saya membeli soto di sebuah kedai kecil di Raya Tlogomas, si penjual soto mengobrol dengan beberapa pembelinya begini " Lho .. dikampungmu apa ngga bagi bagi hadiah? Aku dapat panci lho .. tetanggaku malah ada yang dapat motor ... " .. Soto yang sudah ditangan saya, masih saya tahan, sekedar ingin tahu bagaimana " suara rakyat " menyikapi para calon calon pemimpinnya .. 

Saya tertegun, dalam hati saya ngilu " O.. negoro iki pancen wes parah ... durung dadi pemimpin wes koyok ngene, yok opo mbesok nek dadi temenan opo rakyat yo disuap macem macem supoyo manut iko iki sing dadi karep-e ... " ( malas saya menterjemahkannya , maaf .. )

Maka, saya pandangi foto Soekarno berlama lama .. Seorang pemimpin kharismatik yang sangat komplit . Cendekiawan, politikus, seniman, religius, dst dst meski oleh lawan lawan politiknya banyak dimanfaatkan disegi kelemahannya yakni " wanita " untuk menjatuhkannya, terutama dalam kunjungan kunjungan luar negrinya. 

Namun si seniman pecinta keindahan ini memang layak dipuja terutama oleh lawan jenisnya, karena sisi lembut dan hormatnya yang tinggi dalam memperlakukan lawan jenisnya. Tidak satu kalipun atau satu kalimatpun pernah terlontar dari Soekarno yang bernada melecehkan wanita, tetapi sebaliknya, kata kata yang penuh sanjungan dan hormat mendalam yang mampu melelehkan wanita manapun.

Pidato nya yang sangat terkenal didepan sidang umum PBB kala itu, dengan penguasaan beberapa bahasa asingnya yang nyaris sempurna, telah membawa martabat bangsa Indonesia kesebuah tingkatan yang dihormati didunia internasional meski rakyat Indonesia mayoritas masih miskin namun kaya dalam rasa bangga !

Saat ini Indonesia juga sangat dikenal secara global, namun dalam daftar sebagai salah satu negara ter korup didunia. Kebanggaan itu sirna. Belum lagi kasus demi kasus dibidang penegakan hukum yang bak panggung para badut, rakyat mendapat tontonan  menyakitkan. Para koruptor dan pelanggar hukum " cengingas cengingis " tanpa rasa bersalah dilayar kaca dan masih bangga dengan jabatannya. Mundur dari jabatan? Muskil. Indonesia bukan Jepang yang bila pejabatnya ketahuan korup atau melanggar hukum mereka akan merasa malu dan mengundurkan diri bahkan harakiri. 

Di Indonesia boro boro harakiri atau minimal mundur, mereka malah ngotot dilayar kaca bahwa dirinya tidak tahu menahu atau tidak terlibat atau tidak terkait dengan isu yang sedang berkembang meski akhirnya ybs ditangkap KPK.

Kalimat demi kalimat yang kita temukan di buku buku ataupun coretan coretan Soekarno diberbagai kesempatan dan lokasi yang pernah dikunjunginya, adalah sarat dengan magnet dan pesan yang tidak luntur oleh masa.Selaku seniman, Soekarno juga seorang pematung, pemahat, pelukis, sastrawan dan pecinta musik dimana kucuran darah seni yang deras ini diperolehnya dari ibundanya , seorang wanita Bali. 

Maka bila dalam setiap tulisan tulisan itu senantiasa memunculkan Rakyat Jelata sebagai saripati nuraninya, itu bukan sekedar basa basi ala kampanye pilkada, namun seorang Soekarno memang menyadari bahwa " ia berasal dari rakyat dan untuk rakyat ", sebuah ke tokoh an yang sudah sangat langka dan mungkin Indonesia tidak akan pernah lagi memiliki yang serupa.

" Bahwa Segala Sesuatu Dinegeri Ini Tergantung Daripada Rakyat Jelata ", sekali lagi kalimat indah ini saya cuplik untuk menutup tulisan kali ini dengan harapan semoga pada Hari - H pilkada di Malang yad, kita sekalian, rakyat Malang, terinspirasi oleh pesan pesan Soekarno dalam menentukan pilihan antara pemimpin yang benar benar bekerja untuk rakyat dan yang memanfaatkan rakyat untuk kepentingannya sendiri.

Semoga ... ( th )

Keterangan gambar : 
01. Soekarno dengan wanita duafa.
02. Soekarno dengan anak anak.
      ( keduanya dari google )
03. Repro yang saya jepret di Sarinah Malang, lantai II.  



Tidak ada komentar: