.. " phawak,
melukai, namun terlanjur suka "..
menyayat, menyakitkan, bak tersilet di urat nadi, namun anehnya, sekaligus juga ada rasa bahagia, bahagia karena pengembaraan membawa ke
padang padang rumput, lembah lembah, bukit bukit karang, pegunungan,
perkampungan suku suku, tenda dan api api unggun, pipa perdamaian, elang elang dan burung burung gagak, tarian perang dan teriakan teriakan itu, serta sederet adegan
penindasan hak hak dari penduduk asli ....
demikian penggambaran " feeling " saya disaat mendengarkan musik Phawak yang sarat kesedihan namun juga ada saat dimana ia menyentak sedemikian jantan ..
Lobito, Karito, Luis, ketiganya dari Bolivia plus seorang penyanyinya asli Indonesia, Puri, lulusan IKJ jurusan vocal, yang telah " merobek robek " hati dengan lolongan musik tradisionil Indian yang melontarkan pendengarnya kepada kampung halaman Indian,
benua Amerika.
pertama kali saya melihatnya adalah disebuah area di dalam taman wisata bermain Jatim Park, Batu. saya pikir itu dari sebuah tape atau CD yang ternyata live, dan saya minta ditinggalkan saja tidak usah ikut muter muter Jatim Park sebab saya ingin menikmati musik mereka sampai habis ! itu persinggungan pertama saya dengan Phawak Music.
dan dari sekian banyak novel maupun film yang menggambarkan penindasan hak hak Native American atau Indian ini ada satu yang sangat menancap dan membekas dalam hingga kini. penulis berdarah Jerman, Karl Friedrich May atau dikenal Karl May adalah
penulis asing I yang saya kenal dimasa kecil dalam serial legendarisnya yang menggambarkan karakter bangsa Indian dengan sangat detil dan luar biasa cermatnya, sampai seolah saya menonton sebuah film dalam imajinasi.
salah satu karakter mereka yang saya sukai adalah " tidak meng eksplorasi kesedihan " dan DIAM itu mewakili jutaan kepedihan.
lagu lagu yang menggambarkan kekosongan hati disaat sedih, tertuang datar dan terkadang menyentak meski perih. itu juga yang saya tangkap dari musik Phawak.
penulis asing I yang saya kenal dimasa kecil dalam serial legendarisnya yang menggambarkan karakter bangsa Indian dengan sangat detil dan luar biasa cermatnya, sampai seolah saya menonton sebuah film dalam imajinasi.
salah satu karakter mereka yang saya sukai adalah " tidak meng eksplorasi kesedihan " dan DIAM itu mewakili jutaan kepedihan.
lagu lagu yang menggambarkan kekosongan hati disaat sedih, tertuang datar dan terkadang menyentak meski perih. itu juga yang saya tangkap dari musik Phawak.
kelompok musik Phawak ini mencoba membawa kisah kisah bak novel Karl May melalui alat musik tradisionilnya menyeberangi benua untuk berbagi budaya.
bukan hanya musik, mereka juga membawa kepingan budaya yang lain seperti handicraft, tarian dll. perfomance dibeberapa negara sebelum Indonesia telah semakin mematangkan grup ini untuk tampil dibeberapa festival antara lain di Taiwan.
suara menyayat dan melolong perih itu dihasilkan dari berbagai alat musik yang bentuknya
tidak lazim dan unik seperti quenas, sikus, karas, chajehas dll.bagi yang belum pernah mendengar musik musik sejenis dari Bolivia ini dan suara dari jenis alat musiknya yang eksotis, mungkin bisa mendengarkan lagu lama dari Simon and Garfunkel
" El Condor Pasa " .....
( sekedar pengingat saja bahwa duo ini mungkin lebih dikenal dengan lagunya Bridge Over Troubled Water yang melegenda itu ) .
" El Condor Pasa " .....
( sekedar pengingat saja bahwa duo ini mungkin lebih dikenal dengan lagunya Bridge Over Troubled Water yang melegenda itu ) .
maka saat saya menemukan jejak Phawak ini di MATOS ( Malang Town Square, Jl. Veteran, Malang ) saya bersorak seolah bertemu durian Monthong yang jatuh dan gratis hehe ..
disebuah stan yang terletak di pojok, kalau tak salah dilantai II MATOS , saya surprise melihat El Condor e .. stan Indian ada disana! aduhhhh, rasanya menemukan harta-karun ..
dengan seijin staf disitu, saya jeprat jepret dan melihat lihat sepuasnya bermacam handicraft yang unik dan eksotis.
ada sepatu kulit ular, ada kostum asli, ada tas kulit dengan hiasan bulu kuda yang keren,
ada hiasan dinding, ada cincin, gelang, topi, hiasan kepala dan tentu saja
alat alat musik tradisional dll. naaa ... dan ini yang paling penting :
ada CD Phawak Music yang dijual 100 ribu/ keping.
dan yang tak kalah keren adalah T Shirt bersablon wajah wajah yang mirip para Kepala Suku ! garis wajah Indian yang keras , macho dan khas, membuat TShirt ini terlihat " berkelas " ...
disebuah stan yang terletak di pojok, kalau tak salah dilantai II MATOS , saya surprise melihat El Condor e .. stan Indian ada disana! aduhhhh, rasanya menemukan harta-karun ..
dengan seijin staf disitu, saya jeprat jepret dan melihat lihat sepuasnya bermacam handicraft yang unik dan eksotis.
ada sepatu kulit ular, ada kostum asli, ada tas kulit dengan hiasan bulu kuda yang keren,
ada hiasan dinding, ada cincin, gelang, topi, hiasan kepala dan tentu saja
alat alat musik tradisional dll. naaa ... dan ini yang paling penting :
ada CD Phawak Music yang dijual 100 ribu/ keping.
dan yang tak kalah keren adalah T Shirt bersablon wajah wajah yang mirip para Kepala Suku ! garis wajah Indian yang keras , macho dan khas, membuat TShirt ini terlihat " berkelas " ...
masih dalam impian bahwa satu ketika saya akan berkesempatan melihat ( sisa ) suku Indian dikehidupan alaminya bak di film atau novel yang pernah saya lihat dan baca!
tetapi yang menyedihkan adalah bahwa jumlah mereka saat ini di Amerika pun semakin menyusut entah karena banyaknya yang merantau, lebur dalam perkawinan dengan ras lain atau atau apapun itu.
tetapi yang menyedihkan adalah bahwa jumlah mereka saat ini di Amerika pun semakin menyusut entah karena banyaknya yang merantau, lebur dalam perkawinan dengan ras lain atau atau apapun itu.
mereka saat ini tercatat hanya sekitar 250 ribuan di Amerika.
soal bahasa bahkan lebih parah. dulu sebelum masuknya bangsa Eropa di benua mereka, bangsa Indian masih mendominasi dengan kekayaan ribuan bahasa nya ! sedihnya, setelah bangsa Eropa menduduki tanah mereka, dan bahasa Inggris menjadi bahasa nasional ,
maka terjadi penyusutan jumlah bahasa secara drastis!
tercatat saat ini mereka hanya memiliki sekitar 7/tujuh macam bahasa yakni Navayo, Cree, Ojibwa, Dakota, Apache, dan Blasfoot dengan hanya sekitar 250 an ribu speakers yang inipun didominasi oleh Navayo.
bahkan konon kebanyakan yang masih berbicara dalam bahasa asli ini lebih banyak pada generasi tuanya sehingga banyak yang meramalkan bahwa
secara perlahan namun pasti suku suku Indian ini akan punah berikut bahasanya yang menjadi penanda peradaban dan budaya sesuatu bangsa !
maka kehadiran musik Phawak patutlah di apresiasi, sebagai pelestari dan pewaris budaya Indian terutama dalam musik tradisionil dan asli dari berbagai latar belakang budaya suku suku Apache, Mohican, Inka dll.
kelompok musik asli dari Amerika Selatan tepatnya Bolivia ini adalah Benang Merah budaya Indian yang terancam punah. maka tidak lah salah bila selama mereka hadir ditengah kita di Indonesia, kita berikan ruang bagi nya untuk
memperkenalkan dan melestarikan budaya mereka lewat musik , tarian serta kerajinan tangannya agar kita tidak kehilangan jejak mereka ..
tak ada yang harus di khawatirkan, mereka bukanlah pesaing budaya kita namun justru dapat memperkaya ide ide dan menginspirasi dalam banyak hal bagi kedua belah pihak ...
kelompok musik asli dari Amerika Selatan tepatnya Bolivia ini adalah Benang Merah budaya Indian yang terancam punah. maka tidak lah salah bila selama mereka hadir ditengah kita di Indonesia, kita berikan ruang bagi nya untuk
memperkenalkan dan melestarikan budaya mereka lewat musik , tarian serta kerajinan tangannya agar kita tidak kehilangan jejak mereka ..
tak ada yang harus di khawatirkan, mereka bukanlah pesaing budaya kita namun justru dapat memperkaya ide ide dan menginspirasi dalam banyak hal bagi kedua belah pihak ...
" Phawak, di nada nadamu aku larut dalam kesedihan yang tidak aku tahu penyebabnya, itu melukai namun aku sudah terlanjur suka ..., bisa apa aku menghadapinya, maka biar saja aku nikmati , hingga luka mengering sendiri " ... ( th )
( keterangan foto , all taken by th ) :
01. hiasan dinding khas Indian.
02. Lobito on stage ( satu2nya gambar yang diambil dari google )
03. salah satu penyayat sukma
04. lukisan diatas TShirt
05. tak berjiwa namun saat dimainkan, ia pengelana
06. diatas TShirt putih ini, wajah khas itu berbicara tentang tanah tanah kepedihan
07. pernak pernik khas
08. pojok Bolivia
09. bulu kuda itu
10. lukisan lainnya yang khas
11. tak pernah cukup memaknainya
12. keyholder, menuju peradaban modern ..
13. Phawak Music dalam CD
( keterangan foto , all taken by th ) :
01. hiasan dinding khas Indian.
02. Lobito on stage ( satu2nya gambar yang diambil dari google )
03. salah satu penyayat sukma
04. lukisan diatas TShirt
05. tak berjiwa namun saat dimainkan, ia pengelana
06. diatas TShirt putih ini, wajah khas itu berbicara tentang tanah tanah kepedihan
07. pernak pernik khas
08. pojok Bolivia
09. bulu kuda itu
10. lukisan lainnya yang khas
11. tak pernah cukup memaknainya
12. keyholder, menuju peradaban modern ..
13. Phawak Music dalam CD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar